[10]
"Maaf ya, sayang. Tapi ini bener-bener mendadak."
"Mhm.. Ngga masalah. Jangan lupa makan malam. Jangan paksakan diri."
"Iya, hati-hati ya."
Suara telepon terputus terdengar dari ponsel yang menempel di telinga [Name]. Ia menghela nafas.
Harusnya hari ini Kuroo bisa pulang lebih awal, karena kata Kuroo malam ini ia menyiapkan sesuatu spesial untuk merayakan sesuatu yang spesial pula.
"Menyebalkan." batin [Name]. Ingin sekali ia protes pada atasan sang suami karena memberinya dokumen lebih banyak.
Wanita itu merebahkan dirinya di kasur. Digoyang-goyangkan kakinya.
"Aku sendirian di rumah dan aku bosan..."
Tangan lentik itu menyentuh perutnya.
Sejak pergi ke mall hari itu , [Name] jadi mengidam-idamkan seorang bayi kecil yang manis.
"Seorang anak ya.. Pasti rasanya bahagia." Ujar [Name] sambil tersenyum-senyum.
Memikirkan kebahagiaan bersama Kuroo sangat menghangatkan. Sang suami sangat mencintainya begitupun ia.
Biarpun kadang Kuroo itu menyebalkan, mesum, manja dan suka mengganggu, menurutnya itu yang membuat hidup [Name] berwarna.
'Apa aku dan Tetsurou-kun akan selalu bersama ya..'
Pikiran negatif tiba-tiba merasuki kepala [Name]. Ia mengerutkan kening.
Kuroo itu tampan, atletis dan punya aura memikat. Biarpun wajahnya itu terlihat aneh, tapi percayalah sang suami punya klub fangirl waktu SMA. Dan itu juga berlaku hingga kini.
'Bagaimana jika ada wanita yang lebih cantik dariku...' batin [Name].
'Ah , tidak. Aku adalah istri Tetsurou-kun. Dia tidak akan melakukan hal aneh.'
Begitulah [Name]. Biarpun sudah berusaha menghibur dirinya sendiri, dia akan tetap resah dengan apa yang baru saja melintas di kepalanya.
"Tidak, aku harus tenang! Yang harus kulakukan sekarang.. adalah menenangkan diri."
.
.
.
"Apa..?"
"Maaf, aku tidak bisa meneruskan ini lagi. Aku tidak bisa."
Wanita itu menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Tampak air memenuhi pelupuk matanya.
"Kenapa..? Apa ada orang lain?" tanya nya pelan sambil memegang jas suaminya
"Iya. Aku mencintai rekan kerjaku. Aku tidak mau kau terluka lebih dalam jadi.. aku terpaksa meninggalkanmu." Pemuda itu merapikan mantelnya lalu bersiap untuk pergi.
"Tidak! Aku tidak mau kita berpisah.. Aku mencintaimu..." Wanita itu menahan tangan suaminya. Cucuran air mata membasahi pipinya.
"Maaf. Jaga dirimu baik-baik. Semoga kau bahagia."
"AAAH!"
[Name] menangis didepan televisi. Berterima kasih pada telenovela yang menampilkan kisah sedih antara pasutri baru yang berpisah karena rekan kerja. Sungguh picisan.
"Tega sekali kau! Wanita itu harusnya dijaga tau! Pernikahan itu bukan untuk main-main!" umpat [Name] pada layar tv yang sudah menampilkan cast pemain.
"Tetsurou-kun..." gumamnya sambil menyeka air mata. Matanya menatap smartphone yang tengah menampilkan foto dari sang suami.
'Aku... mencintaimu Tetsurou-kun. Kumohon .. jangan tinggalkan aku..'
.
.
.
"[Name]? Sayang? Kenapa tidur disini?"
Iris [e/c] terbuka dengan keadaan sembab dan pipi putih memerah. [Name] menatap sang suami yang berjongkok dihadapannya dengan tatapan khawatir.
"Tetsurou-kun...." [Name] mulai sadar, matanya kembali mengeluarkan air.
"L-Lho ? Kok nangis?" Kuroo panik. Ia membantu sang istri duduk di sofa dengan pelan lalu ia duduk disampingnya.
"Jangan pergi..." gumam [Name] sambil menghambur memeluk tubuh Kuroo. Kuroo tentu kebingungan.
"Pergi? Memangnya aku pergi kemana?"
"Jangan pergi dariku... Aku istrimu..."
Kuroo terkejut. Otaknya memproses omongan sang istri dengan pelan. 15 detik kemudian ia terkekeh geli sambil mengelus kepala [Name].
"Kamu nonton apa tadi? Sinetron? Telenovela? Kisah Nyata?"
"I-Itu sama semua.." jawab [Name] malu.
Kuroo tersenyum, dibelainya pipi putih sang istri dan ditempelkannya kening mereka.
"Alasanku menikahimu itu .. tentu saja karena aku sudah menemukan yang terbaik untuk menemaniku sampai maut. Karena sudah ada yang terbaik , aku ga harus cari yang lain. Rugi dong."
[Name] menatap Kuroo dengan iris berkaca-kaca.
"La-lalu.. Kenapa pulangnya sampai tengah malam?"
"Sayang, nyari toko roti buka jam 12 malam itu susah lho."
"Eh?"
Kuroo melepas pelukan lalu mengambil plastik bening berisi kotak besar. Dibukanya kotak besar itu dan menampakkan brownies coklat dengan tulisan diatasnya.
"Selamat hari jadi pernikahan kita yang pertama sayang~" Ciuman lembut mendarat di bibir peach [Name].
[Name] membatu. Seketika ia merasa telah menjadi wanita paling bahagia di dunia. Segaris senyum terlukis diwajahnya, dibalasnya pelukan hangat sang suami.
"Aku mencintaimu, Nyonya Kuroo."
"Terima kasih telah memilihku , Tuan Kuroo."
===
"[Name]..?"
"Ya , Sayang?"
"Ayo kita 'rayakan'."
"A-ah .. Mhn.. Baiklah. Tapi jatah sake mu berkurang ya."
"Curang!"
-end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top