Nine • Biology Class

Selepas istirahat, Ashilla menuju laboratorium untuk kelas biologi. Karen ingin ke toilet terlebih dahulu, jadi dia pergi duluan bersama Alex.

Ruangan kelas masih terlihat sepi saat Ash masuk. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Hannah atau Will. Ash tidak peduli. Dia mengambil tempat duduk dekat jendela, favoritnya. Meja kelas laboratorium untuk berdua, berbeda dengan kelas biasa yang satu meja untuk satu orang. Ash sudah pasti duduk bersama Karen.

Will dan Hannah memasuki kelas. Laki-laki itu melihat Ash. Ternyata mereka sekelas di kelas biologi. Untuk sesaat, Hannah hendak menarik Will duduk bersamanya, tapi dengan cepat Will datang ke arah Ashilla dan duduk di sampingnya.

“Hey! Itu tempatnya Karen!” Ash mengusir Will.

“Bukankah siapa cepat dia yang dapat?” tanyanya.

“Yeah, aku yang duluan mendapatkan tempat ini, dan itu …” sambil menunjuk ke arah tempat duduk Will. “Adalah tempat Karen!”

“Tapi Karen tidak ada di sini dan jelas aku yang duluan menduduki tempatnya!” tegas Will yang memperlihatkan senyuman mautnya sambil menatap Ash.

Entahlah, sepertinya Ashilla tidak tahan dengan senyuman dan tatapan Will. Dia langsung terdiam tidak bisa membalas perkataannya. Langsung saja dipalingkan mukanya yang terlihat agak kesal ke arah jendela. “Ke mana sih Karen? Bisa-bisanya dia lama sekali ke toilet?” gerutunya.

Will masih sesekali menatapnya dan Ash tidak menggubrisnya. Suasana pun menjadi canggung. Lalu Karen memasuki kelas, dia melihat Will duduk di samping Ashilla.

Ash hendak memanggilnya tapi ternyata dia langsung duduk di belakang, lebih tepatnya bersama Alex. Ash menoleh ke belakang, baru dia sadari ternyata Alex duduk tepat di belakangnya.

“Karen maaf, seharusnya kau yang duduk di sampingku.”

“Tidak apa-apa, Ash. Aku justru senang kau duduk bersamanya.”

Will melihat ke arah Ash dan tanpa sengaja mereka bersitatap. Ash menjadi salah tingkah. Jelas mata biru Will membuatnya gugup.

Sepanjang pelajaran biologi, Ash dan Will hanya saling terdiam. Samar-samar Ash menangkap penjelasan Ms.Kendra Reiss tentang nama-nama latin tanaman. Nama-nama latin itu susah diingatnya.

Setelah dua jam berlalu, kelas biologi pun usai.

“Saya akan memberikan tugas untuk mencari 100 nama-nama latin tumbuhan dan penjelasannya! Dikerjakan bersama teman sebangku kalian dan dikumpulkan minggu depan! Ada pertanyaan?” Sejenak Mr. Reiss menghentikan kegiatannya membereskan meja. “Baiklah jika tidak ada pertanyaan. Saya asumsikan kalian semua paham dengan tugas yang saya berikan! Selamat sore semuanya!” lanjutnya dengan tegas.

Sial! Tugas biologi ini harus kukerjakan dengan Will!” umpat Ash.

“Baguslah tugasnya kukerjakan bersamamu, pasti mudah karena kita bertetangga . Tak bisa kubayangkan bila harus kukerjakan dengan Hannah,” ucap Will.

“Lebih bagus jika kau kerjakan bersama Hannah. Dia akan mengajakmu ke rumahnya sehingga kau bisa bersenang-senang dengan kelompokmu alih-alih mengerjakan tugas,” balas Ash sambil tersenyum sinis. Baru saja dia akan pergi setelah memasukkan buku-buku ke dalam tas, tiba-tiba saja Will mencegat dan menahan lengannya.

“Apa maksudmu? Kelompokku?” tanya Will serius.

“Itu … teman-teman elite Hannah. Kau bergabung dengan mereka, bukan? Saat di kantin tadi …” Ash mencoba memberi penjelasan meski sedikit meracau.

Will tertawa agak bingung. Dia sepertinya tidak terima tuduhan Ash.

