Lima Puluh Satu
"Jangan harap aku akan turun dari mobil!" ancamku setengah teriak begitu Aktar memarkirkan mobil.
"Ya sudah," balasnya tak peduli. Dia turun setelah mematikan mesin mobil dan berjalan masuk ke rumah.
Aku cemberut. Lalu pindah ke kursi belakang untuk mengambil sepatu yang dia buang tadi. Setelah itu aku memutuskan keluar dari mobil karena kepanasan. Air mataku masih mengalir saat memasuki rumah. Bahkan sapaan dari pembantu di rumah aku abaikan. Tapi saat melihat Mama mertua yang baru saja keluar dari kamarnya, membuatku merasa di atas angin. Dengan sengaja aku mengeraskan suara tangisku.
"Loh, sayangnya Mama kenapa nangis?" tanyanya menghampiriku.
"Aktar Ma..."
Beliau memeluk sambil mengusap punggungku dengan lembut. "Dia kenapa?"
"Aku kan lagi ngidam, tapi Aktar nggak mau bawa aku makan di luar."
"Dia nggak mau?"
"Iya, Ma." kataku mengangguk cepat.
Detik selanjutnya, beliau langsung memanggil anaknya itu untuk segera bergabung dengan kami. Tak berapa lama Aktar muncul dengan pakaian santai. Kemeja kerjanya kini berganti kaos hitam polos.
"Ada apa, Ma?" tanya Aktar sambil menuruni anak tangga.
"Ada apa katamu?" tanya beliau balik dengan nada tinggi.
Aktar mengernyit mendapat respon seperti itu dari Mamanya. Jadi begitu sampai di tempat kami berdiri, dia langsung menatapku. "Kau mengadu?"
"Ma...." rengekku dengan nada memelas.
Mama mertuaku langsung memasang badan, dengan berdiri di depanku. "Mama nggak suka ya, kalau kamu semena-mena gitu ke istri."
"Justru dia yang semena-mena ke aku, Ma."
"Jangan memutar balikkan fakta ya. Kata Bimbii kamu nggak mau ngabulin permintaan dia yang pingin makan di luar. Apa salahnya sih nyenangi istri? Bimbi itu lagi hamil, ada anakmu di dalam perut dia. Kamu nggak-----"
"Aku menolak permintaannya, itu karena dia melempar sepatu ke kepala aku. Wajar kan aku marah?" potong Aktar cepat.
"Kepalamu dilempar sepatu?" tanya Mamanya kaget.
Mampus aku!
Mama mertuaku menoleh ke belakang untuk meminta penjelasan padaku. "Benar kamu lakuin itu?"
"I--iya Ma. Tapi itu karena refleks, soalnya dia sengaja nyenggol dada aku. Apalagi hamil kayak gini, itu sensitif banget kalau kesentuh."
"Berapa kali aku harus bilang, aku tidak sengaja!" bantah Aktar.
"Kau sengaja!"
"Heh... Sudah-sudah!" teriak Mama mertua membuat aku dan Aktar spontan terdiam. "Ini kenapa hanya masalah menyenggol dada jadi ribut sih?" tanya beliau dengan wajah bingung.
"Maafin aku, Ma." seru Aktar yang terlihat menyesal.
Sementara aku memilih untuk menundukkan kepala.
"Mama nggak butuh permintaan maaf. Mama cuma mau kalian berdua baikan. Jangan ribut lagi. Itu saja."
"Iya, Ma." sahutnya lagi.
"Mood swing Ibu hamil itu emang luar biasa. Jadi kamu harus lebih sabar, jangan langsung emosi."
Pelahan aku mendongak untuk melihat Aktar yang ternyata sedang melirikku.
"Maaf, Bii." ujarnya padaku.
"Hmm... Aku juga minta maaf." kataku pelan.
"Nah damai gini kan, enak lihatnya." Mama mertua tersenyum sambil merangkul kami berdua. "Karena sudah baikan, sekarang kalian pergi sana makan di luar. Tadi kan tertunda karena ribut."
Aktar tak menolak, tapi dia langsung berjalan lebih dulu menuju pintu. Tak berniat mengajakku jalan bareng.
"Sana, pergi susul suamimu!" seru Mama mertua padaku.
Aku mengangguk. "Pergi dulu ya Ma." setelah izin, aku segera menyusul Aktar ke depan.
"Jangan lari, sayang!" teriak Mama mertua mengingatkan, yang kubalas dengan anggukan kepala.
"Mau makan di mana?" tanya Aktar begitu aku masuk ke dalam mobil.
Aku berpikir sebentar. "Hmm... Bakso Anjar aja."
Aktar langsung menjalankan mobil tanpa berniat menyuruhku untuk memakai sabuk pengaman, seperti sebelumnya. Tapi aku berinisiatif sendiri untuk memakainya dan hal itu membuat Aktar jadi melirik ke arahku sebentar, setelah itu dia fokus ke depan memandang jalanan.
*****
"
Bimbii," teriak Terra saat melihatku ada di warung bakso Anjar family.
"Eh.. Kau ngapain di sini?" tanyaku dengan mulut penuh bakso.
Terra mendatangi meja kami setelah memesan baksonya. "Ya mau makan lah, masa mau berenang. Pertanyaanmu melawak emang." lalu dia menyadari keberadaan Aktar yang duduk di depanku. "Oh, jadi ceritanya kalian berdua lagi kencan ya? Aku gangguin ah..."
