Twenty • Salah Paham
“Will, apa kabar? Sejak kejadian halloween kau terus menghindariku,” sapa Hannah yang tiba-tiba saja sudah ada di samping Will.
“Kau tahu sendiri, kan, kenapa aku menghindarimu?” tanya Will terlihat tidak suka.
“Jangan marah padaku Will, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud menciummu,” jawab Hannah dengan tampang memelas.
“Sudah tidak penting aku memaafkanmu atau tidak, bagiku yang penting Ash tidak salah paham.”
“Ah, jadi Ashilla melihat kita berciuman?”
Seketika Will menatap Hannah dengan pandangan tidak menyukai apa yang di katakannya.
“Apa maksudmu? Jadi, kau sengaja menciumku agar Ashilla melihatnya?” cecar Will.
“Ya ampun!” Hannah mendecak. “Aku memang sengaja menciummu, tapi itu karena aku memang ingin menciummu. Kau tahu, kan, kalau aku menyukaimu? Mana aku tahu kalau gadis itu melihat kita berciuman atau tidak.”
“Sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu,” ucap Will sambil beranjak hendak pergi sebelum Hannah mencegatnya.
“Kau kejam Will! Tidak bisakah kau sedikit menghargai perasaanku? Lagipula apa statusmu dengan dia? Kau tidak menyatakan perasaanmu padanya, apa kau tidak sadar kalau ada yang mengejarnya?” Hannah memberikan penjelasan dengan emosi. Cemburu. Lalu mencoba memprovokasi Will.
“Jangan coba-coba membuatku emosi,” ujar Will yang mulai tidak sabar.
“Aku hanya mengatakan kenyataannya, Will! Kau tidak akan bisa bersaing dengannya! Dia, Jackson White! Asal kau tahu saja, Jack sudah mengejar Ash dari tahun pertama SMU. Dia cerita padaku. Aku dan Jack, kan, sahabat dari kecil.” Hannah lanjut menjelaskan lalu tersenyum sinis kemudian meninggalkan Will.
Will hanya diam saja, sedari tadi menahan emosi.
Dia tahu betul kalau Jackson White menyukai Ashilla Thompson.
∞∞∞
Selepas latihan Teater, Ash langsung berpamitan pulang pada teman-temannya. Dia melirik jam di layar ponselnya, sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Ash langsung bergegas keluar dari ruangan teater, tapi betapa kagetnya dia saat melihat Jackson White ada di luar pintu sendirian, tidak bersama Karen.
“Jack! Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak pulang?”
“Aku menunggumu, Ash. Aku akan mengantarkanmu pulang. Aku bawa mobil,” jawab Jack sambil tersenyum.
Ash mencoba mengingat kalau Jack memang sudah punya SIM yang artinya menurut hukum dia boleh bawa mobil. Hanya saja peraturan sekolah di Windsor High School tidak diizinkan membawa mobil jika belum di tahun senior dan di jam sekolah. Namun, Ash rasa tidak masalah untuk seorang Jackson White melanggar peraturan tersebut. Toh, ayahnya adalah walikota Windsor County dan keluarganya sangat berpengaruh di kota ini.
“Mmm, baiklah.” Ash mengangguk. Dalam hati dia bersyukur sekali Jack mau mengantarnya pulang.
Mereka akhirnya pulang bersama malam itu. Ash merasa nyaman dengan Jack, tapi dia tidak merasakan sensasi aneh seperti ketika saat bersama Will. Jack cukup paham bagaimana membuat seorang gadis merasa nyaman bersamanya. Berbeda sekali dengan Will. Sangat berbeda.
Sesampai di depan rumah Ash, Jack dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya. Ash merasa ‘sangat spesial’ sekali diperlakukan seperti itu.
“Tidak usah berlebihan Jack….”
“Nggak apa-apa kok.”
“Baiklah sampai di sini saja, terima kasih, ya, sudah mengantarkanku pulang.”
“Tidak perlu kuantar sampai depan pintu?”
“Sudah tidak usah.”
“Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu,” ujar Jack berpamitan.
Ash melambaikan tangan ke arah mobil Jack dan memperhatikan sampai mobil itu hilang di belokan lalu dia masuk ke dalam rumah. Saat itu, ada yang memperhatikannya diam-diam dan dia tidak menyadarinya.
Ash merebahkan dirinya di atas kasur begitu sampai di kamar. Lalu, dia memandang ke luar jendela, lebih tepatnya ke arah kamar Will. “Sudah ditutup tirainya.” Kemudian tiba-tiba ponselnya bergetar.
WillAlxender
Selamat Malam Ash, maaf tadi kita tidak bisa pulang bersama, tapi kulihat kau senang sekali ada yang mengantarkanmu pulang?
AshThompson
Yeah, aku bersyukur sekali tadi Jackson menungguku dan mengantarku pulang.
WillAlexander
Oh begitu. Dia menunggumu?
AshThompson
Iya.
WillAlexander
Mimpi yang indah, Ashilla.
AshThompson
Kau juga, Will. Mimpi yang indah.
