Will & Way (Willa and Wayne)
"Jadi, siapa yang menjadi ranking satu di tengah semester tahun ini?" Tanya sang guru.
Semua murid pun berbisik- bisik antara satu sama lain.
"Ah, ini mah pasti si Willa."
"Tau, Willa lagi pasti. Bosen gue."
"Si tuan putri nih pasti."
Willa Andrea hanya bisa tersenyum congkak, karena ia yakin seratus persen bahwa ia pasti akan menduduki peringkat pertama di tengah semester ini.
"Yang menjadi ranking satu adalah," bu guru memberikan jeda. "Wayne Gracella!"
Bukannya tepuk tangan yang menyambut, malah kebingungan yang ada.
Semua orang bertanya- tanya. Bagaimana bisa seorang Willa dikalahkan? Dikalahkannya oleh seorang Wayne lagi, seorang yang dikenal pendiam dan tak pintar sama sekali.
"Gila. Upik abu ranking satu."
"Ehhbuseh. Gue kagak salah denger 'kan?"
"Wah, Wayne dalam keadaan bahaya. Ini pasti Willa bakalan marah besar."
"Bu Rina salah koreksi rapor kali."
Begitulah respon dari teman- teman sekelas Wayne.
Bukannya memuji, mereka malah mencemooh.
Wayne yang duduk di barisan paling belakang hanya bisa menunduk diam. Sementara itu, Willa, menoleh ke belakang dan menatap tajam gadis yang memakai kacamata dan berkepang dua.
Awas aja sih lo, Wayne Gracella!" Geram Willa dalam hatinya.
Benar saja. Sepanjang hari itu, Wayne mendapat cobaan berat di sekolah.
Setelah pembagian rapor tengah semester selesai, anak- anak melakukan kegiatan pramuka di tengah lapangan.
"Ayo anak- anak sekalian! Hari ini kita akan melakukan kegiatan pramuka, yang diawali dengan PBB!" Ucap pak Setyo, salah satu pembina pramuka.
Begitu perintah selesai diucapkan, masing- masing regu menyiapkan barisannya dan mulai melaksanakan apa yang pak Setyo ucapkan.
"Ayo, semuanya, siappp, grak!" Perintah ketua regu Anggrek, Della.
Semua anggota regu melakukan apa yang ketua mereka ucapkan. Wayne yang juga berada di dalam regu menaati sang ketua.
"Istirahat di tempatttt, grak!"
"Tegakkkk, grak!"
"Hadap kiriiiii, grak!"
"Hadap kanannnn, grak!"
"Balik kanannnn, grak!"
"Balik kiriiii, grak!" Begitu Della mengucapkan perintah terakhir, para anggota menjawab, "Siap, ulangi!"
"Nah, bagus! Regu kalian sangat bagus sekali. Kompak dan...keren!" Puji bu Rina, yang menjadi pembina pramuka putri.
"Makasih, Bu. Ibu cantik deh hari ini." Goda Della sambil terkekeh, karena habis dipuji.
"Dah, lanjutkan." Perintah bu Rina, sambil menaruh kedua tangannya di belakang punggung, lalu berjalan pergi.
"Semuanya, jalan ditempattt, grak!" Della memberi perintah lagi. Kini, semua anggota berjalan di tempat sesuai dengan apa yang telah diperintahkan ketuanya. "Ayo, kiri, kiri, kiri, kanan, kiri!"
"Perasaan Della kek tukang parkir, dah." Komentar Ashley dan Michelle yang berada di barisan paling belakang, sambil terkekeh- kekeh.
"Tau aja kalian."
Mereka berdua langsung terdiam ketika mengetahui sang ketua regu berada di belakang mereka, sambil tersenyum lebar.
"Eeh, maap, Del." Cengir mereka berdua.
"Ayo, lanjutin, majuuuuu, jalan!"
Sementara itu, di regu Mawar, Willa sedang mengamati buronannya itu—Wayne.
Mata cokelatnya menatap Wayne sinis dan dengan sangat tajam, layaknya burung elang yang sedang ingin berburu mangsa.
Ketika melihat bahwa regu Anggrek sedang ingin maju jalan, akal licik pun terlintas di benak Willa, dan membuat gadis itu tersenyum miring.
Wayne yang berada di barisan paling depan dan sebelah kanan itu terus melangkah dengan tegap, terus maju, tanpa memperhatikan keadaan di sekitarnya.
Tiba- tiba saja,
Bruak!
Ia terjatuh.
Ralat. Ia tersandung.
"Awhh," Wayne meringis kesakitan. Bukannya menolong, teman- teman yang berada di sekitarnya malah menertawakan dirinya, terutama regu Mawar yang diketuai oleh Willa.
Wajah gadis cantik itu kini dihiasi oleh senyum kemenangan.
