Chapter 7

[Chapter 9 & 10 udah up di Karyakarsa, ya. Dua chapter langsung, ya. Selamat menikmati kegalauan dan intrik hidup Edna, ya. 🤭]

Suasana ruangan Dean menjadi begitu intens dengan kemarahan begitu selembar kartu undangan hadir di tumpukan dokumen meja kerjanya. Bukan menjadi pagi yang dimulai dengan lembaran baru secara suasana, dia malah merasakan tekanan emosi menghampiri karena selembar undangan. Nama yang tertera di sana membuat Dean tidak bisa menenangkan diri.

Edna akan menikah.

Bukan hanya nama Edna yang membuat Dean tegang, melainkan nama Mason yang ada di sana. Kenapa pula nama Mason yang harus ada di sana? Lalu siapa? Dean Ezra?

Dalam sisi hati Dean yang lain mencemooh dirinya sendiri. Cemooh itu menyuguhkan fakta bahwa dia tidak memiliki tempat lagi untuk dirinya sendiri di sisi Edna. Sudah tertutup kesempatan baginya untuk bisa memberikan kenyamanan pada perempuan itu. Bahkan tidak ada lagi yang bisa dilakukan Dean jika nantinya Mason ikut campur menyoal urusan anak. Jika Mason benar-benar menjadi suami Edna, maka akses seorang ayah bagi Dean tidak lagi memiliki celah.

Mason tampaknya ingin bermain lebih jauh lagi dengan menempatkan diri diantara Dean dan Edna. Meski lelaki itu sempat menyatakan untuk tidak bermain lebih jauh pada Brayden, sekarang malah mau menikahi Edna. Itu artinya ada yang ingin dilakukan oleh Mason, kan? Dan itu juga menjelaskan bahwa Edna membiarkan adiknya untuk mengambil posisi paling tinggi di perusahaan Sanjana. Dean tahu Edna bukan perempuan biasa yang tidak mengerti apa yang akan dirinya lakukan. Semua ini pasti datang melalui segala rencana, bukan sembarangan dipilih oleh Edna. Ada hal yang tidak bisa Dean kendalikan dan itu adalah kemampuan Edna untuk bisa bertahan dengan semua yang terjadi.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Sekretaris Dean membuka pintu setelah mengetuknya dengan lembut.

"Siapa yang kirim undangan ini?" tanya Dean.

"Kurir, Pak."

Dean pikir dia cukup penting hingga mendapatkan selembar undangan itu. Namun, mendapati yang mengirimkannya hanyalah seorang kurir, berarti menandakan dia hanya sedang dipermainkan oleh salah satu dari anggota keluarga Anthony Sanjana, atau mungkin saja Mason sendiri yang mencari masalah.

"Apa ada lagi yang ingin Anda tahu, Pak?" tanya sekretaris Dean itu.

"Tidak. Kamu kembali ke meja saja."

Dean tidak memiliki keinginan untuk bertanya lebih jauh lagi. Sebab bukan sang sekretaris yang mampu memenuhi jawaban yang Dean inginkan. Orang yang bisa membuat Dean merasa puas untuk bertanya adalah Edna. Perempuan yang memiliki nama yang hampir mirip dengannya. Perempuan yang bak takdir datang tertangkap di pandangannya. Perempuan yang membuat Dean berjuang lebih dan harus merahasiakan hubungan mereka. Lalu dalam sekejap semuanya berubah. Edna dan Dean menjadi orang asing, dan itu karena kebodohan Dean sendiri.

Dean mengingat bagaimana mereka bertemu pertama kali. Di acara galang dana yang diadakan oleh orang-orang berada. Galang dana yang secara kasat mata adalah acara amal biasa, padahal di dalamnya memiliki maksud lain. Masing-masing pihak yang tergabung di dalamnya sedang berlomba-lomba untuk menunjukkan jumlah dana yang mereka berikan. Yang terlalu kecil akan menjadi bahan bulan-bulanan karena dianggap tidak mampu. Anak-anak mereka yang tergabung di sekolah mahal yang sama akan saling menyerang karena strata sosial mereka yang terlihat dengan jelas. Istri-istri mereka akan dicemooh dalam berbagai acara perkumpulan karena sang suami tidak mampu menyumbangkan dana yang setidaknya setara dengan beberapa pihak.

