4
"Hai."
Agnes menoleh saat ada suara di sampingnya. Wajah sebelas dua belas dengan Aldric hanya bedanya laki-laki di depannya ramah, senyumnya langsung terlihat saat ia memutar badan, meski bibirnya tak sampai terbuka paling tidak tarikan bibirnya tulus saat pertemuan pertama ini. Agnes yakin laki-laki di depannya pasti saudara Aldric. Yang membedakan hanya wajah laki-laki di depannya ini bersih tanpa bulu barang selembarpun. Berbeda dengan Aldric yang rahang dan dagunya penuh dengan bulu-bulu yang sama sekali Agnes tak suka, ditambah wajah dingin tanpa senyum maka lengkaplah sudah wajah tak ramah yang sangat malas ia lihat seandainya bukan karena menjalani hukuman.
"Sudah bengongnya?"
"Eh maaf, saya Agnes pengasuh baru untuk bayi Sheela, Anda adiknya Tuan Aldric pasti kan?"
"Yah, aku Demian, kamu bikin heboh orang-orang di restoran ya? Hahaha bagus juga kamu, kadang orang-orang kaya itu perlu di lawan."
"Wah saya jadi terkenal ya Tuan?"
"Yah semua bodyguard Aldric cerita jika ada orang baru yang bikin ulah dan wajahnya mirip Kak Maleeva dan ternyata benar, eh jangan panggil aku Tuan, cukup Demian."
"Wah jangan Tuan saya takut, saya ngeri membayangkan hutang saya terus bertambah hanya gara-gara tidak sopan, Anda tahu bagaimana kejamnya kakak Anda kan?"
Demian tertawa, ia kagum pada keberanian dan kejujuran Agnes, tak banyak orang dari kalangan bawah yang punya sikap seperti Agnes.
"Dia baik sebenarnya hanya karena kehilangan wanita yang sangat ia cintai jadi berubah, aku nggak mau tahu, pokoknya jangan panggil aku Tuan, kamu kayaknya asik, kita bisa berteman kan?" Demian mengulurkan tangannya hendak bersalam
Agnes terbelalak, lalu tersenyum lebar. Tak menyangka ada orang kaya yang asik seperti Demian. Akhirnya Agnes menerima uluran tangan Demian dan mereka bersalaman.
"Sudah ya, saya mau ke kamar bayi Sheela, khawatir bangun, ini juga di dapur nyuci botol susu."
"Ok, nggak papa kan kalo aku ajak kamu ngobrol lagi."
"Tidak apa-apa Tuan."
"Yah Tuan lagi."
"Maaf saya belum terbiasa ngobrol sama orang kaya jadinya takut salah."
Dan Agnes berlalu meninggalkan Demian yang terus menatap punggungnya menjauh.
"Tumben ke sini?"
Demian berbalik, ia melihat wajah dingin kakaknya.
"Mama nyuruh kamu apa?"
"Penasaran aja, bener ngga sih omongan bodyguard Kakak, kalo ada copy Kak Maleeva di sini? Ternyata bener, tapi tindakan kakak salah, kakak harus berusaha melupakan, jangan menahan dan menghukum dia hanya karena Kakak rindu pada Kak Maleeva, dia masih belia, dia berhak bebas."
"Oh kau ke sini hanya ingin membebaskan dia?"
"Nggak gitu juga, ini hanya nasihat dari adik yang sangat menyayangi kakaknya, kakak harus sembuh, cari wanita yang mencintai kakak."
"Maksud kamu Gabi gitu?"
"Duh salah lagi, nggak harus Gabi juga, terserah siapa, yang pasti jangan jadikan wanita muda itu tawanan kakak hanya karena orang yang sudah meninggal."
"Terserah aku, kau tak berhak melarang aku melakukan apapun, selama ini aku tak pernah ikut campur kau punya kekasih empat, lima, enam."
"Kaaak, itu hanya teman."
"Teman tidur kan?"
"Ck."
.
.
.
Sheela merengek-rengek saat Agnes pura-pura tidak mau menggendong, namun tak lama Agnes menggendong bayi lucu yang mulai belajar berdiri dan melangkah perlahan jika kedua tangannya Agnes pegangi.
"Anakku jangan kau buat mainan, jika tak mau menggendong ya aku panggil Edna."
Agnes tak mempedulikan kehadiran Aldric di kamar Sheela, ia asik menuntun Sheela yang kembali aktif setelah pulih dari sakit.
