Eleven • Tertarik dan Penasaran

Will sudah bangun dan hendak bersiap-siap untuk sarapan. Tapi kemudian, dia melihat ke arah jendela kamar Ash yang masih ditutup tirai.

“Apa dia belum bangun?” Will mengambil ponselnya dan mulai mengetik.

WillAlexander

Selamat pagi, Ash!

Kulihat tirai jendela kamarmu masih tertutup, apa kau masih tidur?

Agak lama dia menunggu balasan tapi tak kunjung dibalas. “Mungkin Ash memang masih tidur.” pikirnya.
Sekarang sudah pukul 8 pagi, Will pun bergegas menuju meja makan. Dia lihat Ibunya sedang mempersiapkan sarapan.

“Selamat pagi, Mom,” ucap Will sambil mengecup kening Ibunya.

“Selamat pagi, Will. Kau wangi sekali dan tampan seperti biasanya,” goda Elle.

“Jangan menggodaku, Mom,” ujar Will, “oh ya, tetangga kita akan mengunjungi kita hari ini.”

Eleanor menatap putranya. “Ada acara apa, ya?” tanyanya.

“Ash bilang orang tuanya ingin menyambut kita. Mereka belum menyambut kita, kan?” jelas Will.

“Oh begitu. Mmm, jadi apa yang harus kita persiapkan?” Elle berpikir bagaimana menyambut tamunya nanti.

“Kita siapkan makanan kecil saja.” Will sesumbar.

“Bisa saja kalau kita punya makanan ringan atau semacamnya, apa kau mau ke supermarket kecil di dekat sini untuk membeli camilan? Kumohon?” Elle memelas.

“Oh baiklah Mom, lagipula aku butuh camilan untuk mengerjakan tugas biologi bersama Ash,” jawabnya, “tapi setelah aku menyelesaikan sarapanku.”

Elle tersenyum. “Tentu saja kau harus menghabiskan sarapanmu dulu.”

Setelah selesai dengan sarapannya, Will mengambil jaket dan bergegas keluar menuju Little Mart yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Saat di depan rumahnya, Will tidak sengaja berpapasan dengan Ashilla. Will tampak kaget karena dia pikir Ash masih tidur di kamarnya, tapi yang dia lihat sekarang sepertinya Ash baru saja akan kembali ke rumah dengan sekantong belanjaan. Refleks Will menoleh ke arah jendela kamar Ash, dan benar saja masih tertutup tirai jendela.

“Hai Will!” sapa Ash, “kau akan pergi?”

“Ah iya, aku perlu ke Little Mart untuk membeli beberapa makanan ringan.”

“Oh, aku baru dari sana. Aku juga berbelanja beberapa makanan ringan untuk acaraku nanti malam.”

“Acara kencanmu?”

“Mmm-mm.” Ash mengangguk.

Will yang penasaran mencoba untuk tidak menunjukkannya. Dia pun mengganti topik pembicaraan. “Ngomong-ngomong, kau bangun jam berapa? Kulihat jendela kamarmu masih tertutup tirai, kupikir kau masih tidur.” tanyanya.

“Aku bangun jam lima pagi karena aku harus berolahraga. Kau tahulah, lari pagi di hutan.”

“Di hutan? Kau tidak takut jalan-jalan sendirian di hutan?”

“Memangnya siapa yang bilang aku sendirian di hutan?”

“Oh, jadi kau tak sendirian? Lalu, kau dengan siapa? Teman kencanmu?”

“Itu …” Ash menyengir. “R A H A S I A,” jawabnya berbisik lalu meninggalkan Will masuk ke dalam rumah.

“Astaga gadis itu! Membuatku penasaran!” decak Will. Dia lalu melanjutkan perjalanannya menuju Little Mart yang beberapa blok dari rumahnya, setelah dia yakin Ash sudah masuk ke dalam rumah.

Sepanjang perjalanan, Will berpikir keras siapa teman kencan Ash. Setahunya Ash tidak pernah menggandeng siapapun di sekolah selain terus bersama sahabat-sahabatnya Karen, Danny, dan Alex.
Ah! “Kenapa aku jadi memikirkan Ash? Memangnya kenapa jika dia punya teman kencan? Lalu, kau mau apa Will?” gerutunya berbicara sendiri. “Baiklah akan kutanyakan sendiri nanti padanya.”

