Chapter 7

Yuhuuu update😍😍😍

Yoook, vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘🤗❤

#Playlist: Lauv - 13

"Mulai hari ini saya akan menggantikan Pak Tomo mengajar Hukum Acara Pidana sampai kelas ini berakhir. Pak Tomo sedang dalam tahap pemulihan karena sakit jadi beliau nggak bisa mengajar untuk sementara waktu. Saya diminta untuk menggantikan beliau sampai mata kuliah kalian selesai."

Penjelasan Taro di depan sana membuat Mila ingin memukul dinding. Kenapa harus suaminya yang menggantikan posisi dosennya?

"Mil, jangan debat lagi sama Pak Taro. Plis banget ini mah. Kalian bakal ketemu setiap minggu," bisik Elvi.

"Tergantung," balas Mila pelan.

"Duh, Mil. Apa nggak capek debat mulu?"

"Nggak. Orang kayak dia mana mau ngalah."

Elvi tak mau mengatakan apa-apa karena takut ketahuan Taro. Selain takut ketahuan mengobrol, takut pula kena pertanyaan Taro yang mendadak. Pasalnya selagi menjelaskan materi, Taro suka melempar pertanyaan pada mahasiswa secara acak. Bikin ketar-ketir.

"Berbeda dengan Pak Tomo yang selalu memberi materi dalam mengajar, saya akan memberikan pertanyaan setiap kali pertemuan. Kalian pelajari kasus yang saya berikan dan berikan argumen terbaik," ucap Taro. Suaranya tegas.

"Setiap dua minggu sekali saya akan bagi kalian dalam beberapa kelompok. Saya yang akan membagi kelompok kalian secara acak jadi bukan kalian yang memilih kelompok. Dalam kelompok itu bagi menjadi pengacara, penuntut umum, hakim, dan terdakwa. Saya akan meminta kalian membuat kasus dengan penyelesaian sendiri," lanjut Taro.

Beberapa terdengar menghela napas. Tidak seperti dosen sebelumnya yang hanya menerangkan materi umum, cara mengajar Taro lebih memusingkan kepala.

Seorang mahasiswa ada yang nyeletuk. "Yah... kenapa nggak pilih kelompok sendiri aja, Pak?"

"Saya yakin kalo kelompok pilih sendiri, ada yang mengerjakan dan ada yang nggak. Ada yang berusaha, ada yang hanya tinggal ikut temannya yang udah berusaha. Hal itu nggak efektif untuk belajar. Saya pilih kelompok secara acak supaya kalian bisa mengenal teman baru dan usaha bersama. Siapapun yang melakukan kesalahan atau lupa saat nanti praktik, satu grup nilainya saya kurangi. Ini demi kebaikan kalian untuk belajar lebih giat dan menjadi yang terbaik. Tolong diingat."

Mila mencibir dengan pelan. "Sok wibawa. Bilang aja pelit nilai."

"Mila." Taro memanggil.

Mila tersentak kaget. Dia buru-buru menyahuti, "Iya, Pak?"

"Tolong bagikan ini ke seluruh kelas," titah Taro seraya menunjuk berkas yang tebalnya tidak terkira.

Mila segera bangun dari tempat duduknya dan mengambil sebagian dari tumpukan kertas tersebut. Mila membagikan pada bagian depan dan meminta bagian depan mengoper ke bagian belakangnya sampai semua kebagian. Mila melanjutkan seperti itu sampai teman-temannya kebagian dan menyisakan satu untuknya.

"Udah semua, Pak," ucap Mila pada Taro.

Taro ingin tersenyum melihat istrinya dari dekat, tapi dia harus menahannya karena sedang berada di dalam kelas. Alhasil dia hanya membalas ucapan Mila padanya. "Oke, makasih."