“Tunggu dulu … kalau saja kau tidak meninggalkanku tadi, aku pasti akan pergi bersamamu ke kantin, tapi aku terjebak dengan Hannah. Bukan berarti aku bergabung dengan kelompoknya,” cecar Will agak emosi sambil terus mencengkeram lengan Ash.

“Santai saja Will … itu hakmu kalau kau ingin bergabung bersama mereka. Aku tidak masalah, lagipula aku punya kelompokku sendiri.” Ash yang mulai ikut terbawa emosi mencoba menahan diri.

“Tapi itu masalah bagiku, Ash! Kau seakan tidak mau mengenal diriku lagi begitu melihatku bersama mereka. Aku justru ingin bersamamu, bersama kelompokmu, bersama teman-temanmu …” Will menjelaskan maksudnya. “Dan tadi aku kesal sekali kau mengacuhkanku dan meninggalkanku!” tegasnya.

Ash merasakan sensasi aneh di hatinya. “Maaf … kupikir kau menikmati waktumu bersama Hannah.”

“Sudahlah … ayo kita pulang! Kau tidak lupa, kan, kita ini bertetangga?” ujar Will tersenyum sembari melepaskan cengkramannya dan mengenggam jari-jari mungil milik Ash.

“Will! Lepaskan tanganmu! Orang-orang akan mengira kita berpacaran!” Ash menjadi panik, karena dia pikir Will akan melepaskan genggamannya.

“Biarkan saja mereka berpikir seperti itu.”

Ash yang kesal karena merasa Will menggodanya, hanya bisa memasang ekspresi mengamuk kepadanya. Lalu Will menarik tangannya keluar dari kelas. Mereka menuju lorong dan berpisah saat di loker masing-masing.
Ash melihat Karen sudah di lokernya. Dia tersenyum seakan curiga dan siap menginterogasinya.

“Jadi, apa yang kau bicarakan dengan Will?”

“Ah, bukan hal penting … hanya soal Hannah dan kelompok elitenya.”

“Hanya itu saja?”

“Memang kau berharap kami membicarakan apa?”

“Sesuatu seperti … dia menyatakan cintanya padamu?”

Ash tertawa. “Karen! Buang jauh-jauh pikiranmu itu! Will tidak akan mungkin melirikku!”

“Tidak mungkin apanya?” tanya Will tiba-tiba dari arah belakang.

Spontan Ash menjadi kaget. Jujur saja, dia berharap Will tidak mendengarkan pembicaraannya dengan Karen. “Ah bukan apa-apa” jawabnya nyengir.

Will mengangguk meski ekpresinya masih terlihat penasaran. “Mmm, Ash … aku ingin kau menemaniku sebentar ke ruang guru, itu juga jika kau tidak keberatan?’

“Oh oke. Aku tidak keberatan,” jawab Ash sambil meninggalkan loker. “Jadi, apa masih ada urusan administrasi?”

“Ah tidak! Ini …” Will menunjukkan kartu kegiatan ekstrakulikuler. “Aku akan mendaftar di klub basket.”

“Ah … jadi kau anak basket?”

“Yeah, begitulah. Kau sendiri? Memilih kegiatan apa?”

“Aku? Mm, Aku mengambil kegiatan seni, teater dan musik.”

“Jadi, kau bisa bermain musik?”

“Aku bermain piano dan aku di bagian musik untuk teaternya.”

“Kau bisa memainkan apa? Rock? Pop? Lady Gaga?”

“Aku bermain klasik, jazz … tapi kadang aku bermain pop.”

“Wow! luar biasa!” Will memuji.

“Ah, biasa saja.” Ash tersipu. “Ngomong-ngomong … jika kau masuk klub basket sekolah ini, kau harus hati-hati dengan Hannah. Dia anggota cheerleader dan kau sudah pasti akan bergabung dengan kelompok elitenya.” Ash mengingatkan Will tentang status sosial anak-anak di SMU Windsor High School.

Will hanya tersenyum. Tapi kali ini senyumnya terlihat di paksakan. Jelas Will tidak menyukai tentang masalah status sosial ini.

Ash menunggu Will di luar ketika mereka sampai di ruang guru. Dia memikirkan perkataan Will tentang ingin bersamanya? Will pasti tidak serius.

“Selamat sore Ms.Laura, saya ingin menyerahkan kartu kegiatan ekstrakulikuler.”

