4. Terus Terang Saja
***
Kenapa kepala gue jadi muter-muter?
Hana mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan dunia di sekitarnya berputar. Tubuh Hana terhuyung ke belakang karena hilang keseimbangan, tapi sebelum tubuhnya menghantam lantai jalur bawah tanah kota Sapporo sebuah tangan menariknya dan membantunya untuk tetap berdiri.
"Lo kenapa?"
"Gue agak pusing." Hana memejamkan matanya lebih lama dan berharap pemandangan di sekitarnya kembali normal saat membuka mata.
"Udah makan?" tanya Matt dan Hana menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Matt memapah Hana ke bangku terdekat dan memintanya untuk beristirahat. Lebih baik membantunya sebelum pingsan karena setelah Hana kehilangan kesadaran segalanya akan lebih merepotkan. "Tunggu di sini sebentar. Jangan pergi."
Emangnya gue bisa pergi ke mana? Kepala gue lagi nyut-nyutan begini juga. Udah gitu perut gue keroncongan dari tadi. Kalau pun pergi palingan juga pergi cari makanan yang murah.
Matt pergi meninggalkan Hana setelah mengatakan perintah yang tidak lengkap. Barapa lama dia pergi? Pergi ke mana? Untuk apa? Semuanya tidak jelas.
Hana merasa ditinggalkan begitu saja seperti anak kecil yang dibuang. Anak kecil saja akan menangis saat sadar kalau dirinya ditinggalkan sedangkan Hana tidak bisa melakukan itu. Menangis hanya akan membuang waktu dan tenaganya dengan sia-sia.
Hana tidak berharap Matt akan kembali meskipun cowok tampan yang diragukan kebaikannya itu berpesan jangan pergi. Hana duduk di bangku itu bukan karena menuruti perintah Matt, tapi karena sedang mengistirahatkan tubuhnya sebentar. Tidak ada gunanya berlama-lama di sini, lebih baik Hana segera kembali ke hotel untuk tidur setelah membeli ramen atau bento di konbini lalu melanjutkan misinya besok. Hana tidak bisa melakukan semua itu jika kesehatannya memburuk.
Suasana Stasiun Odori yang ramai oleh lalu lalang penduduk dan wisatawan membuat Hana semakin penat dan ingin meninggalkan tempat itu secepatnya. Hana melepaskan ikatan rambutnya untuk mengurangi tekanan di kepalanya. Biasanya cara ini selalu berhasil mengurangi tekanan di kepalanya, tapi kali ini tidak. Hana sadar kalau pusing di kepalanya berasal dari perutnya yang belum diisi makanan.
Gue liat di Youtube ada aja orang Indonesia yang datang ke Sapporo Winter Festival dan buat vlog, tapi kenapa sampai hari ini gue belum liat sama sekali? Apa tahun ini nggak ada yang datang?
"Makan dulu."
Ketika Hana berkutat dengan pikirannya, Matt datang dan dengan sengaja menunjukkan semangkuk nori miso soup tepat di depan wajah Hana. Mangkuk sup itu berpindah tangan. Hana mendekatkan sup itu ke hidungnya untuk menghirup dalam-dalam aroma gurih yang membuat perutnya keroncongan, minta diisi saat itu juga.
"Thanks. Gue makan ya."
Meskipun rasanya ingin segera melahap sup itu, tapi Hana masih bersikap sopan untuk menarik simpati cowok ganteng di sebelahnya. Semoga saja dia merasa kasihan melihat Hana yang kelaparan lalu meminjamkan uangnya. Hana tidak keberatan kalau harus memberikan jaminan gelang kesayangannya yang saat ini tersimpan dengan aman di saku jaket bersama dengan passport-nya.
Harga gelang itu jika dijual sekitar enam atau tujuh juta. Di saat mendesak dan tidak ada pilihan Hana bisa saja menjualnya, tapi Hana tidak tau apakah gelang itu laku jika dijual di Jepang lagi pula Hana tidak membawa surat pembelian benda berharga itu.
Hana mengaduk nori miso soup dan meniupnya beberapa kali untuk mengurangi panasnya. Sebagian besar isi sup itu adalah kuah lalu sebagian kecilnya adalah lembaran nori dan potongan kecil tofu. Meskipun sup ini bisa mengusir sakit di kepalanya sekaligus menghangatkan tubuh, tapi tetap saja tidak bisa membuat perut Hana kenyang.