WillAlexander
😊😊😊
Will hanya mengirimkan emoticon smile di chat terakhirnya. Tidak seperti biasanya. Kali ini Ash merasa Will tidak dalam mood yang baik. Masa iya dia cemburu? Memangnya dia menyukainya? Ah sudahlah, Ash beranjak hendak tidur setelah membereskan semuanya. Tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Ternyata pesan dari Karen.
KarenW
Ash! Tadi kau pulang dengan Jackson?
Dia mengantarkanmu kan?
AshThompson
Eh iya. Bagaimana kau tahu?
KarenW
Kan, aku yang memintanya hehe.
Maaf ya, tadinya dia mengajakku.
Tapi kau tahu sendiri, kan, aku sedang ingin menjaga jarak dengannya.
AshThompson
Oh jadi begitu? Lalu kau pulang dengan siapa tadi?
KarenW
Aku di jemput ibuku. Jadi bagaimana?
AshThompson
Bagaimana apanya?
KarenW
Kau dan Jackson!
AshThompson
Mmm. Tidak ada apa-apa.
KarenW
Ya ampun Ash! Masa kau belum paham juga?
Aku sedang menjodohkanmu dengannya!
AshThompson
Yang benar saja Karen!
Kau tahu betul aku menyukai Will!
KarenW
Hehehe
AshThompson
KAREN!
KarenW
Good night Ash! Muaaah ♥
Apa-apaan Karen ingin menjodohkannya dengan Jackson. Bukannya dia yang minta dicomblangkan? Ash meletakkan ponselnya di meja dan bergegas tidur. Berusaha untuk tidak memikirkan Karen yang berusaha menjodohkannya dengan Jackson. Ash bukannya tidak menyukai Jack, tapi dia tidak mau memberi harapan padanya. Karen tahu betul dia menyukai Will. Entah apa yang dipikirkan sahabatnya itu. Begitu resahnya, Ash mengambil kembali ponselnya lalu mengirim pesan kepada Karen.
"
Karen, apa yang sebenarnya kau pikirkan?
Aku tidak tertarik pada Jackson!
Kau tahu betul aku menyukai Will!
Tidak ada balasan….
AshThompson
Karen!
Aku tahu kau belum tidur!
Karen!
Balas pesanku kalau kau sudah bangun!
Keesokan paginya, Ash mengecek ponselnya. Karen belum juga membalas pesannya. Dan Ash mulai gelisah. Sahabatnya ini terkadang punya rencana yang tak terduga. Ash tidak suka jika dia mulai merencanakan sesuatu untuknya tanpa membicarakan dulu dengannya. Ash meputuskan untuk ke rumah Karen sebelum berangkat ke sekolah. Dia beranjak dari kasur dan bersiap-siap sarapan kemudian langsung menuju ke rumah Karen.
Pagi-pagi sekali Ash sudah di rumah Karen. Dia berencana berangkat sekolah dengannya. Cuaca dingin sekali, tapi tidak mengurungkan niatnya. Ash sudah terlanjur penasaran.
“Ashilla! Ada apa pagi-pagi begini sudah di sini?” tanya Mrs.Willow
“Selamat pagi Mrs.Willow. Aku ingin berangkat sekolah bersama Karen. Dia belum berangkat ke sekolah, kan?”
“Oh tentu saja belum. Karen sedang sarapan. Kau sendiri sudah sarapan?”
“Sudah, aku tadi sudah sarapan.”
Mr.Willow mempersilahkan Ash masuk lalu memanggil putrinya. “Karen! Ada Ashilla di sini! Dia ingin berangkat ke sekolah bersama denganmu!”
“Ash! Tumben, ada apa?”
“Kau tidak membalas pesanku!”
“Aaahh…” Karen terkikih yang kontan saja membuat Ash langsung memelototinya. “Sebentar ya, aku mengambil tasku dulu.”
“Baiklah. Aku akan menunggumu.”
Setelah Karen mengambil tasnya, dia lalu berpamitan dengan orang tuanya. Mereka berdua kemudian berangkat menuju halte bus sekolah.
“Karen, kau tahu, kan, kalau aku penasaran?” tanya Ash gusar.
“Penasaran kenapa?” Karen malah bertanya balik dengan santainya.
“Masalah Jackson!” Ash mengingatkan.
“Oh yang itu,” ujar Karen, “aku hanya membantu Jack. Dia jujur padaku kalau dia menyukaimu Ash.”
“Tapi kau, kan, tahu kalau aku menyukai Will. Aku tidak mau memberi harapan pada Jack.”
“Kalau begitu jangan beri dia harapan! Lagipula kau dan Will tidak jelas status hubungannya! Kenapa kau tidak coba jalan saja dulu dengan Jack?”
“Kau benar Karen. Aku dan Will, entah apa status hubungan kami. Tapi soal Jack ini berbeda, aku takut memberinya harapan.”
“Kalau begitu perjelas dari awal padanya! Kau juga harus memperjelas perasaanmu pada Will!”
Karen benar! Ash harus memperjelas perasaannya pada Will, tapi kenapa harus dirinya? Dan Jack, Ash tidak mau memberinya harapan. Apa sebaiknya dia mengikuti saran Karen? Mencoba jalan dulu dengan Jack kemudian memperjelas semuanya?
∞∞∞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top