Dia duduk di sebelah Aktar. "Kok nggak ikut makan?" tanyanya melihat Aktar yang hanya meminum teh botol.
"Belum lapar."
"Ngomong-ngomong, gimana soal menu terbaru di hotelnya? Udah diluncurin?"
Aktar tersenyum mengangguk. "Baru seminggu yang lalu diluncurkan."
"Wah... Selamat ya." Terra menepuk bahu Aktar dengan wajah berseri-seri. Sementara Aktar terlihat tidak merasa terganggu dengan tepukan di bahunya itu. "Berarti nggak sia-sia dong obrolan kita waktu itu."
Aku menyimak pembicaraan mereka berdua. Kalau dilihat dari obrolannya, sepertinya mereka sudah sering bertemu ataupun komunikasi lewat telepon, makanya jadi akrab begini.
"Jadi ada berapa menu?" lanjut Terra lagi, bersamaan dengan aku memasukkan bakso ke dalam mulut seraya tetap mendengarkan.
"Ada 35 menu yang bisa dipilih para tamu hotel, mulai dari makanan pembuka, sup, hidangan utama dan penutup. Kapan-kapan kalau kamu ada waktu, datang saja ke hotel biar bisa nyoba. Semua aku kasih gratis, hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih."
"Serius?" tanya Terra dengan mata berbinar.
Aktar mengangguk. "Kamu suka daging sapi tidak?"
Hell, kenapa dari tadi Aktar pakai 'aku-kamu' ke Terra?
"Sukaaa banget,,," jawab Terra dengan nada yang terdengar sok imut.
"Kalau begitu kamu wajib cobain Tenderloin meltique round cut, itu daging tenderloinnya lembut dan gurih. Pokoknya salah satu menu favorit di hotel kami."
"Wahh... Baru dibayangin aja udah bikin ngiler."
Aktar tampak antusias menjelaskan ke Terra, sampai-sampai dia mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan gambar dari menu-menu baru yang ada di hotelnya.
"Ini daging ayam ya?" tanya Terra.
"Bukan ini daging bebek. Nanti dagingnya digoreng terus dilamuri sambal tumbuk khas racikan chef hotel kami. Menu ini cocok untuk penikmat pedas."
"Pedas banget nggak?" tanyaku yang mencoba ikut nimbrung obrolan mereka. "Jadi pingin cobain juga, kebetulan aku penyuka makanan pedas."
"Nah kalau yang ini baru daging ayam. Namanya ayam bakar taliwang, daging ayamnya dibaluri bumbu dulu sampai meresap baru dipanggang."
Sialan! Aktar malah sibuk paparin menu ke Terra, sementara aku dicuekin.
"Sudah seharusnya sih setiap hotel besar itu melakukan pembaharuan menu. Biar tamu yang udah pernah datang, nggak merasa bosan."
Aktar mengangguk setuju dengan perkataan Terra barusan. "Iya. Rencananya pembaharuan menu akan kami lakukan setiap tahun, sehingga para tamu tidak akan bosan dengan pilihan yang disediakan. Namun tetap juga mempertahankan menu-menu yang memang sudah menjadi favorit tamu loyal kami."
Aku bersyukur saat pelayan datang mengantarkan bakso milik Terra ke meja kami, jadi obrolan mereka berhenti dan aku tidak dicuekin lagi.
"Tolong bawakan fruit tea yang dingin satu ya." pesan Terra pada pelayan itu.
"Mau rasa apa, Mbak?"
"Apel aja."
Pelayan itu mengangguk dan tak berapa lama, dia kembali membawa botol fruit tea yang dipesan Terra.
"Ih kok tutup botolnya nggak bisa dibuka sih?" keluh Terra yang sedari tadi kesulitan membuka minumannya.
"Tanganmu berkeringat kali, makanya jadi licin bukainnya." kataku yang sudah selesai makan bakso.
Terra mengambil tisu untuk mengelap tangannya. Lalu mencoba memutar tutup botol lagi. "Tetap nggak bisa Bii..."
"Kebanyakan dosa kau itu, nih punyaku gampang kok tadi bukanya." aku menunjukkan fruit tea milikku.
"Coba sini aku yang buka," tawar Aktar kepada Terra.
"Udah sini, aku aja." aku bangkit berdiri untuk mengambil botol minuman itu dari Terra. "Buka ini aja pun manja kali."
"Aku saja yang membuka." Aktar mencoba menarik botol itu dari tanganku.
Dengan cepat aku menghindar untuk menjauhkannya. "Enggak, aku aja. Jangankan buka tutup botol, ngangkat galon minuman pun aku sanggup."
Aktar mendengus dan membiarkanku untuk membuka botol minuman Terra.
"Nah... Bisa kan?" tunjukku ke mereka berdua saat botol minumannya sudah terbuka.
"Wah... Bimbii hebat." puji Terra bertepuk tangan seolah aku baru saja melakukan aksi heroik. "Makasih Bii..."
Aku mengangguk, sementara Aktar memandangku dengan tatapan aneh. Tapi aku tidak perduli, karena aku tidak mau jadi nyamuk lagi di antara mereka berdua.
19-Maret-2019
Gimana gaes? Ini baru awal penyiksaan Bimbii. Kalian suka?
Btw, gue ada cerita baru. Judulnya "Love" silahkan mampir, sapa tau suka dengan tokoh baru di sana. Xoxoxo...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top