Setelah Mila duduk, barulah Taro kembali bicara. "Saya udah fotocopy kasus yang saya jadikan pertanyaan untuk dipelajari di rumah. Minggu depan saya akan tanya tentang kasus ini dan berikan pendapat kalian siapa yang seharusnya dinyatakan bersalah. Jawaban terbaik akan saya beri nilai dan nilai itu untuk membantu nilai UAS kalian. Saya nggak mengadakan remedial jadi kalau UAS kalian jelek dan nggak bisa menolong nilai lain yang udah jelek, selamat mengulang di semester selanjutnya."

Hampir seluruh mahasiswa mendesah kasar dan mengatakan 'gila' di sela helaan napas mereka. Mila menjadi satu-satunya yang tidak mengeluh. Tentu saja Taro menyadari hal itu.

Mila bergumam pelan. "Siapa takut? Emangnya lo doang yang pinter."

"Lo bilang apa, Mil?" tanya Elvi begitu mendengar suara samar-samar dari Mila.

Mila menggeleng, dengan cepat mengenyahkan kecurigaan Elvi. "Nggak, bukan apa-apa," jawabnya.

"Kalau begitu saya akan menjelaskan pada kalian tentang––"

Suara ketukan dari luar sukses menghentikan penjelasan Taro. Kontan, Taro mempersilakan sosok yang berani-beraninya menginterupsi mata kuliahnya.

"Maaf, Pak, saya terlambat." Seorang laki-laki bertubuh tinggi masuk ke dalam kelas dengan wajah dingin.

Taro melirik arlojinya. Dia paling tidak suka ada mahasiswanya datang terlambat sampai lima belas menit. Namun, berhubung dia baru menggantikan dosen lama, maka dia akan memaklumi.

"Oke, silakan duduk. Jangan terlambat lagi," suruh Taro.

"Terima kasih, Pak."

Sebelum laki-laki itu duduk, Taro kembali bersuara. "Nama kamu siapa?"

"Wibawa Yandra Prambadi, Pak," jawab laki-laki itu.

Taro melihat catatan yang didapatnya dari dosen lama. Selain absensi secara otomatis menggunakan kartu yang ditempel, ada pula absensi secara tertulis untuk berjaga-jaga jika ada kecurangan saat absensi.

"Kamu udah dua kali nggak hadir. Satu kali lagi, kamu nggak bisa ikut ujian, Wibawa." Taro mengingatkan.

"Baik, Pak. Terima kasih." Laki-laki itu duduk di bagian sisi atas––tepatnya di pinggir karena hanya itu saja kursi yang tersisa.

"Mil, itu bukannya mantan lo? Junior kita? Bukannya waktu itu dia berhenti kuliah? Kok masuk lagi?" Elvi heboh menyenggol bahu Mila dengan suara setengah berbisik.

Mila menoleh ke belakang sebentar dan sialnya laki-laki itu melihatnya. Mila langsung mengarahkan tatapannya pada papan tulis di depan sana.

"Ih... asli! Kenapa bisa sekelas sama mantan coba? Waduh... ini berita besar Wibawa balik kuliah lagi!" ujar Elvi, masih heboh dan setengah berbisik.

Mila tidak menyangka akan bertemu mantannya di kelas. Jika ada orang yang pernah Mila pacari selama masa kuliah, maka Wibawa orangnya. Laki-laki itu juniornya. Hubungan mereka lumayan lama terjalin selama hampir dua tahun. Setelah putus barulah Mila menyukai Tebing.

Dia pikir Wibawa berhenti kuliah karena mereka tidak pernah berhubungan lagi––berbeda dengannya saat putus dengan Ombak yang masih baik-baik saja. Mereka putus dengan tidak baik-baik saja. Ya, ada konflik berat yang membuat mereka putus. Tak disangka Wibawa kembali kuliah.

"Gue doain lo sama Wibawa sekelompok," bisik Elvi.

Mila membalas, "Semoga nggak."

