3. Awal Penipuan
Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Ku langkahkan kakiku di rumah yang layaknya istana ini, ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah ini. Tapi entah kenapa hatiku terasa hangat ketika pantofel yang di belikan oleh Neji menginjak lantai marmer berkelas mansion megah milik klan Hyuuga ini.
Seorang pria paruh baya bersama gadis remaja tanggung menyambutku dengan senyuman yang sudah dapat ku tebak. Ya, senyuman penuh keserakahan. Tapi atensiku tertuju pada satu benda besar yang terpajang di ruang tamu mewah itu.
Piano.
Ya, benda yang mengingatkanku pada cinta masa kecilku, cinta pertamaku yang tak pernah menepati janjinya padaku.
Gadis kecil yang selalu kupanggil Usagi Hime.
Tak mempedulikan Neji yang berusaha mengenalkan ku pada pria paruh baya itu yang aku yakini adalah ayahnya.
Aku terus berjalan mendekati benda besar yang terbuat dari kayu jati itu.
Jemari sewarna maduku menyentuh tiap tuts piano itu, senyum kecut tersungging dari bibirku kala mendengar dentingan asal yang berasal dari tekanan jemariku. Aku semakin mengingat Usagi Himeku gadis kecil lucu yang kulitnya seputih bulu kelinci.
...
Tangan seputih susu itu menyibakkan helaian kelamnya yang baru saja di sisir oleh sang perawat.
Dia tak bisa melihat pantulan dirinya di cermin yang begitu cantik.
"Tidak usah pergi kesana Hinata-sama." Bujuk Sakura sembari membantu Hinata menggengam tongkatnya.
Hinata menggeleng sambil mengembungkan pipinya. "Aku tidak suka kau terus memanggilku dengan embel-embel -sama."
"Dan aku tidak suka kau pergi kesana. Setidaknya biarkan aku menemanimu Hinata-sama."
"Sakura..?" Hinata memprotes panggilan Sakura pada dirinya dengan raut wajah kesal.
"Iya, iya Hinata-chan" Jawab Sakura sambil mencubit pelan pipi gembul Hinata.
"Aku harus pergi.., karena.."
Ting..Ting..Ting..
Ucapan Hinata terpotong saat telinganya menangkap suara yang tak asing baginya.
Walaupun sekarang dia buta, Hinata sangat mengenali suara ini. Suara yang berasal dari piano milik mendiang sang ibu yang diletakan di ruang tamu rumah megah ini.
Hinata bergegas dengan cepat meninggalkan kamarnya menuju asal suara itu,"Siapa yang lancang memainkan piano Kaa-san?"
...
"Hentikan!!"
Naruto menghentikan permainan piano asalnya ketika mendengar suara pelan namun tegas.
Kepalanya mendongak dan safirnya menangkap seorang gadis yang kini berdiri di tangga. Gadis cantik dengan helaian indigo tergerai dan poni ratanya.
Safir biru Naruto enggan berkedip memperhatikan dari atas hingga kebawah sang pemilik mutiara lavender yang mengenakan terusan selutut berwarna baby pink yang di lapisi sweeter rajut sewarna matanya. Dilehernya melingkar syal rajut merah dan kakinya terbungkus stoking tebal hitam yang di padukan flat shoes berpita dengan warna coklat muda.
Safir itu terus mengikuti pergerakan sang gadis yang menuruni tangga dengan bantuan tongkatnya.
Naruto tersenyum simpul. Tak perlu di kenalkan. Dia sudah tahu siapa gadis itu. Neji sudah memberitahu nya saat mereka berada dalam perjalanan dari Kamagasaki ke Osaka.
'Hyuuga Hinata si buta,' batin Naruto.
Hinata memang lemah dan terlihat pasrah di hadapan paman dan para sepupu serakahnya itu.
Tapi jika itu menyangkut piano mendiang sang ibu dia tak akan tinggal diam.
Piano kenangan yang selalu di mainkan bersama sang ibu ketika dia masih kecil. Hingga sang ibu menghembuskan nafas terakhir karena penyakit leukimia kala usianya masih sepuluh tahun.
Sebelum kematian terencana sang ayah setahun yang lalu. Hinata yang kala itu adalah gadis normal selalu memainkan piano itu di hadapan sang ayah. Bahkan dia lebih sering menggunakan piano klasik itu di banding piano moderen yang ada di kamarnya.
Tapi semenjak sang ayah di renggut paksa dari hidupnya, Hinata sama sekali tidak mau menyentuh lagi piano itu. Tapi dia akan sangat marah jika piano sang ibu disentuh oleh orang lain.
Dan tiga orang Hyuuga serakah itu tentu saja sama sekali tidak berminat dengan piano kuno itu. Mereka jauh lebih tertarik pada saham dan triliunan Yen yang di hasilkan dari perusahaan yang di bangun sendiri oleh Hyuuga Hiashi.
Naruto melangkahkan kakinya mendekati Hinata yang berdiri anggun dengan menggenggam tongkatnya.
"Siapa kau?" Tanya Hinata dingin.
Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah seputih salju itu. Kulit Hinata yang begitu halus dengan mata ungu pucatnya begitu mengingatkan Naruto pada Usagi Himenya yang pergi tanpa kabar.
Tak sedikit pun terbesit di benak Naruto bahwa mungkin saja mangsanya ini adalah Usagi Himenya. Beberapa memori masa kecilnya hilang saat dia tertabrak bus ketika dia mengejar mobil yang membawa cinta pertamanya meninggalkannya.
