[08]
[Name] berdiri tegak dengan sedikit gugup. Tangannya terkatup dengan iris tertutup.
Berdoa didepan sebuah makam yang agak besar sambil sedikit menghela nafas.
"....." [Name] menyelesaikan doanya. Ia menatap batu nisan itu lalu tersenyum. Disitu tertulis nama 'Kageyama'.
Bukan. Bukan Kageyama Tobio yang meninggal.
"[Name]..." Itu suara Kageyama. Ia sudah selesai berdoa lalu menatap nisan dengan mata sayu.
"Iya, Tobio-kun?"
"Aku sedikit merindukan Kakek." gumam Kageyama.
[Name] agak kaget, namun langsung tersenyum. Sifat manis Kageyama yang satu ini sangat menggemaskan.
"Itu alasan kita kemari, Tobio-kun.." jelas [Name] lembut.
Kageyama mengangguk pelan. Iris birunya tetap melihat ke nisan itu.
"Padahal aku ingin Kakek mengenal istriku secara langsung.." Kageyama menghela napas. "Tapi ternyata tidak sempat..."
[Name] mengelus-elus punggung suaminya. Kehilangan orang yang berjasa di hidup setiap orang akan menimbulkan luka yang sangat mendalam.
Biarpun sudah 8 tahun berlalu, Kageyama tetap merindukan sosok sang kakek.
"Setidaknya Tobio-kun sudah mengenalkannya sekarang, kan?" hibur [Name]. Kageyama mengangguk.
"Kakek, sekali lagi kuperkenalkan. Ini [Full Name]. Dia istriku, dan akan selalu menjadi istriku selamanya."
[Name] terkekeh dan merona , ia mencubit pelan bahu sang suami. Sempat-sempatnya si Kageyama.
"Salam kenal, Kakek.." [Name] membungkuk didepan nisan. "Aku akan menjaga cucumu dengan baik. Jadi, jangan khawatir ya."
_____
[Name] ingat dengan jelas bagaimana Kageyama merasa trauma kehilangan teman-temannya karena sifat egoisnya sebagai Raja lapangan.
Dan disaat setelah teman-temannya membelah sisi mereka dengan Kageyama, disaat itu juga sang Kakek meninggal dunia.
Hal itu jelas membuat Kageyama sangat terpukul.
Namun untunglah saat itu ada dirimu.
Ratu lemah lembut yang menyelamatkan Kageyama dari zona suramnya.
"Kakek dan Nenek Tobio-kun dulu akur, ya?" tanya [Name] saat mereka berjalan pulang.
"Hmh, mereka sangat akur sehingga sama-sama memanjakanku waktu kecil." Kageyama mengangguk-angguk.
"Kalau aku dititipkan, Kakek akan mengajakku main voli." sambungnya lagi. "Lalu dango, es serut, es krim, susu-"
Kageyama asik bercerita. Diam-diam [Name] tersenyum dan terkekeh.
Masa kecil Kageyama sangat menyenangkan.
"Sayangnya setelah Nenek meninggal, Kakek jadi berbeda. Pemurung dan selalu sedih. Tak lama kemudian ia meninggal."
[Name] mengangguk paham.
"Apa itu yang kita sebut ... cinta sejati?"
Kageyama menoleh. "Hm?"
"Mereka sehidup semati, mereka sangat mencintai satu sama lain. Benar begitu?"
Kageyama terdiam agak lama. Kemudian irisnya berbinar lalu menatap sang istri.
"Benar. Wah, [Name].. kau tau yang seperti itu?"
[Name] tertawa renyah. Ia mengangguk-angguk sambil terkekeh geli.
"Kalau begitu, kita pasti juga sehidup semati kan?"
"Eh?"
"Karena kau mencintaiku dan aku mencintaimu. Kita saling mencintai, kan?"
===
"Jadi, ayo kita habiskan sisa waktu kita bersama."
"Seperti Kakek dan Nenekmu?"
"Tidak. Aku ingin kau dan aku menutup mata bersama. Lalu di alam lain, kita akan langsung bertemu lagi."
"Jadi, Aku tidak perlu merindukanmu.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top