Dalam acara yang dipenuhi dengan kepalsuan itu Edna duduk di kursi taman, memijat betisnya yang tampak kencang krena memakai hak tinggi. Dari cara perempuan itu yang berani untuk pergi dari ruang utama acara, Dean tahu bahwa perempuan itu memiliki keberanian yang kuat. Selain itu, memang Dean tahu bahwa Sanjana adalah nama keluarga yang tidak main-main uangnya.

"Kenapa di sini sendirian?" tanya Dean sok akrab.

Reaksi yang Edna berikan sudah pasti menghindar. Perempuan itu tidak mengenal Dean dengan baik, tidak berniat menjawab, dan segera bersiap menggunakan kembali alas kakinya dan berniat pergi.

"Kaki kamu nggak kelihatan baik-baik saja," celetuk Dean.

Tampaknya perempuan itu tidak peduli, dia langsung memijak tanah. Namun, seperti sebuah takdir yang memang digariskan, Edna mendapati kakinya keseleo dan mengaduh di depan pria asing.

"Aww."

Dean langsung bergerak dan memberikan bantuan. Pria itu tidak mengatakan 'Saya bilang juga apa', justru Dean tidak mengatakan apa-apa melainkan langsung membantu Edna untuk kembali duduk. Membantu Edna untuk melepaskan sepatuh hak tinggi perempuan itu. Membantu Edna untuk melihat kondisi kaki perempuan itu.

"Saya nggak pandai mengurus kaki yang terkilir, tapi saya akan membantu kamu untuk merasa lebih baik. Nanti kamu harus memastikan sendiri kondisi kaki kamu ke dokter atau paling tidak fisioterapis. Jangan mengabaikan rasa sakit meskipun sedikit saja. Jangan dibiasakann untuk memakai hak tinggi seperti ini terus menerus, nggak bagus untuk kamu."

Dean adalah pria cerewet yang membuat Edna tidak bisa membalas ucapan apa pun. Seolah sifat mereka tertukar, Edna tidak mengatakan apa pun. Meski masih memasang wajah tak mengakrabkan diri, tapi Edna tidak marah-marah meski Dean mencoba menyentuh kaki perempuan itu yang terasa sakit.

"Saya akan minta pereda nyeri ke dalam—"

"Jangan."

Sejak itu Dean suka mendengar suara Edna ketika bicara. Dean ingin selalu mendengarkan bagaimana Edna ketika bicara. Untuk itulah Dean selalu mencari kesempatan untuk membangun relasi dengan perusahaan milik Anthony yang saat itu memang dipimpin oleh Edna sebagai salah satu direktur, setidaknya sebelum Brayden sibuk menggunakan kelemahan Edna dan menggantikan posisinya begitu cepat.

***

Mason Ragani sedang sibuk dengan Ipad-nya ketika Dean memasuki ruangan yang mereka jadikan tempat untuk bertemu. Dean tidak bisa menemui Edna untuk meminta penjelasan apa pun jika tak ingin bayi mereka berada dalam masalah besar. Yang bisa Dean temui sekarang adalah Mason dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dan diinginkan dengan pernikahan paksaan antara Edna dan pria itu.

"Wuah,selamat datang, Dean Ezra! Rupanya tidak membutuhkan waktu lama bagimu untukmembuat waktu bertemu untuk kita berdua lagi."

Dean tidak suka dengan gayabicara Mason yang terlihat sedang memenangkan perlombaan. Bagi Dean, semua itubukan kemenangan, melainkan mempersulit jalan yang ada. Jika Mason mengertilebih jauh, hubungannya akan semakin rumit ketika anak Edna yang akan tumbuhbesar pasti akan tetap pandai memahami apa yang terjadi.