∞∞∞

Ash memasuki rumah, dia mencium harum semerbak panggangan kue. Sepertinya Mom sudah selesai memanggang kue, pikirnya. Tentu saja Ash ingat kalau hari ini dia dan orang tuanya akan mengunjungi tetangga sebelah dalam rangka acara penyambutan.

Tanpa menyapa Ibunya yang sedang di dapur, Ash langsung menuju kamar di lantai dua. Dia lihat memang tirai jendela belum dibuka, pantas Will mengira dirinya masih tidur. Dibukanya tirai jendela lalu bergegas ke kamar mandi membersihkan badan.

Setelahnya, dia bersiap-siap untuk mengunjungi tetangga baru. Dengan membawa laptop dan beberapa buku biologi untuk mengerjakan tugas bersama Will.

“Kau sudah siap?” tanya Mom.

“Yeah, Mom.“ Ash mengangguk.

“Baiklah kita jalan sekarang.”

Mereka berjalan perlahan menuju tetangga sebelah.  Melissa membawa kue yang baru saja dipanggangnya pagi ini. Agak kerepotan. Suaminya membantu memegang kuenya karena Ash sudah cukup kerepotan dengan membawa laptop dan beberapa buku.

Sesampai di rumah Will, Ash memencet bel lalu Will membuka pintu rumah.

“Hai, Will!” sapa Ash dengan senyum ramah. “Aku dan orangtuaku ingin menyambut tetangga baru.”

Will tampak senang. “Silahkan masuk,” ucapnya mempersilahkan keluarga Thompson masuk dengan ramah.

Melissa menatap Will lalu melirik Ash. “Dia tampan sekali,” bisik mom.

“Mom!”

Saat tiba di ruang tamu, Eleanor menyambut mereka. “Hai! Selamat datang di rumah kami yang sederhana ini. Perkenalkan saya Eleanor Blair Hall.” Elle menjabat tangan Melissa dan Keith secara bergantian.

“Saya Melissa Thompson, Ibunya Ash dan ini suamiku, Keith Thompson.” Melissa memperkenalkan diri lalu menyerahkan kue yang dibawanya..

Eleanor mengambil kue tersebut. “Terima kasih. Mari silahkan duduk,” ucap Elle.

Ash melihat Will duduk di samping Ibunya lalu memutuskan duduk tidak jauh dari orang tuanya.

“Maaf jika saya lancang bertanya. Mm … tapi apa kalian orang tua kandung Ash?” tanya Elle penasaran. “Sekali lagi maaf, karena Ash terlihat berbeda….”

Ash tidak masalah dengan pertanyaan itu. Setiap kali orang baru berkenalan dengan mereka, pasti akan menanyakan pertanyaan semacam itu. Jujur saja, itu sudah menjadi hal biasa baginya. Karena memang tampangnya yang asia sedangkan kedua orang tuanya yang sangat Amerika, sudah jelas bukan? Dia di adopsi.

“Ah, tidak apa-apa. Kami sudah sering mendapat pertanyaan seperti itu,” jawab Keith santai, “kami memang bukan orang tua kandung Ash. Aku dan Melissa sudah menikah cukup lama tapi tidak bisa memiliki anak. Jadi, kami mengadopsinya saat usianya tiga tahun. Kami pindah ke kota ini dari Maryland, saat usia Ash sembilan tahun,” jelasnya.

“Oh, begitu ... jadi, kalian sudah cukup lama tinggal di kota ini,” ucap Elle.

“Lebih tepatnya sudah tujuh Tahun,” ujar Melissa.

Ash memandang Will dan memberi tanda bahwa mereka harus mengerjakan tugas biologi. Will pun berdeham. “Mom ... sepertinya aku dan Ash harus permisi, kami harus mengerjakan tugas biologi di kamarku,” selanya di tengah-tengah perbincangan para orang tua.

“Baiklah, kalian bisa meninggalkan kami dan sebaiknya kalian segera mengerjakannya.” Elle memberikan izin.

“Ash … mungkin nanti mom dan dad akan pulang duluan. Tidak apa-apa, kan?” tanya Melissa sesaat sebelum Ash beranjak dari duduknya.

“Tidak apa-apa, Mom,” jawab Ash santai, "tidak akan terjadi sesuatu juga, kan? Lagipula kami tetangga”

Akhirnya Ash dan Will meninggalkan para orang tua di ruang tamu. Melissa, Keith dan Elle melanjutkan perbincangan mereka. Tentu saja perbincangan orang dewasa.