❤❤❤

Malam yang gelap memancarkan sinar terang dari bintang-bintang yang berkelip di atas sana. Banyak tamu undangan yang menghadiri pesta pernikahan salah satu sepupu Taro yang bernama Exlyn Wirawan atau biasa disapa Ex.

Mila mengenakan dress berwarna biru muda lengkap dengan heels berwarna senada. Warna dress yang dipilih Mila sepasang dengan Taro dan Kilau. Mereka memang membeli seragam supaya saat berfoto lebih pas. Sekiranya itu permintaan Taro dan Mila setuju saja. Selain itu, Mila memakai cincin pernikahannya dengan Taro. Iya, hal ini dilakukan saat menghadiri pesta bersama Taro atau jalan keluar berdua.

"Mom, makan mau itu. Nggak boleh?" tanya Kilau sambil menarik-narik tangan Mila.

Mila menurunkan pandangan pada Kilau. Kata-kata Kilau terdengar rancu. "Kilau mau makan dim sum? Boleh nggak? Itu yang Kilau tanya?"

Kilau mengangguk. Mila mengusap kepalanya. "Boleh dong. Tapi pertanyaan Kilau salah. Besok kita belajar lagi ya. Ayo, kita pergi ambil dimsum."

"Yeay! Let's go, Mommy!" Kilau menarik-narik tangan Mila tak sabar.

"Sebentar, Kilau." Mila melihat suaminya. "Mas, saya mau bawa Kilau ke sana. Kalo mau keliling atau sapa sepupu yang lain silakan aja."

"Oke. Saya nyusul nanti. Mau samper sepupu yang lain dulu."

Mila beranjak pergi menuju stand dim sum bersama Kilau. Sementara itu, Taro ingin menghampiri sepupunya yang sedang berkumpul. Belum sempat melangkah, Taro melihat mantannya datang.

"Hai, Taro," sapa Spora.

"Hai. Kamu datang juga?" balas Taro.

"Kenapa? Aku nggak boleh datang?"

"Bukan gitu. Aku pikir kamu––"

Spora memotong kalimat kalimat Taro yang belum selesai. "Kamu pikir setelah kita putus, aku nolak menghadiri acara yang diselenggarakan keluarga kamu? Nggak lah. Mereka ngundang, kenapa harus ditolak? Aku harap kamu bersedia melakukan itu juga kalo keluargaku ngundang. We're good right?"

Taro ingin menjawab sebaliknya, tapi dia mengangguk saja. Taro tidak ingin datang ke acara yang diadakan keluarga Salim. Bukan karena malas, tapi dia tidak ingin berpapasan dengan Spora. Entahlah. Ada hal yang masih sulit Taro terima setelah mereka putus.

"Seems like Kilau loves her new mother." Spora berucap dengan melihat ke arah Mila dan Kilau. "I bet you love her too," ucapnya dengan senyum tipis saat melihat Taro.

"Yeah, i love her." Taro menjawab tanpa berpikir. Dia masih tidak tahu bagaimana perasaannya untuk Mila. Yang dia rasakan baru sampai tahap tertarik dengan Mila dan mungkin bisa berubah menjadi mencintainya dalam waktu cepat.

Spora menepuk pundak Taro. "Good then. Aku mau menyalami Exlyn dulu. Jaga Kilau baik-baik dan bawa dia bulan depan ke rumahku. Bye."

Mila diam-diam memerhatikan dari seberang. Walau hanya sebatas menebak, dia yakin Taro dan Spora masih saling cinta. Dia harus menyatukan keduanya supaya dia bisa berpisah dengan Taro.

"Kilau?" Mila mengusap kepala Kilau yang tengah melahap dim sum-nya.

"Yes, Mommy?" Kilau mendongak menatap ibu tirinya.

"Madre masih sayang sama Daddy? Madre pernah bilang hal itu nggak sama Kilau?" tanya Mila. Dia bisa menggunakan Kilau untuk mengorek informasi mengenai perasaan keduanya.