Heh. Rasain. Hina Willa dalam hatinya, lalu gadis itu berjalan pergi, dengan kedua tangan dilipat depan dada.
"Aduh, Wayne. Lo kenapa?" Tanya Della, ketua regu Anggrek itu, dengan wajah yang khawatir.
"Cuma kesandung doang, kok." Jawab Wayne, sambil tersenyum, tak memperdulikan wajahnya yang pucat pasi karena darah dari lututnya itu telah bercucuran.
"Kesandung apaan? Gada batu kok. Apalagi kucing lewat. Lantainya kinclong gitu," Ucap Della, sambil berlutut untuk melihat keadaan lutut Wayne. "Gila, Way. Lutut lo parah. Darahnya banyak banget. Udah, mendingan lo semua panggilin bu Rina kesini deh, cepet!" Titah Della dengan tegasnya.
"Aduh, ini Wayne kenapa?" Tanya bu Rina setelah beliau sampai di lokasi kejadian.
"Wayne jatoh, Bu. Katanya kesandung. Gak tau kesandung apaan, kesandung angin kayaknya." Sahut salah satu murid yang menonton di sana, lalu semuanya tertawa.
"Udah, udah. Bawa Wayne ke UKS." Perintah bu Rina, lalu mereka beramai- ramai membantu gadis itu berjalan ke arah UKS.
***
"Ck. Kenapa sih tuh anak? Caper amat elah." Sindir seorang anak perempuan yang berada di luar ruang UKS.
Willa yang kebetulan lewat dan mendengar hal itu hanya tersenyum licik.
Haha. Akal gue berhasil. Kemudian, gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya ke kelas.
Seusai kegiatan pramuka selesai, Wayne berniat untuk pulang ke rumah, namun, tas ranselnya menghilang, entah ada dimana.
"Wayne? Kok kamu belum pulang?" Tanya bu Rina, wali kelas XI-2, ketika sedang melewati ruang kelasnya dan melihat salah satu anak muridnya masih berada di dalam sana.
"Tas saya hilang, Bu. Gak tau kemana." Jawab Wayne sambil mencari- cari tas sekolahnya di setiap sudut ruang kelas.
"Sini, biar saya bantu cari." Kemudian, bu Rina membantu anak muridnya mencari tas berwarna merah itu.
Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya, tas itu ditemukan.
Ya, ditemukan di dalam tempat sampah.
***
Willa terpaksa pulang sendiri hari ini. Sopirnya tak dapat menjemputnya karena sakit, dan ia tak bisa menaiki angkutan umum, jadi ia harus berjalan kaki hingga sampai ke rumah.
"Ish! Nyebelin banget sih! Udah tau cuaca panas kayak gini, banyak debu, argh! Kenapa juga si sopir harus sakit? Sebell!!" Gerutu Willa di sepanjang perjalanan pulang.
Ia terus mengeluh dan menggerutu, tanpa menyadari bahwa ada lubang di tengah jalan, dan akhirnya, salah satu kakinya masuk ke dalam lubang itu dan ia terjatuh.
"Awh! Ah, kenapa sih hari ini gue sial banget?!" Lagi- lagi, Willa menggerutu.
Ia mencoba untuk mengeluarkan kakinya dari dalam lubang itu secara paksa, namun yang ada, kakinya malah jadi keseleo.
Tak ada lagi yang dapat Willa lakukan selain menunggu pertolongan dari orang lain, dan menangis.
Ah, Willa cengeng banget, sih. Willa kemudian memberhentikan tangisannya, dan kembali mencoba mengeluarkan kakinya itu.
Namun, ia tak berhasil.
"Perlu pertolongan?"
Willa memandangi sepasang kaki yang diperban berada di depannya, lalu ia mendongak ke atas.
"Gak usah." Balas Willa jutek.
Tangan gadis itu, Wayne, masih terulur, ingin memberikan pertolongan.
"Ayolah. Sini, biar gue bantu. Siapa tau gue bisa keluarin kaki lo itu." Wayne berjongkok di hadapan Willa, lalu melihat seberapa dalam kaki gadis itu terjebak di dalam lubang.
"Ngapain sih lo bantuin gue? Mending lo urusin urusan lo aja sana. Lagian juga kaki lo masih diperban. Gak usah sok baik mau nolongin orang." Komentar Willa lagi.
Wayne terdiam sebentar, lalu menoleh ke arah cewek itu.
"Gue mau nolongin lo bukan berarti gue sok baik, tapi gue cuma mau bantu orang yang berada di dalam kesusahan. Apa salahnya sih, berbuat baik? Lagian juga 'kan lo teman sekelas gue ini." Kemudian, gadis berambut hitam itu kembali memeriksa kaki Willa.
"Kaki lo...kenapa?" Tanya Willa dengan tiba- tiba, dan membuat Wayne tersentak.
