[07]
Sudah seminggu sejak Kuroo [Name] memulai pekerjaannya menjadi penulis. Kuroo juga sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan yang menuntutnya untuk ini itu.
Kadang cuti memang membuat pekerjaan di kantor menumpuk.
Tapi Kuroo inginnya seperti itu, agar ia bisa menikmati awal-awal kebahagiaannya dengan sang istri. Uwuh, romantisnya dirimu Tetsurou.
"Apa Tetsurou pulang terlambat lagi ya?" gumam [Name] sambil memainkan bolpoin di tangannya.
Jam sudah mengarah ke angka 9 tapi Kuroo tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Hp juga tak menampilkan notifikasi dari suami.
Perasaan negatif mulai meraupi pikiran [Name].
"Kemana Tetsurou-kun, ya.. Dia benar-benar tak mengabari." [Name] mengutak-atik smartphonenya.
"Coba ku telpon."
Setelah memencet beberapa nomor, [Name] meletakkan ponsel di telinga dan mulai mendengarkan nada tersambung , tapi.
"Maaf-"
"Tetsurou!"
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi."
"Y-yang benar saja." [Name] memutuskan telfon. Ia menghela nafas gusar sambil menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Mungkin dia benar-benar sibuk atau terjebak macet. Iya, pasti. Tenang [Name]. Be Positive!" [Name] berusaha menghibur dirinya sendiri.
Setelah dirasa agak tenang ia pun kembali berkutat dengan pekerjaan rumahnya. Menyiapkan makan malam , menghangatkan air mandi , menyediakan pakaian, tentunya untuk Kuroo Tetsurou.
"Selesai. Sekarang tinggal tunggu Tetsurou-kun sampai dirumah."
[Name] kembali duduk di sofa dan memangku laptopnya. Tangannya dengan lembut mengetik dan memilah kata demi kata agar karya pertamanya terlihat bagus dan menarik. Sesekali ia meminum susu hangat yang tersedia di meja.
"Ini.. kita tulis begini.. lalu.."
"Ah iya, ini harusnya jangan begini.."
TV didepan kotatsu dibiarkan menyala agar suasana ruang tamu tidak sepi. Suara ketikan keyboard laptop pun ikut mendominasi ruang tengah yang hening.
Sejujurnya , [Name] merasa sedikit kesepian semenjak Kuroo kembali aktif bekerja. Pemuda itu berangkat pagi lalu pulang malam. Tak jarang ia pulang larut seperti sekarang.
Tapi , ia tau dan tidak mengeluh. Kuroo bekerja demi membahagiakannya secara jasmani dan rohani. Seperti yang mereka ucapkan saat berada di altar pernikahan.
Ahh, mengingat masa itu rasanya berdebar sekali.
'Tetsurou-kun benar benar tampan saat itu...' batin [Name] sambil tersenyum-senyum sendiri.
Ia masih ingat bagaimana tampannya sang suami di lapisan tuxedo hitam dan rambut yang tertata rapi, bukan rambut tidurnya yang kerap dilihat setiap hari.
Baginya , Kuroo saat hari pernikahan adalah Kuroo yang paling tampan dari hari hari biasanya.
"Aku pulaaang!"
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan [Name], wanita itu langsung bangkit dari duduknya, meletakkan laptop di kotatsu lalu berlari dengan kencang menuju sang suami.
"[Name] istriku~?"
Pelukan hangat dihamburkan oleh [Name]. Wanita itu mendusel wajahnya di pakaian kerja yang masih menempel di tubuh Kuroo.
"Kenapa ngga ngabarin kalau lembur?" [Name] melepas pelukan lalu menatap Kuroo sambil cemberut.
"Siapa yang lembur , sayang?"
Kuroo membuka tasnya lalu mengeluarkan bingkisan berwarna pink.
"Aku beli sesuatu." ujar Kuroo sambil tersenyum. [Name] curiga
"Apa ini?"
"Kado hari pernikahan. Aku lupa aku belum memberimu apapun di hari pernikahan kita. Sedangkan istriku yang cantik ini sudah memberiku kadonya." jawab Kuroo sambil mengusap kepala [Name].
"Kan sudah kubilang. Tidak apa-apa. Tetsurou-kun memberiku perhatian lebih setiap hari saja sudah cukup." [Name] mendadak merasa tak enak.
"Sudah, nggak apa-apa." Ciuman didaratkan ke kening [Name]. Wanita itu tersenyum.
"Terima kasih sayang, air panasmu sudah siap dan makanan sudah ada. Jadi-"
"Ettt, tunggu. Bukan begitu cara menawarkan yang benar!" Kuroo menyanggah omongan sang istri dengan cepat. [Name] memiringkan kepalanya.
"Pertama. Kamu pakai dulu yang ada didalam sini, lalu bilang begini." Kuroo membisikkan sesuatu ke telinga [Name].
"H-He! Itu terdengar me-"
"Shh~ Itu sebagai charger ku, loh. Mau ya? Kan suamimu sudah bekerja keras untukmu."
[Name] menghela nafas. Akhirnya wanita itu menurut lalu mengganti pakaiannya di kamar. Kuroo terkekeh.
'Aku juga ngga perlu kado, kau selalu ada untuk menemaniku dan mengkhawatirkanku.. Itu sudah lebih dari cukup kok, sayang.'
---
"S-Selamat datang , Sayang." /keluar hanya dengan sehelai apron
"[Name]? Sudah se-"
"Kau mau makan malam , mandi air hangat, a-atau-?"
"TENTU SAJA MENYERANGMU-"
"Aku belum menyelesaikan ucapanku!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top