“Oh, kau Will, kan? Baiklah … jadi, kau akan memilih klub basket?”

“Ya. Dulu saya ada di tim basket sekolah yang lama. Jadi saya pikir, lebih baik saya memilih klub basket.”

“Baiklah kalau begitu, saya akan mencatatnya. Kau bisa langsung bergabung nanti hari jumat. Kegiatan ekstrakulikuler ada setiap hari jumat, tapi untuk latihan dan hal-hal lainnya biasanya hari sabtu dan minggu.”

“Baiklah, saya mengerti. Saya permisi dulu, selamat sore.” ucap Will sopan.

Menyadari Will sudah keluar dari ruang guru, membuat Ash agak terperanjat karena sedikit melamun tadi.

“Sudah selesai?”

“Yeah, katanya aku bisa langsung bergabung hari jumat nanti dan memulai latihan hari sabtu dan minggu.”

“Memang kegiatan ekstrakulikuler hari jumat sore, kok.”

“Kau juga latihan setiap hari sabtu dan minggu?”

“Iya. Itu pun kalau ada acara, seperti .. kau taulah! Pesta dansa, acara musik, atau penampilan anak-anak klub teater.” Ash mendesah. “Paling minggu ini belum ada latihan-latihan atau kegiatan ekstrakulikuler.”

“Mmm, begitu ... tapi aku tetap harus mengikuti kegiatan ekstrakuliker jumat ini.”

“Kalau klub basket biasanya memang selalu sibuk. Aku juga akan ada kegiatan di klub seni hari jumat nanti, menyeleksi junior yang akan masuk klub.”

“Benarkah? Syukurlah! Berarti hari jumat nanti kita tetap bisa pulang bersama.”

“Ya ampun! Jadi yang kau pikirkan hanya pulang bersama denganku?” Ash melongo tidak habis pikir.

Will tertawa lalu menatapnya. “Soalnya bersamamu itu hal yang menyenangkan buatku.”

Ashilla langsung diam seribu bahasa. Entah apa yang membuatnya menjadi patung untuk sepersekian detik. Apa ketampanannya? Apa mata birunya? Atau kata-katanya yang menggodanya seperti itu? Sebuah sensasi aneh kembali menjalar dihatinya, tapi dia mengingatkan diri untuk kembali ke kenyataan.

“Will! Jangan menggodaku!” Ash berteriak histeris. Malu.

“Aku tidak menggodamu! Aku sungguh-sungguh!” Will tertawa menyadari bahwa dirinya sukses menggoda Ash.

Tanpa menggubris kata-kata Will, Ash langsung ambil langkah kaki seribu meninggalkannya. Dirasakannya kini bukan hanya sensasi aneh di hatinya, tapi pipinya mulai terasa panas.

“Hey, Ashilla! Tunggu aku!”

Ash mempercepat langkahnya, tapi Will berhasil mengejarnya lalu menyamakan kedua langkah kakinya dengannya.

Mereka akhirnya pulang bersama menggunakan bus sekolah. Sepanjang perjalanan mereka mengobrol. Will bercerita tentang sekolahnya dulu. Ternyata dia termasuk cowok populer, itu karena dia berhasil menjuarai kejuaraan nasional basket di saat dia masih junior. Tapi menurut Ash, tanpa harus menjadi juara pun dia bisa jadi anak populer, mengingat dia punya wajah tampan dengan mata biru juga senyum badai yang selalu saja membuat sensasi aneh saat Ash melihatnya.

Begitu sampai di halte dekat rumah, mereka berjalan beriringan yang tentu saja searah karena mereka bertetangga kemudian saling berpamitan ketika sudah berada di depan rumah masing-masing.

Ash merebahkan dirinya di kasur. Lelah sekali. Hari pertama kembali masuk ke sekolah yang penuh dengan cerita. Dia tidak sabar untuk menceritakannya pada ayahnya. Lagipula dia sudah berjanji akan menceritakan kegiatannya di sekolah.
Lalu Ash membangunkan diri dan duduk di atas kasur. Menoleh ke jendela kamar Will. Laki-laki itu baru saja masuk ke kamar dan melihatnya dari seberang.

Ash tersenyum kepadanya dan Will membalas senyumnya. Balasan senyum dari Will cukup meyakinkannya bahwa laki-laki itu menyadari kehadirannya.

∞∞∞

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top