《Enam Belas》

Hari ini aku bermimpi indah karena dapat bertemu Rory Asyari. Dia adalah seorang news anchor di salah satu stasiun tv. Aku sangat mengidolakan dia. Dan hanya dalam mimpi, aku bisa bebas memeluknya.

"Bii... aku curiga deh sama kamu," Ucap Rory menatapku.

"Curiga kenapa?"

"Iya aku curiga. Kayaknya kamu itu udah nyimpan tulang rusuk aku yang hilang."

Aku tersipu malu dan memukul pelan lengannya. "Kamu bisa aja gombalnya."

"Tapi terkadang kamu itu bisa nakutin banget."

"Nakutin gimana? Memangnya aku hantu?" Tanyaku mendadak cemberut.

Rory bergeleng tersenyum. Lalu dia mendekat dan berbisik di telingaku. "Nakutin karena kamu selalu buat aku takut kehilangan kamu."

Ohmaygatt...

Rasanya rohku terbang ke langit ke tujuh karena mendengar gombalan Rory. Dan tiba-tiba aku langsung jatuh terhempas ke bumi ketika mendengar teriakan Mama yang membangunkanku dari mimpi.

"Bimbii, bangun!! Anak perawan jam segini belum mandi!"

"Kenapa Mamak harus muncul di jam segini sih? Ngerusak mimpi orang aja. Gara-gara Mamak, belum sempat kucium bibirnya. Andaikan mimpi bisa direquest, aku mau mimpikan dia ajalah tiap malam."

"Apanya maksud anak sebiji ini? Bibir siapa yang mau kau cium?"

"Rory Asyari."

"Anak mana dia? Siapa nama Bapaknya?" Tanya beliau polos seraya melipat selimutku. "Kok Mamak nggak kenal? Dia pernah main ke sini?"

"Yaiyalah Mamak nggak kenal. Orang Rory Asyari itu news anchor di tv."

"Ngapain pula kau mimpiin dia? Dikenalnya pun enggak kau. Mending kau mimpikan si Aktar. Lebih jelas, karena dia calon suamimu."

Lebih baik aku mimpi mencium anaconda daripada harus mencium si kue nastar.

"Cepatlah kau mandi. Biar Mamak buat obat kakimu."

"Nggak usah mandilah Mak. Sakit kali loh aku berdiri pakai satu kaki."

Mama mendelik memandangku. "Banyak kali ceritamu. Bilang aja kau malas."

Aku hanya cengengesan sambil melihat beliau yang sedang membalurkan obat tradisional pada bagian kakiku yang keseleo.

Di dunia ini, tidak ada apapun yang bisa menggantikan kasih sayang Mama. Meskipun beliau terlihat galak, cerewet dan suka memarahiku, sebenarnya itu adalah salah satu bentuk kasih sayangnya. Karena jujur, terkadang aku memang suka bohong dan sulit diatur. Jadi cerewetnya Mama adalah bentuk dari perhatiannya. Dan rumah akan terasa hampa tanpa omelan beliau di pagi hari.

"Itu Mamak sendiri yang buat ramuan obatnya?" Tanyaku ingin tahu.

"Yaiyalah. Kan nggak mungkin si Rory Asyari." Beliau meledekku.

"Apa aja itu bahannya?"

"Mau tahu aja kau."

"Bimbii serius...."

"Pakai kencur, jahe, lengkuas. Itu kau parut dulu, terus tambah beras yang udah ditumbuk. Yaudah kau campurlah sama minyak serai, terus dioles kayak gini."

Heh? Kenapa bahan-bahannya kayak mau masak tumisan gitu?

"Dua minggu lagi kau nikah, udah kau undang teman-temanmu?"

Aku bergeleng. "Nanti aja aku kirim chat ke grup line."

"Undangan itu aja kirim. Biar biar pamer dikit, kan mewah undangannya. Mahal itu loh dipesan mertuamu. Lagian nanti temanmu mana bisa masuk ke dalam hotel, kalau nggak bawa undangan."

"Oh iya. Lupa aku."

"Asik lupa aja kau. Untung nggak lupa kau pakai beha," Omelnya.

"Bahaya itu kalau lupa. Nanti gunung kembarku yang gantung ini bisa mental-mental kalau lagi lari."

"Nggak apa-apa mental. Asal nggak tumpah aja isi di dalamnya. Itu yang bahaya. Eh tapi ngomong-ngomong besar juga susu kau ya? Kok baru tahu Mamak? Nggak operasi kau kan?" Tanya Mama sambil meneliti ke arah bagian dadaku yang tertutupi baju tidur.

