Winter Bird (1)

Wajahku seperti mati rasa saat diterpa angin penghujung musim gugur. Kubenamkan kedua telapak tangan ke saku celana. Aku berjanji untuk membawa sarung tangan mulai besok. Jangan sampai aku jatuh sakit. Di kota ini aku hanya sebatang kara.

Kutekan beberapa tombol di panel pintu. Setelah terdengar bunyi bip pelan, aku mendorong pintu dan bergegas masuk. Gelombang hangat menyapaku.

Kenapa pemanasnya menyala?

"Oh, maaf. Di luar sangat dingin dan teleponmu mati. Jadi, aku mempersilakan diriku sendiri masuk."

Aku sudah hendak meneriaki lelaki itu sebagai penyusup, tetapi otakku kembali memutar rekaman suara ayahku yang menelepon beberapa hari lalu.

Artem tidak berhasil menemukan penginapan. Biarkanlah dia menginap di tempatmu selama beberapa hari.

"Ayahmu memberitahuku kode pintunya," lanjut lelaki berambut gelap itu.

"Ah, jadi begitu," kataku canggung sambil menggantung mantel di belakang pintu.

"Kau pasti kedinginan. Mau kubuatkan teh?" tawarnya.

Aku melayangkan tatapan tajam kepadanya. Lelaki itu terlalu cepat beradaptasi. Dia bersikap seolah ini apartemennya sendiri.

"Aku ingin tidur. Kau bisa menempati kamar tamu," ujarku dingin sebelum menghilang ke dalam kamar.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top