"Kau dengar kan kata-kata ku? Jangan coba acuh, aku Tuanmu!"
Agnes meraih tubuh Sheela, menggendong bayi cantik itu lagi lalu menatap laki-laki menyebalkan di depannya. Ingin rasanya Agnes tendang tulang keringnya jika tak ingat akan hutangnya yang akan terus membengkak.
"Saya tidak membuat bayi Tuan seperti mainan, ini hanya gurauan dan Sheela suka, lalu ia ingin berjalan saya berkonsentrasi memegang tangannya agar ia tak jatuh lalu Tuan menuduh saya mengacuhkan Tuan, saya harus bagaimana? Apa saya harus membelah kepala saya jadi dua agar satu melihat bayi Tuan dan satunya lagi melayani kemarahan Tuan, gitu? Saya selalu salah di mata Tuan, agar saya benar harus bagaimana?"
Aldric menahan marah, betul-betul tak ada rasa takut dan segan wanita belia di depannya ini entah dia terbiasa makan apa hingga kecepatan bicaranya melebihi kecepatan nenek-nenek bawel.
"Kau tahu bicara dengan siapa?"
"Ya tahu Tuan Aldric kan?"
"Aku Tuanmu!"
"Iya tahu, makanya saya panggil Tuan, bukan kamu-kamu."
Dan Aldric terpaksa meninggalkan kamar anaknya dari pada ia semakin emosi. Aldric menuju ruang kerjanya dan duduk di sana memejamkan mata berusaha berkonsentrasi mengingat segala kelembutan Maleeva.
"Kau memang sempurna sayang, wanita cantik, lembut, tak akan ada yang bisa menggantikanmu, meski dia punya wajah hampir sama tapi dia liar dan tak tahu aturan, aku akan mencoba bertahan hanya agar bisa menghadirkan bayangmu di rumah ini."
"Kak."
Aldric membuka mata dan menatap wajah adiknya dengan penuh marah.
"Kamu lagi."
"Loh kok marah sih, aku lupa mau kasi tahu aja, mama sebulan ini akan ke Jepang bareng Gabi, jadi wakil mama seperti biasanyalah yang pegang perusahaan."
"Aku nggak kaget, kan sejak papa meninggal mama dah biasa ngilang tanpa sebab, nggak bareng brondongnya juga? Biasanya ikut kan?"
"Kaaak, mama hanya butuh teman."
"Yah sama kayak kamu, butuh teman tidur, lebih baik nikah selesai dari pada tingkah mama jadi bahan gosip, aku malu tapi mau gimana dia kan mama kita."
"Tiap orang punya pandangan beda Kak mengartikan sebuah hubungan."
"Yah hubungan dalam pikiranmu dan mama yang aku pikir sama dengan perkembangan dunia yang semakin liar, berteman lalu saling butuh dan berakhir di tempat tidur, selesai, lalu begitu terus, aku sebenernya gak mau ikut campur tapi orang macam kita ini selalu jadi sorotan dan kita membawa nama baik papa itu yang harusnya kita ingat."
"Kakak juga nggak bersih-bersih amat."
"Yah dalam dunia bisnis aku akui, aku nggak bersih, tanganku kotor, ada banyak darah dan nyawa karena tanganku ini tapi kau harus ingat bukan aku yang menyerang duluan, mereka yang memulai dan aku bertahan dengan caraku. Kita beda jalan dalam mengartikan kata bersih, dalam hidupku aku hanya mengenal Maleeva di ranjangku."
.
.
.
Agnesia menatap wajah cantik yang kini tertidur lelap. Ingatannya kembali pada percakapan antara Aldric dan Demian saat ia tanpa sengaja mendengarnya. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, kakak adik yang ia pikir sangat bertolak belakang sifat dan gaya hidupnya.
Agnes sebenarnya tak peduli tapi ia kagum pada keteguhan Aldric yang memegang teguh untuk tidak mengumbar napsu pada semua wanita meski sebenarnya ia sangat bisa mencari wanita mana saja yang ia mau.
"Tidurlah, biar aku yang jaga Sheela."
Tiba-tiba suara menyebalkan itu muncul lagi. Agnes hanya geleng-geleng kepala. Begitu mudahnya emosi tuan duda brewoknya ini naik turun, tadi marah-marah sekarang ramah lagi.
"Tuan nggak salah makan kan?"
🔥🔥🔥
2 Oktober 2021 (19.23)
🥱🥱🥱 Turu ... turuuuu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top