02. tetangga

"Tau gak, Jeng? Tadi saya ke rumah tetangga kita yang baru ituu, hish, ngeri banget atuh euy rumahnya."

"Hah? Kenapa bah? Hancur kah?"

"Bukan, Jeng. Banyak banget kartun di dalemnya atuuuhhh. Saya jadi mikir, ini anak-anak serumah atau pasutri beneran?"

"Bah, kata anak gue namanya wibu tuh."

"Apa tuh wibu, Jeng?"

"Suka kartun gitu. Gak normal."

"Hiih ngerinya atuh ... jangan temenan lah, jangan ajak arisan juga, Jeng."

Omongan seperti itu seringkali [Name] dengar sejak dua tetangganya datang ke rumah baru mereka. Dirinya dipandang aneh oleh warga sekitar seketika. Namun, sepertinya [Name] tak begitu peduli. Terlihat dari dirinya yang tetap keluar rumah dengan style wibu andalannya―padahal dia sudah ditatap aneh dan sinis oleh tetangganya yang berada di luar rumah.

Akhir-akhir ini, ada seorang gadis yang seringa datang ke rumahnya dengan membawa berbagai macam masakan. Kira-kira usianya sekitar dua puluh hingga dua puluh satu tahun alias sekitar tiga sampai empat tahun lebih muda dari pada [Name].

Awalnya sih, [Name] iya-iya aja. Apalagi, tiap kali dia kembali datang membawakan masakannya yang lain dia pasti bertanya tentang masakannya yang kemarin.

'Gimana, Kak? Kakak sama Masnya suka?'

Terus dijawab saja dengan [Name] apa adanya,

'Iya, suka. Gentar juga bilang ini enak, makasih, ya.'

Eh besok-besoknya pertanyaan gadis itu jadi ganti seperti ini, 'gimana? Mas Gentarnya suka gak, Kak? Apa sambelnya kebanyakan?'

Ya jadi males lah [Name]. Sudah kelihatan niatnya itu apa. Namun, makanan itu tetap [Name] terima tiap kali dia datang. Habisnya, rezeki jangan ditolak, kan? Walau niatnya emang agak gimana gitu.

Semuanya berjalan lancar saja, bahkan walau gadis itu menganggu dirinya, tapi ada poin plus darinya. [Name] jadi tak perlu memasak makan malam untuk dia dan Gentar. Sampai akhirnya hari ini―gadis itu datang seperti biasa pada pukul lima lewat tiga puluh menit di sore hari.

Hanya saja, kotak makan tak ada di tangan gadis itu hari ini. Tampilannya juga sedikit berbeda. [Name] bisa melihat make up tipis pada wajahnya, padahal biasanya tidak.

Ah berpikir positif, mungkin saja dia ingin jalan bersama keluarganya. Mengingat jika gadis ini masih tinggal bersama keluarganya.

"Saya boleh masuk gak, Kak?"

[Name] mengernyitkan keningnya bingung. Ada apa? Kenapa? Tumben sekali gadis ini ingin memasuki rumahnya. Tentu saja [Name] jadi curiga padanya.

"... Boleh-boleh aja."

"Makasih, Kak!"

Sebenarnya masih bingung, tapi [Name] entah kenapa malah memberinya akses untuk dia masuk ke dalam rumahnya. Sampai di dalam pun, gadis itu nampaknya langsung membuat wajah tak percaya dan kagum. Ah, mungkin ia kagum dengan deretan nendoroid serta stand yang [Name] punya di lemari.

Apalagi, letak lemari itu berada di ruang tamu, sehingga ketika masuk ke dalam tamu akan langsung disambut oleh dua lemari [Name] yang berisi gepeng-gepeng. Pantas saja dia disinisin dan diomongkan oleh ibu-ibu.

"Gila! Gila! BANYAAAK BANGEET!"

"...???"

[Name] malah semakin kebingungan. Gadis ini tiba-tiba lompat girang dan berlari ke arah lemari berisi koleksinya. Dia meminta izin kepada [Name] agar membukanya, dan hal itu membuat [Name] jadi menambahkan tanda tanya di pikirannya.

"... Kamu juga suka beginian?"

Gadis itu memerah―dia mengangguk malu dan menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Aku juga suka beginian, Kak. Pas tau rumah Kakak isinya begini, aku langsung penasaran. Apalagi di sini gak banyak yang tau ginian, malah kayaknya cuma aku, deh. Makanya, pas denger Kakak juga sama kayak aku, aku jadi kepo hehehehe."

Walah.

"LAH, TERUS MAKANAN ITU-???"

"... ITU BUAT CAPER DOANG SIH, KAK. BUAT PDKT AJAAA."

"PDKT? Sama?? HAH―"

"―BUKAN SAMA MAS GENTAR, KAK! PLISS AKU GAMAU JADI SELINGKUHAN ATAU PELAKOR, AKU GAK NAKSIR MAS GENTAR."

"TERUSS?"

"AKU PDKT SAMA KAKAK!"

"... KOK AKU?"

"YA―AKU KAN SUKANYA KAKAK???"

"HAH??"

"GAK, AKU BUKAN LESBI! MAKSUDKU AKU PENGEN TEMENAN SAMA KAKAK AJA GITU."

Nah, loh. Perkiraan [name] salah. Bukan Gentar yang menjadi target gadis ini, tapi dia yang menjadi target. Astaga.

―――

"... Siapa ini, [Name]?"

"Ini yang selalu anterin kita makanan, Ge."

Pulang bekerja, Gentar langsung disambut dengan istrinya yang asik mengobrol dan bermain bersama salah satu tetangganya. Apalagi, obrolannya seperti sangat menyambung begitu, seolah mereka berdua sama-sama menguasai topik.

"Halo, Mas Gentar! Saya tetangga depan, ibu saya yang suaranya besar itu."

Oke, perkenalan yang bagus.

"Suara besar―? OH, Bu Ajeng?"

"Iya, itu! Saya anaknya. Mahasiswa akhir yang ga begitu sibuk."

"Lah, kok bisa?"

"Gatau juga, Mas."

Astaga.

"Terus ke sini ngapain?" buset, diwawancara.

"Main, saya suka sama istri Mas Gentar."

"HAH?! MAKSUD LOO???"

"―BUKAN SUKA YANG ITU! SAYA GAK ADA NIATAN MAU JADI PEBINOR ATAU PUN PELAKOR, KOK! PLIS, JANGAN ANGGAP SAYA ORANG KETIGA DI SINI."

"KATA SIAPA ORANG KETIGA? ORANG KE DUA PULUH DELAPAN KAMU TUH."

"YA ITU―ENTAH KEBERAPA, pokoknya niat saya bukan menuju kesitu. Dari awal saya dengar ada tetangga baru, saya jadi merasa penasaran. Apalagi ketika dengar kalau hobi kami sama, dan sefrekuensi. Saya jadi semangat."

"Gue gak percaya,"

"APASIH MAS?? SAYA BENERAN LOH!"

"GAAAK PERCAYAAA, LO MAU NIKUNG KAN?"

"ENGGAK!"

"IYA! GUE TAU [NAME] CANTIK, TAPI JANGAN DITIKUNG JUGA GUENYA. KASIANIN GUE YANG UDAH DI DUA PULUH ENAM IN INI."

"SIAPA SURUH NIKAH SAMA WIBU???"

"LU―"

Sumpah, Gentar baru pulang udah dibuat emosi.

___

Halo, aku kembali
Maaf aku jarang update, aku lagi masa sibuk 😔 nanti kalo udah normal lagi aku bakal peoduktif kok.

dadaaah!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top