Hana melihat cowok ganteng di sebelahnya yang sedang menikmati sup yang sama dengan Hana lalu pandangan mata Hana beralih pada kantung di pangkuannya. Hana yakin kantong itu berisi makanan juga. Kira-kira isinya apa? Apa gue dibagi juga? Kalo nggak dibagi apa gue minta aja?
"Masih lapar?"
Hana mengangguk dengan patuh dan mata berbinar seperti kucing yang akan diberikan makanan oleh sang majikan. Hana tidak dapat menahan senyum di wajahnya saat cowok baik itu mengeluarkan egg sandwich. Hana yakin kalau dirinya akan mendapatkan egg sandwich itu, jika tidak untuk apa dia bertanya masih lapar atau tidak. Hanya orang yang tidak memiliki rasa empati saja yang bertanya lapar atau tidak dan tidak memberikan makanan. Kalau seperti itu, kan, sama saja dengan meledek.
Makanan dari konbini Jepang memang tidak perlu diragukan rasanya apalagi di saat sedang kelaparan seperti ini. Rasanya nikmatnya melonjak, luar biasa sekali, rasanya seperti makan sushi paling mahal. Ngomong-ngomong soal sushi, sepertinya Hana tidak bisa menikmati sushi super enak di Sapporo padahal Hokkaido terkenal dengan seafood-nya yang berkualitas tinggi.
Daripada memikirkan hal yang membuat kepala dan hati Hana sakit lebih baik berkenalan dengan cowok ganteng ini. Gunakan waktu sebaik mungkin untuk merayu dia supaya memberikan pinjaman uang. "Gue Hana. Sekali lagi thank you banget buat makanannya. Kalo enggak gue yakin sih gue pasti lagi di ruang kesehatan sekarang. The worst case-nya gue dibawa ke rumah sakit dan malu banget kalo nggak bisa bayar biayanya."
Hana melebih-lebihkan situasinya, tapi semua itu memang mungkin saja terjadi. Hana, kan, tidak tau penanganan darurat di Jepang seperti apa. Kalau di drama biasanya akan ada seseorang yang memanggil ambulance lalu si korban dibawa ke rumah sakit.
Sekarang jam berapa? Kenapa ada toko yang udah tutup?
Kepanikan kembali menyergap Hana karena waktu untuk merayu cowok di sampingnya semakin terkikis. Hana juga tidak ingin berjalan di Ekimae Dori ketika semua toko tutup. Pasti menyeramkan seperti yang ada di film-film. Berjalan di koridor hotel atau apartemen yang sepi saja membuat bulu kuduk Hana meremang apalagi di jalan bawah tanah yang panjang dan tidak ada kehidupan.
Hana tidak tau juga sih apa di sepanjang jalan Ekimae Dori setelah jam sembilan masih ada kehidupan atau tidak karena selama dua hari ini Hana selalu tiba di kamar hotel sekitar pukul delapan malam. Dirinya tidak ingin berlari menuju hotel karena ketakutan.
"Gue Matt."
Thank, God. Akhirnya dia kasih tau namanya. Itu artinya Hana masih memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Matt. Hana berasumsi kalau Matt memang baik hanya saja dia tidak mudah percaya pada orang. Ya ... Hana juga akan bersikap hati-hati terhadap orang asing. Yang Hana perlukan saat ini adalah keajaiban dari mana pun asalnya supaya Matt luluh dan mau membantunya.
"Sekarang lo udah sehat, kan?" Matt bertanya memastikan sebelum meninggalkan Hana.
"Udah, tapi sandwich dan sup kebanyakan air kayak tadi nggak bisa buat gue kenyang."
Matt melotot dan mulutnya terbuka. Dia ingin merespon ucapan Hana tidak tau respon seperti apa yang harus diberikan. Baru kali ini ada cewek yang berterus terang dan tanpa rasa malu minta tambahan makan padanya. Matt jadi bingung dan serba salah. Hana sukses membuat dirinya merasa menjadi cowok paling pelit di dunia.
Kalo gue nggak bisa dapetin uang lo, seenggaknya malam ini perut gue harus keyang. Makan gratis sampai puas supaya uang gue bisa bertahan sampai lusa.
***
Gimana Monday kalian?
Don't say that you hate Monday karena Matt & Hana update tiap Monday.
Jangan lupa lempar cinta kalian untuk Matt & Hana.
Caranya : vote spasi komen 🤣
9 - 1 - 2023
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top