Ash mengikuti Will menuju lantai dua. Kamar Will sudah lebih berwarna dengan bermacam-macam barang remaja pria. Ada ring basket kecil menempel di tembok di atas tempat tidurnya dan yang membuat Ash tertawa geli adalah Will memasang poster Blackpink.

Blackpink? Kau serius?" tanya Ash heran.

Sungguh di luar dugaan jika seorang William Alexander Hall, remaja Amerika dari New York menyukai girlband asal Korea Selatan.

“Kau tahu mereka?”

“Tentu saja aku tahu.”

“Benarkah?” Will terlihat antusias. “Kau suka lagu-lagu mereka?”

“Aku tahu mereka bukan berarti aku menyukai lagu-lagu mereka.” Ash mendecak. “Aku kaget sekali ternyata kau menyukai girlband itu.”

“Memangnya kenapa dengan Blackpink? Mereka cantik dan seksi. Aku menyukainya.” Lalu Will menunjuk salah satu gadis yang terpampang di poster. “Namanya, Lisa. Aku rasa, aku ini fanboy-nya,” gumam Will.

“Kau pikir, aku mau tahu?” tanya Ash dengan tampang datar membuat Will menjadi salah tingkah. “Jadi, kau menyukai mereka karena cantik dan seksi?”

“Tentu saja tidak!” Will mendecak. Dia sadar Ash sudah meremehkan seleranya. “Aku juga menyukai musik mereka!”

“Oh, ya? Lagunya yang mana yang kau sukai?” selidik Ash.

Sesaat Will menatap Ash canggung, lalu dia menelan ludahnya. “Apa perlu kita membahas ini? Sebaiknya kita mengerjakan tugas kita!” ujarnya sambil membuka laptop.

“Baiklah, terserah kau saja.” Ash menimpali dengan santai setelah berhasil membuat Will terpojok.

Memang tidak heran jika remaja pria Amerika menyukai wanita cantik dan seksi. Tapi Ash pikir, Will akan menyukai sesuatu yang berbeda. Sekali lagi dia meyakinkan diri kalau dia bukanlah tipenya Will. Sudah pasti laki-laki itu sangat cocok dan serasi dengan Hannah Conrad.

“Jadi, kita mulai saja mengerjakannya,” ucap Will sambil memainkan keyboard laptop. “Apa mungkin sebaiknya kita mencari di Google saja nama-nama latinnya?”

“M-mm. “ Ash mengangguk.

Setelah beberapa jam mencari, akhirnya mereka menemukan 100 nama latin tumbuh-tumbuhan. Hanya saja tidak semua nama latin itu ada penjelasannya.

“Bagaimana ini, kita kurang beberapa penjelasan dari nama latin tumbuhannya,” kata Ash agak kecewa.

“Biar sisanya aku yang kerjakan saja,” ujar Will.

“Kau tidak apa-apa mengerjakan sisanya?”

“Tidak apa-apa, lagipula ini tugas bersama. Sudah tugasku juga, kan, mengerjakannya?”

“Baiklah kalau begitu.” Ash membereskan laptop dan buku-buku. Dia melirik jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Masih ada waktu untuknya ke markas sebelum jam 5.

“Ngomong-ngomong, aku masih penasaran dengan teman kencanmu?” tanya Will sesantai mungkin mencoba tidak terlihat penasaran.

Ash menyengir. “Tidak usah penasaran. Aku tidak ada teman kencan, kok,” jawabnya santai.

“Jadi, kau sebenarnya tidak ada acara kencan malam ini?”

“Kalau acara kencan nanti malam sih ada, mangkanya aku mau bergegas pulang.” Ash sudah bersiap menuju pintu kamar, sebelum dengan cepat Will mencegatnya.

“Boleh aku ikut? Ke acara kencanmu?” tanyanya serius.

Ash menatap Will, lalu terkekeh. Baru dia sadari kalau laki-laki ini suka sekali mencegat orang. “Tidak bisa, Will. Mana ada, sih, orang yang mau berbagi acara kencannya?”

Will hanya diam mematung, lalu tersenyum kecil. Yang benar saja! Dia baru meminta Ash untuk mengajaknya ke acara kencannya. “Dasar kau bodoh, Will!” umpatnya merutuk diri sendiri. Kali ini dia tidak berhasil mengorek informasi tentang acara kencan Ash.

∞∞∞

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top