2. The Best & The Worst

***

"Kamu bilang apa?" Matt meminta Hana mengulangi ucapannya karena meragukan kemampuan kupingnya untuk mendengar. Jauh-jauh ke Jepang dan ada yang ingin meminjam uangnya.

"Saya mau pinjam uang, Mas," ulang Hana dengan nada yang mengiba. "Dompet saya jatuh. Semua uang cash, kartu ATM dan kredit Papa saya hilang sedangkan saya masih dua minggu lagi di Jepang."

Matt mengamati penampilan Hana dari atas sampai bawah. Penampilan Hana tidak terlihat seperti orang susah, wajahnya juga cantik seperti boneka dari Rusia. Tapi Matt tidak ingin percaya begitu saja karena banyak orang yang menggunakan kelebihan wajahnya untuk menipu.

Jantung Hana berdegup kencang karena rasa gugup dan berlari. Hana tidak pernah menyangka kalau nasibnya akan berada di tangan orang yang baru dia tabrak kemarin. Seandainya tidak membaca pesan dari papa yang memintanya pulang karena firasat tidak enak yang dirasakan mama sejak siang. Hana tidak akan meminjam uang, tapi meminjam kartu ATM saja.

Hana menunduk karena risih dengan tatapan menilai dari Matt yang rasanya seperti sedang diintimidasi oleh pihak yang berwajib.

Untuk menghilangkan rasa risih itu lebih baik Hana mengingat kembali hal yang membahagiakan kemarin saat dirinya tiba di Sapporo. Kebahagiaan yang singkat itu kembali berputar di kepala Hana.

"Akhirnya sampai juga di Sapporo."

Hana meregangkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu memandangi interior kamar hotelnya yang terlihat asing. Rasa asing yang menyenangkan sampai membuat Hana menendang-nendang selimutnya dengan gemas hingga selimut itu terjatuh dari tempat tidur.

Single ladies room yang dipesan Hana berukuran kecil jika tidak mau dikatakan sempit. Ukuran kamar hotel di Jepang berbeda dengan Indonesia, tapi kamar hotel di Jepang memang standarnya seperti ini.

Di kamar yang Hana pesan tersedia tempat tidur dengan bed cover, satu set meja kerja lalu kamar mandi lengkap dengan perlengkapan mandi, handuk dan hair dryer. Hana bangkit dari atas kasur untuk mencabut kabel humidifier saat melihat benda itu mengeluarkan uap air di atas meja untuk menjaga kelembaban ruangan. Lebih baik dicabut selagi ingat daripada lupa dan menimbulkan kebakaran.

Hana berbalik untuk menatap pemandangan di luar hotel melalui jendela tinggi di samping kasur. Bangunan pertama yang Hana lihat adalah stasiun kereta Sapporo. Hana menepuk-nepuk pipinya untuk menyakinkan dirinya kalau semua ini adalah kenyataan, bukan foto yang sering dilihat melalui website. Kemarin, Hana masih menginjak tanah kelahirannya yang beriklim tropis dan saat ini dia berada di negara empat musim yang dipenuhi salju.

Salju adalah salah satu hal terbaik yang dapat Hana rasakan secara langsung. Selama ini Hana hanya dapat melihatnya melalui layar kaca. Hana menempelkan tangannya di jendela besar itu seolah sedang menyentuh salju di luar sana. "Keluar sekarang aja. Hampir jam lima sore."

Hana mengganti pakaian tidurnya dengan long john, sweater, syal, celana dan jaket khusus untuk musim dingin agar tubuhnya yang terbiasa dengan udara panas Jakarta sanggup bertahan di suhu minus tujuh derajat. Seandainya tubuhnya tidak kuat menahan dingin Hana akan membeli pakaian hangat lagi dan beberapa kairo untuk ditempel di tubuhnya di pusat perbelanjaan bawah tanah kota Sapporo. Tidak masalah jika tubuhnya terlihat lebih besar karena memakai pakaian yang berlapis-lapis yang penting dia bisa menjelajahi tempat-tempat yang ada di dalam jurnalnya.

Lima jam yang lalu, Hana segera membersihkan tubuh setelah segala urusan check in di hotel ini selesai lalu turun pusat perbelanjaan di bawah tanah untuk makan siang. Hana tidak perlu merasakan hawa dingin di luar karena lantai B1 hotel yang ditempati terhubung ke jalan di bawah tanah. Hana sengaja memilih hotel ini karena harganya cukup murah dan lokasinya yang strategis. Jika Hana sedang malas berurusan dengan cuaca dingin yang membuat giginya beradu Hana bisa menuju ke Susukino dan Odori Park melalui jalan itu.

Setelah menikmati makan siang, Hana berencana untuk istirahat selama dua jam sebelum menikmati keindahan kota yang berselimutkan salju, tapi dirinya malah tidur sampai pukul lima sore dan saat bangun perutnya kembali bergemuruh minta diisi. Tubuh Hana memerlukan lebih banyak asupan untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. Liburan di puncak saja nafsu makannya bertambah apalagi di Sapporo yang sangat dingin dan banyak menawarkan jenis makanan yang berbeda.

