BAB 6
Lamaran itu diterima. Sepertinya tanpa suka cita. Dan Rena tidak tahu apakah harus merasa bahagia atau sebaliknya. Semua terasa ... hampa. Terlalu hambar untuk dikatakan lega. Terlebih raut wajah Raki yang tak berubah sejak melepas kepulangan Steel dan Pak Subhan di tengah hujan yang turun dengan deras beberapa saat lalu.
Yang Rena cukup tahu, saat ini dirinya sudah memiliki tunangan dan tak perlu repot mencari lagi. Sempat tadi Pak Subhan bertanya, apakah keluarga Rena masih menginginkan lamaran resmi atau langsung pernikahan, yang Yanti jawab dengan lugas bahwa niat baik akan lebih sempurna bila disegerakan.
Raki tak lagi banyak bicara setelah itu. Hanya bertanya sekali lagi pada Rena tentang keputusannya yang sudah bulat. Dan Rena yang merasa sudah tidak mungkin mundur lagi hanya mengangguk.
Lalu tanggal pernikahan ditetapkan dua bulan setelah itu.
Selama masa dua bulan mempersiapkan acara, tidak ada kemajuan dari hubungan Steel dan Rena. Putra bungsu Pak Subhan hanya sesekali menelepon dalam seminggu, itu pun di waktu-waktu menjengkelkan seperti tengah malam seolah berharap Rena sudah tertidur dan tidak akan mengangkat panggilannya.
Sayangnya, Rena memang gampang terbangun bila mendengar bunyi alarm atau dering yang cukup panjang. Ia tak pernah bisa menahan diri untuk mengangkat telepon dari lelaki itu karena berpikir toh mereka akan menikah dan harus jauh lebih mengenal lagi.
Anehnya, makin ke sini Rena kian merasa ada yang salah dengan hubungan ini. Steel jadi bersikap lebih kaku, tidak seluwes dulu saat mereka hanya sebatas tante Flora dan om Tita. Seolah ada jurang yang memisah, alih-alih jembatan penghubung.
Rena jadi berpikir, apakah keputusan yang diambilnya secara gegabah ini salah? Namun sudah terlalu jauh untuk membatalkan segalanya. Jadilah Rena memilih untuk terus melanjutkan meski seringkali dirinya tak nyaman pun tidak merasa dicintai sama sekali.
Ah, kadang Rena berpikir kenapa kisahnya tidak semulus orang-orang? Jalan hidup Rena terlalu hambar dan membosankan. Sangat membosankan.
Sejak kecil dia tumbuh di lingkungan keluarga yang cukup bahagia. Dia manut terhadap orang tua dan benar-benar mengikuti nasihat mereka untuk tidak dekat dengan anak laki-laki lebih-lebih berpacaran. Ayahnya terlalu tegas pun kakak yang sangat menjaga. Jadilah Rena jomlo sejak lahir dan sama sekali tak keberatan tentang itu.
Tetapi seperti wanita pada umumnya, Rena juga memiliki impian suatu saat semesta akan mempertemukannya dengan lelaki yang tepat lalu menyatukan mereka dalam mahligai pernikahan yang indah. Seorang laki-laki yang dengan bangga akan mengatakan pada dunia bahwa Rena adalah miliknya.
Sesederhana itu.
Sayang, bahkan sampai menginjak usia kepala tiga, pangeran impian tak pernah datang. Tawaran taaruf beberapa kali Rena dapat, tapi selalu saja gagal di tengah jalan. Steel salah satunya, yang langsung memutuskan untuk tidak melanjutkan perkenalan mereka begitu pertemuan pertama.
Sakit hati? Tidak. Sudah terlalu biasa. Rena memang bukan jenis wanita yang akan memberi kesan bagus di masa perkenalan. Dia bukan gadis cantik. Tak memiliki prestasi yang wah. Public speaking buruk. Juga segudang kekurangan lain seperti manusia kebanyakan di bumi.
Namun, Rena juga tak seburuk itu. Dia mandiri dan cukup menyenangkan sebenarnya. Tidak terlalu jelek juga. Wanita yang lebih buruk darinya bahkan menikah, kenapa dia belum? Adalah pertanyaan yang dulu sering berseliweran di kepalanya.
Kini tidak lagi, melainkan pemikiran lain yang justru lebih buruk!
Tentang masa depannya yang justru terombang-ambing, mengingat hubungan Steel dan Rena yang cukup berisiko. Bila suatu saat nanti pernikahan mereka gagal--amit-amit--yang dipertaruhkan justru hubungan dua keluarga menginggat Hanggara merupakan besan orangtua Cinta.
Rena masih ingat betapa hebohnya istri Raki begitu mengetahui kabar Steel melamarnya. Saudara kembar Cinta sama hebohnya. Mereka langsung mengadakan acara makan-makan dan mengundang Rena serta Steel ikut serta.
Itu merupakan pertemuan pertama Steel dan Rena setelah malam lamaran. Jangan tanya bagaimana suasana malam itu. Ramai. Lumi dan Cinta memang terkadang tidak bisa disatukan dalam satu meja. Steel dan Rena habis ditanya-tanya. Pertanyaan yang sempat membuat keduanya mati kutu.
Salah satunya;
“Kenapa kalian bisa memutuskan untuk menikah?” Cinta memajukan tubuh dan menempelkan tubuhnya ke meja persegi panjang yang diisi banyak sekali makanan. Di sampingnya, Raki duduk dengan tenang dan makan tanpa suara. Dia sepertinya masih belum bisa menerima Steel dengan tangan terbuka dan selalu berusaha menghindari obrolan dengan calon suami adiknya.
Di sisi lainnya, Lumi ikut memperhatikan dua bintang malam itu, mengabaikan Iron yang kewalahan menyuapi putri mereka agar mau makan sayur yang sangat Tita benci. Sedang Flora dengan lahap menyantap apa pun yang tersedia, merasa merdeka karena sang adik tidak ikut dan dititipkan di rumah nenek.
Mendapat pertanyaan semacam itu, Rena spontan langsung melirik Steel yang meringis kecil. Terlihat sama bingung. Sesaat sebelum dia menjawab sambil setengah bercanda, “Kamu sudah sama-sama dewasa. Aku butuh istri, dan Rena butuh suami. Ya sudah.” Jawaban sederhana dan apa adanya.
Benar. Tak ada yang salah dari jawaban Steel. Tetapi entah kenapa Rena justru merasa terluka mendengarnya?
Jawaban Steel seolah mengindikasikan bahwa Rena seputus asa itu sampai mau asal menerima tawaran pernikahan dari sembarang orang. Kendati hal tersebut benar, bukan berarti ... bukan berarti ... entahlah.
“Tapi kamu serius kan Steel sama adik, Mbak?” Cinta bertanya lagi. “Pernikahan bukan asal iseng-iseng berhadiah loh.”
“Kalau nggak serius, aku nggak bakal ajak Papa buat melamar adik ipar Mbak lah.” Steel menanggapi masih sambil berkelakar.
“Kalau dia macam-macam, kita sunat lagi aja, Ta,” sambung Lumi yang ditanggapi tawa kecil suaminya. “Rena juga, jangan mau dibodohi sama Steel nanti. Kalau dia berani menyakiti kamu, lapor saja sama kami, oke?”
Rena mendongak, membalas tatapan mata Aluminia dan hanya mengangguk pelan seraya menyuapkan potongan kecil daging ke mulut, lantas mengunyah perlahan.
***
Masih adakah yang inget cerita ini?😂
Maaf lama ya, Cah. Dari kemarin di rumah lagi sibuk karena ada acara.
19 Des 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top