09. berita


Hamil.

Satu kata yang membuat [Name] langsung cengo. Aduh, seumur hidupnya [Name] tak pernah kepikiran tentang dirinya yang akan hamil atau menjadi seorang ibu. Yang ia pikirkan hanya tentang bagaimana caranya menafkahi para gepeng kesayangannya itu. Tak pernah terlintas sekali pun di kepala [Name] tentang keturunan, tapi kini ia hamil.

Astaga.

Ini semua bermula dari [Name] yang iseng membeli alat itu ― seminggu setelah kegiatan malam mereka ― di Apotek. Padahal niatnya waktu itu hanya membeli obat batuk karena Gentar sedang batuk. Namun saat dia melihat benda panjang itu, [Name] langsung ambil dan beli.

Ya, tak sepenuhnya iseng sih. Itu karena ia juga ingat bahwa dirinya saat itu sedang dalam masa subur; yang mana peluangnya lebih besar daripada biasanya. Jadi gitu deh.

Sekarang [Name] kebingungan sendiri jadinya. Dia tak pernah ada pengalaman menjadi seorang ibu atau menjaga anak. Ditambah, [Name] kurang suka dengan anak kecil. Aduh, pikiran [Name] sudah mengarah ke bagaimana dengan kumpulan gepeng yang ada di lemarinya? Apa itu akan hancur dalam sekejap karena calon bayinya nanti? Duh, dibayangkan saja sudah membuat [Name] merasa ngeri.

"... Mampus."

Karena itu―mungkin, akan sedikit sulit untuk [Name] menerima kenyataan bahwa dirinya sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu.

Oke, katakanlah [Name] memang tidak pernah ada niatan ingin mengandung atau menjadi seorang ibu dalam waktu dekat atau mungkin memang tidak ingin. Namun, apa  Gentar berpikiran sedemikian rupa? Tidak mungkin, kan? Bisa saja ternyata Gentar sangat menginginkan sebuah keturunan. Jadi saat ini, [Name] tidak bisa egois.

Pada umumnya pun, seorang calon ibu akan sangat bahagia mendengar bahwa dirinya sedang mengandung. Akan tetapi, itu tidak berlaku pada [Name]. Nyatanya wanita ini hanya cengo dan bingung, tak ada reaksi bahagianya sama sekali.

Aduh.

"Ini Gentar bakalan gimana, ya...."

――――

Oke, Gentar sekarang sangat tidak mengerti ada apa dengan [Name]. Faktanya, wanitanya ini terlihat berbeda sejak pagi. Berbeda bagaimana? Berbeda sifatnya. Lebih banyak diam dan berpikir. Padahal biasanya ngewibu di kamar atau berhalusinasi dengan husbu kesayangannya itu.

Kan Gentar jadi takut. [Name] normal itu malah aneh di mata Gentar.

"... [Name],"

"Hah―apa?"

"Kamu lagi ada yang dipikirin? Atau gimana? Aneh banget diem aja begitu."

"Lah, kamu sendiri juga aneh. Tumben hari ini kalem banget?"

"Lah, kan gara-gara kamu begini aku jadi gini juga. Aku kan was-was [Name]. Siapa tau kamu begini karena marah sama aku lagi."

[Name] terkekeh geli mendengar ucapan Gentar, sepertinya Gentar masih was-was karena kejadian waktu itu.

"Oh iya, omong-omong Bunda sama Ayah kan sebentar lagi anniversary yang ke-21 kalo nggak salah, nah, mereka minta kita buat nginep di situ. Nggak cuma kita kok, ada saudaraku yang lain juga."

"Oh iya? Tumben, kenapa gitu? Perasaan tahun sebelumnya gak pernah gitu. Dulu waktu kita belum nikah kan Bunda sama Ayah kalo anniversary cuma makan-makan doang."

"Nah itu. Soalnya kita udah pada nikah, jadi sepi dah rumah di sana. Kalo dulu kan Sopan sama aku belum nikah, [Name]. Mungkin Bunda kangen."

Mendengar ucapan Gentar, [Name] jadi berpikir bahwasanya mungkin berita ini bisa menjadi hadiah untuk anniversary pernikahan mertuanya yang ke-21. Selain itu, [Name] juga akan bebas dari pertanyaan 'kapan isi?' atau sebagainya.

"Acaranya kapan deh?"

"Rencana nginep-nginepnya gitu dari tanggal 16―19 an kayaknya. Pokoknya tiga hari dua malam. Kalo mau lebih juga nggak apa."

"Kamu udah siapin hadiah buat Ayah sama Bunda? Kan tahun lalu kamu ngasih Ayah sama Bunda TV baru karena TV rumah kalian dirusakin sama anaknya siapa tuh nama sepupumu? Aku lupa."

"Anaknya Kak Taufan, si Beliung."

"Nah iya itu. Sekarang kamu mau ngasih apa?"

Gentar sedikit membuat gerakan seperti berpikir, "Hmm ... kurang tau sih. Mau gak hadiahnya berdua aja gitu? Dari aku sama kamu. Biar enak juga."

"Boleh. Kalo memang mau berdua, aku sudah siapin hadiah yang cocok."

"HAH, CEPET BANGET?"

"Yaa, kebetulan juga sih hadiahnya ada."

Gentar mengerjapkan matanya bingung. Tak seperti biasanya [Name] sudah memikirkan atau mempersiapkan hadiah sebelum disuruh  atau diberitahu. Kan Gentar jadi semakin was-was karena [Name] benar-benar beda dari biasanya.

"Emang apaan bejirr?"

"Apalagi? Ya anak lah."

Sesaat, Gentar hening. Otaknya tiba-tiba berhenti bekerja. Dia merasa ini seperti data yang sulit untuk dicerna.

"... Lah, anak siapa?"

"Anak kita lah?"

"... Kamu kan belum ngisi?"

"Kata siapa? Barusan pagi aku ngecek, ternyata aku ngisi."

"...."

"...."

".... BOONG YA LO?"

"APASIH, BENERAN."

"HAH ASELI? GAK PERCAYA AH. BOHONG YA?"

"BENERAN GEE AKU HAMIL. INI ANAKMU LAGI DI DALEM PERUT KU????"

"EMANG KITA PERNAH ANNANAINUNU GITUAN?"

"KAMU LUPA MINGGU LALU ATAU MINGGU LALUNYA LAGI KITA GITU?"

"HAH IYA KAH?"

Terjadilah adu mulut. Intinya, Gentar masih tak percaya dengan berita yang baru saja [Name] berikan. Astaga, Gentar sendiri tak mengira dia akan menjadi ayah di awal tahun pernikahan mereka.

Akan tetapi, sepertinya benar apa kata [Name]. Berita ini bisa menjadi hadiah untuk Ayah dan Bundanya.

_____

Jiaaakh haloo 👀 pa kabar kalian? omagaa tidak terasa aku update 3x minggu ini. yu bisa yu sisa 4 chapter lagi.

coba tebak anaknya perempuan atau lakik?
eh nggak deh, anaknya fiks perempuan. tapi coba tebak namanya 🤭 aku merasa sangat kreatif kali ini dalam memberi nama perempuan.

dadaaah!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top