Malam ini, Hana akan makan malam di Susukino. Di beberapa website perjalanan menginfokan bahwa dari stasiun Sapporo ke Susukino memerlukan waktu sekitar dua puluh menit berjalan kaki melewati jalur bawah tanah Ekimae Dori, tapi tidak untuk Hana. Gadis itu pasti sampai di Susukino satu jam kemudian karena berhenti beberapa kali untuk mengambil foto dan melihat-lihat barang melalui etalase kaca.

Namanya juga turis yang baru menginjakkan kaki di Sapporo, pasti banyak hal yang ingin diabadikan untuk dimasukkan ke dalam jurnal perjalanannya. Harus mencoba makanan ini, membeli souvenir itu, tapi terlalu merepotkan jika harus menambahkan catatan baru di jurnalnya sehingga Hana memotret nama-nama toko itu, dia akan kembali ke sana di hari terakhir di Sapporo. Mustahil bagi Hana menghabiskan seluruh bekalnya dengan cepat padahal belum dua puluh empat jam dia berana di ibu kota perfektur Hokkaido.

Hana mempercepat langkahnya saat gemuruh dari perutnya kembali terdengar. Tujuannya malam ini adalah menikmati ramen di Ramen Alley yang berada di daerah Susukino. Dingin-dingin makan ramen adalah pilihan paling tepat. Membayangkan Pop Mie saja air liurnya sudah menetes apalagi ramen hangat, pasti seratus kali lebih maknyus.

Hana memasukkan dompet ke dalam saku kiri jaket musim dinginnya sedangkan yang sebelah kanan untuk ponsel. Di balik jaket yang dipakai Hana terdapat saku lain yang dilengkapi resleting, tempat itu digunakan Hana untuk menaruh paspor dan dokumen penting lainnya. Dokumen-dokumen itu harus melekat di tubuh Hana ke mana pun gadis itu pergi, ini adalah pesan papanya yang dikatakan berulang kali sebelum gadis itu melancong seorang diri.

Tiga ribu Yen lebih dari cukup untuk makan malam. Hana bisa berfoya-foya malam ini dengan uang itu. Makan ramen satu mangkuk, jika kurang dua mangkuk juga tidak masalah untuk perut Hana lalu membeli camilan di pusat perbelanjaan bawah tanah ketika kembali ke hotel.

Rencana yang bagus untuk malam pertama di Sapporo. Hana tidak akan berlama-lama di luar sana karena tubuhnya masih beradaptasi. Suhu terdingin yang pernah Hana rasakan adalah sepuluh derajat celcius di Dieng.

Bermodalkan Google Maps di ponselnya Hana siap menjelajah jalan bawah tanah kota Sapporo. Hana berhenti ketika melihat cheese cake tart yang berjajar dan membeli sebuah untuk mengganjal perutnya sampai di Ramen Alley. Hana membeli sedikit saja karena tujuan utamanya adalah makan ramen, jika masih menginginkan mereka Hana akan membelinya ketika ketika kembali ke hotel.

Hana berfoto di depan toko itu lalu mempostingnya di story Instagram. Ini adalah foto pertama yang dipamerkan dan dua minggu ke depan, Hana akan mengunggah banyak foto di IG story-nya seperti benang jahit mengikuti langkah para artis ibu kota. Pokoknya, acara melancongnya kali ini akan membuat siapa pun yang melihatnya iri. Iri dengan kemampuan menabungnya dan juga iri akan keberanian menjelajah negara lain seorang diri.

Andre : Ke Jepang enggak ngajak-ngajak

Hana menghela napas ketika sang mantan membalas story-nya dengan cepat. Hana hendak keluar dari Instagram ketika sebuah pesan baru dari Andre masuk.

Andre : Sama siapa?

Andre : Gue juga lagi di Jepang, ketemuan yuk

Hana tidak membalas pesan Andre, gadis itu segera memasukkan ponselnya lalu mengeluarkan selembar uang seribu Yen dari dalam dompet untuk membayar cheese cake tart. Meskipun menyenangkan bertemu dengan sesama orang Indonesia di negara lain, tapi pengecualian untuk Andre. Jika suatu saat nanti bertemu dengan tidak sengaja, Hana tidak akan menyapa lagi pula Hana tidak tahu keberadaan Andre. Bisa saja, kan, mantannya itu berbohong untuk menarik perhatian Hana.

Pesan dari Andre adalah hal terburuk yang tidak Hana harapkan. Seperti titik noda hitam di atas salju putih.

Dulu, gue diputusin karena mandiri. Sekarang ... lo kejar gue lagi karena kemandirian gue.

***

Gimana, gimana, gimana bab ini menurut kalian?

Jangan lupa vote, komen yang banya. Krisar juga boleh.

4 - 1 - 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top