Segera kutarik bantal untuk menutupinya dari pandangan Mama. "Operasi dari hongkong? Lihat jarum suntik aja aku bisa pingsan, apalagi operasi? Lagian gunung kembarku itu alami besarnya. Eh bukan besar tapi montok."

"Alaaahhhh... Mamak nggak percaya. Paling itu cup behanya aja yang besar, isinya pasti kopong. Terakhir Mamak lihat kau mandi waktu masih SMP, kecilnya punyamu. Paling segini." Mama mengukur dengan tangannya.

"Mamak jangan sepele kali sama aku ya. Yaiyalah kecil, namanya juga masih SMP. Itu masa pertumbuhan. Sekarang kan aku udah besar, dua puluh tiga tahun." Aku mulai sewot.

"Mana coba lihat? Buka dulu, baru Mamak percaya. No pict hoaks!"

Kutarik baju tidurku ke atas untuk menunjukkannya. Setelah itu kututup lagi. "Udah percaya kan?"

"Nggak sia-sia Mamak kasih kau banyak makan. Bangga Mamak lihat hasilnya," Ujar beliau seraya menepuk bahuku. "Si Aktar nanti betah dan makin sayang sama kau."

"Mak... Kalau nanti Bimbii nikah, Mamak nangis nggak?" Tanyaku serius.

Mamaku terdiam sesaat. Terlihat berpikir. "Yaiyalah... Mamak pasti nangis."

"Serius?" Tanyaku terharu. "Pasti nanti Mama merasa kehilangan Bimbii ya?

Mama bergeleng lemah. "Bukan karena itu Mamak nangis. Tapi Mamak kasihan sama Aktar yang jadi suamimu. Dia pasti repot kali jaga kau."

Seketika aku melongo bodoh dengan jawaban Mama.

*****

Teletubbies Squad

Arimbi : Guys... dua minggu lagi aku mau nikah. Nanti aku kirim undangannya.

Intan : April mop!

Terra : Udah lewat kali Tann -_-

Cecil : Bii? Belum pernah ko dilempar sempak mimi peri?

Arimbi : Serius aku weii...

Terra : Masih pagi udah menghalu ko!

Intan : Iyakan ajalah weii biar cepat.


Arimbi : Kimbek kalian!

Cecil : Mana muka jantannya? No pict hoaks.

Terra : Lagian dia masih gamon dari Niko.

Intan : Setuju Raa.

Memang teman kampret ya. Masa mereka tidak ada yang percaya aku mau nikah?

Mau tidak mau, aku langsung membuka instagram milik Aktar untuk mengambil gambarnya. Karena aku tidak menyimpan foto Aktar di ponsel. Setelah screenshoot, lalu aku kirim ke grup line.

Arimbi : Ini calon suamiku.

Terra : Hahahaha. Jangan bercanda ko. Terlalu ganteng kali itu jadi suamimu.

Intann : Wkwkwkk. Paling si Bimbii nyomot dari mbah google.

Terra : Haluuu ko Bii halu!

Arimbi : Kimbeklah kalian berdua. Terserah mau percaya atau enggak. Nanti tunggu aja undangannya datang.

Cecil : Bii... itu bukannya Aktar Priawan Wiraatmaja ya? Yang orang tuanya punya bisnis hotel kan?

Arimbi : Iya Cill.

Cecil : Ko kenalan di mana sama dia? Kok bisa? Bii... keluarga dia itu tajir gila. Tujuh turunan nggak akan habis hartanya :(

Intan : Bimbii kebanyakan nulis novel jadi mengkhayal dapat cowok kayak gitu.

Terra : HAHAHAAAA. Ngopi dulu ko Bii...


Arimbi: Kambinggggggglah!


Mereka benar-benar membuatku kesal. Dengan cepat gerakan tanganku menghapus mereka satu per satu dari grup line.

Arimbi removed Terra from the grup

Intan : Oh tidakkkk. Dia mulai meng-kick anggota!!!

Arimbi removed Intan from the grup

Cecil : Bii... aku nggak ikutan bully loh. Jangan kick aku!

Arimbi : Aku orangnya adil. Jadi ko pun harus ikut dikick.

Namun tiba-tiba, muncul tulisan this is empaty room di layar ponselku. Sialan! Cecil lebih dulu menghapusku.

Cecil removed Arimbi from the grup

7-Mei-2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top