Yang dia ingat hanya dia sangat mencintai gadis kecil itu dan berjanji akan selalu menjaganya, hingga gadis kecil itu pergi meninggalkannya tanpa pamit dan tak pernah menepati janjinya untuk kembali mengisi sisi gelap hidupnya.
Hembusan nafas hangat beraroma mint itu menguar di pipi Hinata. Entah karena tidak suka atau malu, pipi itu menguarkan semburat kemerahan. Terlebih lagi saat tangan Naruto yang terasa hangat itu sedang membelai pipinya
"Aku calon suami mu." Bisikkan Naruto begitu lembut membelai daun telinga Hinata
Hingga Hinata tersentak dan mundur beberapa langkah saat mendengar suara berat Naruto. Untung saja Sakura sudah berada di belakangnya.
Sakura menjauhkan tubuh Hinata dari pria yang dia curigai. "Jangan asal bicara kau!! Calon suami Hinata adalah putra tunggal mendiang Namikaze-sama sahabat Hiashi-sama. Bukan orang sepertimu." Cecar Sakura sambil menunjuk wajah Naruto.
"Jaga bicaramu Sakura!!" Bentak Neji. "Dia Namikaze Naruto putra tunggal Namikaze Minato, sahabat Hiashi Ji-san."
Naruto tersenyum tipis. Mendengar Neji menyebut marga samarannya dan nama Namikaze Minato yang sama sekali tidak dikenalnya.
Yang Naruto tahu dia dibesarkan oleh paman pemabuknya yang meninggal saat dia berusia delapan tahun, akibat sakit lever. Uzumaki Nagato. Setelah itu dia di besarkan di panti asuhan di kota Sapporo, Hokaido.
Beberapa tahun kemudian saat panti asuhannya terbakar di usianya ke tiga belas tahun dia dan teman satu pantinya, Shikamaru, menyelinap ke dalam truk pengangkut barang, dan saat mereka ketahuan oleh sang pemilik truk tersebut telah tiba di pulau Honsu. Mereka langsung ditinggalkan di kota Kamagasaki. Kehidupan keras di kota itu mau tidak mau membuat Naruto dan Shikamaru menjadi seorang bandit.
Suara derap langkah kaki pantofel lain melangkah menuju ruang tamu mewah itu. Menyadarkan Naruto dari lamunan singkatnya.
"Jadi ini putra Namikaze Minato yang sempat hilang itu." Komentar dingin sang pengacara Uchiha.
Sakura tersenyum senang melihat kekasihnya datang.
Sasuke berjalan dengan santai sambil memasukan satu tangan ke saku celana bahannya.
Onixnya menatap lekat safir Naruto. Satu tangannya meraih selembar foto yang tersimpan di saku jasnya.
"Mata biru, rambut kuning, kau benar-benar mirip dengan Minato-sama. Tapi aku tak begitu saja percaya bahwa kau adalah putra Minato-sama yang di culik saat baru di lahirkan." Sasuke membandingkan penampilan Naruto dengan foto di tangannya.
"Saya harap anda bisa memiliki bukti kuat Uchiha-sama. Mengingat saya memiliki surat-surat yang menjelaskan identitas saya sebagai putra Namikaze."
Neji tersenyum puas melihat akting Naruto. Dia tentu saja sudah menceritakan pada Naruto tentang pria bermarga Uchiha itu.
"Dia putra Namikaze Minato, ini bukti tes dna nya dari helaian rambut Minato yang disimpan petugas rumah sakit setelah kecelakaan yang menimpa Minato dan istrinya. Kau bisa mengeceknya lagi di rumah sakit pemerintahan Jepang di Tokyo." Tentu saja lagi-lagi hasil tes dna itu adalah hasil manipulasi persekongkolan Neji dengan petugas rumah sakit.
Sasuke langsung menyambar map yang di sodorkan Neji dan membacanya cepat. "Aku akan membuat kalian membusuk di penjara jika semua surat-surat ini palsu!" Ancam Sasuke.
Kaki jenjang pria Uchiha itu melangkah menghampiri Hinata yang hendak beranjak dari ruangan ini.
"Kau mau kemana?" Tanya Sasuke melihat Hinata yang menyampirkan tas di punggungnya.
"Mengajar." Jawab Hinata santai sambil melaju ke luar rumah.
"Pakai mobil dan pergi dengan Sakura." Perintah Sasuke.
Hinata tidak menggubris sama sekali ucapan Sasuke. Dia tetap menerobos pintu utama mansion Hyuga. Dan melangkahkan kakinya keluar. Mengabaikan Sasuke yang sempat menghadangnya.
Saat Sasuke hendak mengejar Hinata. Tangan kekar Naruto menghadangnya.
"Biar aku saja." Tawar Naruto.
Sasuke tersenyum tipis. " Jika kau bisa." Sasuke mempersilahkan.
Seketika Naruto langsung keluar mengejar Hinata.
Neji, Hiashi, dan Hanabi lagi-lagi tersenyum puas melihat akting memukau Naruto.
"Kenapa kau tak mengejarnya Sasuke-kun?" Ujar Sakura setelah menghampiri Sasuke.
"Gadis itu keras kepala. Aku ingin lihat bagaimana cara penipu itu bekerja." Jawab Sasuke tenang, sementara Sakura hanya menggelengkan kepalanya. Tak mengerti dengan tujuan Sasuke.
...
つづく
Tsudzuku
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top