"I don't know..." Kilau melahap dim sum dengan lahap. Dia mengunyah cukup lama, membuat Mila menunggu karena kata-katanya yang menggantung. Tak lama Kilau melanjutkan, "... uhm... Madre nggak pernah bilang, tapi Daddy bilang."

"Bilang apa? Cinta sama Madre?"

Kilau mengangguk. "Daddy pernah nangis dan bilang cinta banget sama Madre. But... wait... Madre juga pernah nangis dan bilang hal yang sama."

"Mereka bilang sama Kilau?"

"No, Mommy. Kilau lihat Madre nangis di kamarnya. Kilau juga lihat Daddy nangis di kamarnya. Waktu itu Kilau ikut Madre sebentar dan lihat kejadian itu. Setelah itu ikut Daddy dan lihat juga. Entahlah. Mereka menangis, Mom."

Mila menarik senyum senang. Oke, setidaknya dia tahu kalau Taro dan Spora masih saling mencintai. Ini pertanda bagus.

"Berarti kalian bertiga tinggal di rumah yang sama sebelumnya?" tanya Mila, kembali mengorek informasi.

Kilau mengangguk. "Daddy sama Madre sekamar. Kilau tidur di kamar sebelahnya, Mom. Kamar Kilau di London lebih kecil dari kamar di rumah sekarang, Mom."

"Oh, gitu." Mila manggut-manggut paham. Dia harus mencari cara supaya Taro bersatu dengan mantannya. Bagaimana pun caranya, dia akan melakukan itu. "Well, Kilau mau bantu Mommy nggak?"

"What can i do for you, Mom?" Kilau menatap Mila dengan wajah polos.

"Ajak Madre pergi jalan-jalan ke Seaworld besok. Can you do it? Nanti Mommy sama Daddy nyusul. Tapi jangan bilang Mommy sama Daddy nyusul. Oke?"

"Seaworld? Madre pernah cerita tentang Seaworld." Mata Kilau langsung bersinar cerah. "Oke, Mom. Kilau nanti tanya."

Mila mengusap kepala Kilau. "Mungkin maksud Kilau, nanti Kilau tanya."

"That's what i mean, Mom." Kilau nyengir.

"Good girl." Mila menyeka bekas bumbu dim sum dengan tisu di tangannya. "Makasih, Kilau."

"Masa-masa, Mommy."

Mila tertawa kecil. "Sama-sama, Kilau, bukan masa-masa."

"Oh, yeah... sama-sama." Kilau nyengir lagi, lalu melanjutkan makan dim sum yang super lezat. "This is so delicious. Do you want it, Mommy?"

"Nggak. Kilau aja yang makan."

Sebenarnya Mila merasa bersalah sudah menggunakan Kilau perantara untuk rencananya. Namun, tidak ada cara lain selain itu.

"Kilau kok makan sendirian? Mommy nggak ditawarin?" Suara Taro terdengar jelas. Kedua orang itu menoleh ke arahnya.

"Mommy nggak mau, Dad," jawab Kilau.

"Kamu nggak mau makan?" tanya Taro pada Mila.

"Kalo disuapin sama Mas, saya mau," jawab Mila sambil pura-pura tersenyum.

Taro mengangkat sebelah alisnya. Sikap Mila benar-benar berbeda dari sebelumnya. Dia sempat mengira Mila memiliki kepribadian ganda karena sikapnya belakangan aneh.

"Mas nggak mau suapin saya?" Mila melempar kedipan genit sambil memeluk lengan Taro.

"Ya udah, saya ambilin dulu." Taro menurunkan tangan Mila dan beranjak mengambilkan dim sum.

Mila tersenyum penuh kemenangan. Tidak masalah hari ini dia bermanja-manja dengan Taro karena esok, dia akan mempertemukan Taro dengan Spora. Pokoknya rencana dia harus berhasil.

❤❤❤

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗❤

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Taro kalo lagi kesemsem sama senyumnya Mila😍😍


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top