"Mason, menikahi Edna bukan jalan yang benar. Kamu hanya akan membuat segalanya semakin rumit. Anak itu, dia akan semakin besar. Dia akan semakin paham bahwa kamu tidak memiliki kemiripan apa pun dengannya. Seperti yang kamu pahami sendiri, di dalam lingkungan kita, tidak sulit bagi seorang anak untuk mengetahui bahwa diri mereka adalah keturunan asli atau tidak dari orangtua kita. Kemungkinan besar dia akan membencimu karena berpura-pura menjadi ayahnya, Mason."

Mason yang semula tersenyum lalu meluruskan garis bibir, dan sekarang secara perlahan tersenyum lagi menatap pada Dean begitu tajam.

"Kemungkinan besar dia akan membenciku? Hah ... jangan bercanda, Dean." Mason memajukan tubuhnya, matanya menyala dengan api kemarahan sekaligus geliat penuh ambisi.

"Justru besar kemungkinan dia akan membenci ayah kandung yang menyia-nyiakan ibu serta dirinya sejak di dalam kandungan. Dia akan menangis kecewa karena ayah kandungnya menuduh sang ibu berhubungan dengan pria lain. Dia akan merasakan dendam membara saat tahu bahwa ayah kandungnya memilih adik dari ibunya yang saat itu tengah hamil. Dia akan memaki ayah kandungnya karena percaya pada permainan konyol yang salah satu pamannya lakukan. Ingat Dean, kamulah yang membuang Edna. Kamu yang masuk dalam perangkap Brayden. Aku hanya dijadikan pancingan, nama baikku jelas dirusak di sini. Tapi tidak apa. Asal aku bisa menjaga Edna dan anak kami, semua itu bukan masalah." 

Dean menarik kerah kemeja Mason dengan cepat. Kesabarannya terbakar karena ucapan pria yang akan menikahi Edna itu.

"Jangan sembarangan bicara, Mason!"

Mason tertawa dengan apa yang dilakukan oleh Dean. Dia menekan pergelangan tangan Dean dan menariknya hingga terlepas.

"Jangan membuat lelucon, Dean. Kenapa kamu menunjukkan kemarahan yang begitu kental di sini? Kamu tidak terima jika Edna bersedia menikah denganku? Itu masalahmu. Memangnya jika menikahi Edna bukan cara yang benar, apa dengan menikah denganmu lah cara yang benar itu ada?"

Dean tidak bisa berkata-kata dengan balasan yang Mason sampaikan. Dia jelas memberikan banyak kalimat yang membuat kemarahan Dean naik, tapi kebenaran juga terkandung di dalamnya. Mason menyatakan fakta. Memang menikahi Edna bukan hal yang sepenuhnya benar untuk Mason lakukan, lalu kenapa? Jika Edna tidak menikah dengan Mason, apa yang bisa Dean lakukan? Menikahi Edna? Lalu bagaimana dengan Jena yang sudah diketahui banyak pihak sebagai istri sekaligus adik dari Edna? Apa Dean akan meninggalkan Jena dan berlari pada Edna dengan mudah? Tidak akan pernah ada kata mudah untuk mengubah pilihan.

Anthony sudah mengatakan tidak akan membiarkan apa yang ingin Dean ubah bisa terlaksana dengan mudah. Dean sudah bermain-main dengan putri pria itu. Sejak awal Dean memang sudah melakukan kesalahan dengan menerima perjodohan dengan Jena karena kecewa pada Edna yang diketahui hamil. Meski memang ada andil kesalahan dari Edna yang tidak mengatakan mengenai kehamilannya lebih cepat pada Dean, tapi tetap saja Dean yang disalahkan sepenuhnya karena tak menyadari kehamilan perempuan yang dia cintai.

"Berhentilah untuk berusaha menghentikan Edna," ucap Mason serius.

"Aku tidak menghentikan Edna, aku ingin menghentikan rencana konyolmu!"

Mason kembali tertawa dan membungkam Dean dengan berkata, "Ini bukan rencanaku, tapi semua ini rencana Edna." 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top