[BonCabe!]

Thank you for your support , vote and comment!
Here, take your bonus chapter as prize!


Tsukishima duduk dengan tatapan menusuk di hadapan [Name]. Ekspresinya kelihatan tidak suka dan memancarkan kekesalan.

"Bisa kau ulangi perkataanmu?"

[Name] mengangguk riang. "Aku ingin makan batagor saus asam manis, aku juga sedang ingin capcin!"

Tsukishima melotot. [Name] benar-benar mengulang ucapannya. Untung saja istrinya. Kalau itu Hinata, sudah dihempaskannya ke rawa-rawa.

"Tsukishima [Name], kau pikir jam setengah dua belas malam ada kedai yang masih buka?"

[Name] mencebik. Sudah menduga kalau Tsukishima akan membalas ucapannya begitu. Ketus sekali.

"Kalau begitu buatkan. Kumohon, Kei-kun. Aku benar-benar ingin makan itu.." Sekali lagi [Name] mencoba merengek.

Tsukishima menggeleng pelan. Ditinggalnya pekerjaannya di laptop lalu berjalan ke dapur.

"Tunggu saja disini. Aku akan buatkan."

Memakan waktu sekitar 30 menit untuk Tsukishima membuat pesanan sang istri. Sayangnya saat ia kembali ke tempat untuk membawakan pesanan ...

Sang istri sudah tidur cantik di sofa sambil memeluk boneka dinosaurus besar.

Membuat Tsukishima antara ingin menerkam dan menjewer sang istri.

"Hah, untung saja aku sayang.."


__________________

"Nih!"

"Untuk apa ini?"

"Tolong sisirkan!"

Pagi-pagi setelah [Name] menghabiskan sarapan nya dengan batagor semalam, wanita itu menyender ke Tsukishima sambil menyodorkan sisir.

"Kau, manja sekali...Ada apa sih?"

[Name] terkekeh geli lalu menggeleng. "Hanya sedang ingin saja."

Tsukishima mengangguk, lalu menerima sisir dan menyisir surai [h/c] itu dengan lembut. Wangi sekali. Tubuhnya juga bau parfum stroberi.

"Kenapa baumu enak sekali? Kau sengaja mau menggodaku ya?" Sindir Tsukishima sambil menyenderkan kepalanya di tengkuk sang istri.

"E-eh? Tidak! Aku tidak─ A-ah! Hentikan! Geli tau!" Pekik [Name]. Tentu saja geli. Nafas hangat Tsukishima kini tengah menderu menggelitik tengkuknya.

"Aku ingin memakanmu. Ini, kan akhir pekan. Hitung-hitung supaya permintaan Kaa-san cepat terkabul." Jawab Tsukishima yang kini sudah menahan pergerakan [Name] dengan memeluk erat pinggangnya.

[Name] terbelalak. Panik tentu saja. Tsukishima menyadari hal itu lalu melepas pelukannya pelan, membuat wanita itu langsung sedikit menjauh.

"Kenapa? Kau tidak mau?" tanya Tsukishima agak tajam. [Name] menunduk dan menggeleng.

"Bukan begitu.."

"Lalu? Kau sedang period?"

[Name] menggeleng.

Tsukishima mendesah keras. Lalu ia menaruh sisir sembarangan dan bangkit dari duduk, berjalan menuju kamar.

"Yasudah kalau tidak suka."

Nah, kan. Tsukishima ngambek.

Hampir seharian penuh Tsukishima mendiami sang istri. Dan hal itu justru membuat [Name] kebingungan sekaligus gelisah.

Pasalnya, wanita itu sedang ingin bermanja dan berduaan dengan suaminya.

Sebenarnya siapa perempuannya disini? Dan siapa yang sepantasnya ngambek atas kelakuan ini?

Untung saja hari ini adalah jadwal belanja bulanan. Dan Tsukishima takkan membiarkan [Name] belanja sendirian, sekalipun mereka sedang tidak akur.

"Kau mau beli cemilan apa?"

"Terserah."

[Name] merengut, masih saja Tsukishima ketus. Hanya gara-gara [Name] menolak memberikan asupan rutin pada sang suami.

Tepat sebelum [Name] ingin memberitahu alasannya.

Dan karena Tsukishima jarang mendiamkannya, membuat sang istri sedikit gelisah dan khawatir. Terlebih [Name] adalah kategori orang...

Yang parno-an.

'Bagaimana kalau Kei-kun....'

"K-kei-kun..." Tepat ketika mereka keluar dari supermarket, [Name] memberanikan diri angkat bicara dan memegang ujung kaus sang suami.

"Apa?" [Name] meringis mendengar jawaban ketus Tsukishima. Wanita itu menghela nafas dengan mata berkaca-kaca.

"A-anu, apa kau ... akan mencintai perempuan lain? M-maksudku.. i-itu.."

"Ya. Aku akan mencintai perempuan lain selain dirimu."

Dan hal itu sukses membuat [Name] dengan reflek menangis sambil memukuli bahu Tsukishima.

"K-kenapa!? Kau menyebalkan! Hanya karena a-aku sedang-"

"Dan perempuan itu akan memanggilmu Ibu..."


__________________________

"Hamil?"

"Iya. Aku yakin kau tidak tuli, Tsukishima."

Shirabu menggaram. Tsukishima merengut. Bisa-bisanya dia bercanda di saat seperti ini.

"Lagipula, apa kau bodoh? Istrimu sudah memberi sinyal berupa ngidam makanan, perubahan sifat dan menolak untuk melakukan rutinitas kalian. Sebegitu tidak pekanya dirimu?"

Lihat, Shirabu kembai menebar garam. Dan hal itu sukses membuat [Name] disampingnya terkekeh geli karena sang suami berhasil kicep karena omongan Shirabu.

"Yasudah, kalau begitu, terima kasih, Dokter Single."

Sebelum terjadi perang jadilah [Name] menarik sang suami keluar dari klinik. Sambil menggeleng dan terkekeh mereka berjalan dengan aura hangat menuju rumah.

"Kau merahasiakannya.. Untuk apa sih.." Tsukishima menunduk.

[Name] hanya tersenyum, "Maaf, aku hanya bingung bagaimana cara memberitahunya.."

Tsukishima berhenti berjalan. Ya, mereka sudah sampai didepan rumah. Dan mendadak pemuda itu menjatuhkan belanjaan nya dan menarik pinggul sang istri,

Memberikan ciuman hangat dan meneteskan air mata bahagia untuk sang istri.

"Terima kasih.."

Selepasnya bibir itu dari [Name], Tsukishima berjongkok. Mengecup perut datar berlapis dress milik sang istri.

"Cepat lah besar dan ayo kita lihat dunia bersama, Bulan kecil Ayah dan Ibu..."


Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top