"Ini? Jatoh, tadi, pas lagi PBB."
"Lo udah tau siapa yang buat lo jadi kayak gitu?"
"Udah," jawab Wayne. "Elo, 'kan? Sama tadi tas ransel gue juga lo umpetin di tong sampah." Lanjut Wayne dengan sangat santai, namun pandangannya tak beralih dari kaki Willa.
"Trus, kenapa lo masih mau nolongin gue?"
"Denger ya, Will. Gue gak mandang, mau orang itu baik sama gue kek, jahat sama gue kek, gue pasti bakal tetep tolongin dia dalam kesusahan. Gue tau rasanya berada dalam kesusahan, jadi....ya gitu." Jelas Wayne panjang lebar.
"Maafin gue, Way. Gue perbuat kayak gitu karena gue iri sama lo yang udah ngerebut ranking satu dari gue. Gue malu, masa seorang Willa bisa dikalahkan? Oleh seorang Wayne lagi. Lo 'kan selalu dianggap gak ada di kelas," Willa menunduk malu. "Maafin gue ya, Way. Gue janji, gue gak bakalan gitu lagi. Dan, emm....apa resep lo bisa jadi ranking satu kali ini?" Tanya Willa.
"Resep gue jadi ranking satu? Haha, astaga. Lo 'kan udah bertahun- tahun menjadi ranking satu. Kenapa lo nanya gue?" Wayne tergelak.
"Ya gue...penasaran aja. Kok lo bisa dapetin ranking satu dalam sejenak gitu. Biasanya 'kan lo ranking satu dari bawah."
"Resep gue sih gak ada. Gue bisa ranking satu cuma karena gue ada niat. Ada pepatah mengatakan, dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Dan gue mau. Mau berusaha buat jadi ranking satu, ada niat buat belajar yang rajin. Jadi, kalo lo emang ada kemauan, pasti lo bisa lakuin apa aja!" Wayne tersenyum bangga.
"Ohh, gitu ternyata. Gue selama ini cuma mengandalkan kepintaran gue. Gue anggap diri gue udah bisa, udah pinter, jadi gue gak usah belajar lagi, karena lagi pula gak ada yang bisa mengalahkan gue. Gue terlalu sombong, dan sekarang gue sadar kalo kesombongan itu hanya bisa membuat seseorang hancur, bukannya membuat seseorang semakin sukses. Ketika kita meninggikan diri kita sendiri, kita malah akan semakin direndahkan. Namun jika kita rendah hati, orang lain malah akan meninggikan kita. Gue betul gak, Way?" Tanya Willa
Wayne tak menjawab. Cewek itu masih berkonsentrasi dengan bagaimana-caranya-mengeluarkan-kaki-Willa-dari-dalam-lubang.
"Way?" Panggil Willa sekali lagi.
Tiba- tiba saja, kaki Willa sudah keluar dari dalam lubang, dan membuat senyuman gadis itu mengembang.
"Dah, keluar!" Pekik Wayne kesenangan.
"Yey! Lo berhasil, Way!" Willa langsung memeluk Wayne. "Kok lo bisa keluarin? Gue aja kagak bisa loh. Padahal udah gue paksa, udah gue tarik- tarik." Cengir Willa.
"Yeeh, pake perasaan atuh keluarinnya," Balas Wayne. "Tapi enggaklah. Sebenernya, ya ini karena elo. Lo mau kaki lo keluar, 'kan?" Tanya Wayne.
Willa hanya mengangguk.
"Nah iya. 'Kan dimana ada kemauan disitu ada jalan. Where there's a will, there is a way." Kemudian, mereka berdua tertawa bersama.
"Iya, iya. Bener. Haha. Udah, yuk. Pulang," ajak Willa. "Awhh." Willa meringis. Ia lupa kalau kakinya keseleo.
"Ehh, napa lu?"
"Keseleo, Way."
"Udah, udah, sini gue bantuin. Gue anter pulang ya. Naek angkot aja udah."
"Angkot? Huaaa panas dong?"
"Udah, jangan bawel."
"Iih!"
Akhirnya, sejak hari itu, mereka berdua menjadi sahabat karib yang tak terpisahkan.
××× Will & Way ×××
Janganlah engkau meninggikan dirimu sendiri dan janganlah engkau merendahkan orang lain. Jangan pikir engkau bisa, lalu dapat melakukan segalanya. Kesombongan hanya akan dapat menghancurkanmu. Rendahkanlah dirimu sendiri, sampai tak ada lagi orang lain yang dapat merendahkanmu. Bertekadlah jika ingin melakukan sesuatu. Karena dengan tekad yang kuat, maka segala sesuatunya dapat dilakukan.
Dimana ada kemauan, disitu ada jalan.
Copyrights© 2016, by aliciangelina, on wattpad.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top