Chapter 2

Yuhuu update lagi😍😍😍❤

Yokkk vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘😘🤗❤

#Playlist: Kassy - Take My Hand

"Kamu masih pacaran sama Ombak?"

Tidak ada basa-basi, Mila mendengar pertanyaan itu setelah tiba di rumah. Seperti biasa, Mila menunggu Taro di tea house dekat kampus. Suaminya menjemput dia di sana dan mereka pulang bersama. Cara mereka pulang sampai harus bertemu di tempat lain dulu memang sudah menjadi kesepakatan.

"Napas dulu kek. Basa-basi dulu. Nyebelin banget. Apa-apa to the point," protes Mila blak-blakan. Dia tidak pernah seblak-blakan ini kecuali dengan Taro.

"Sepanjang jalan saya tanya, gimana kuliahnya. Kamu diem aja. Saya tanya lagi kamu masih marah atau nggak, diem juga. Terus sekarang mau basa-basi? Mana bisa. Kamu udah mengabaikan saya selama tiga puluh menit." Taro ikut protes.

"Berarti saya nggak mau ngomong."

Mila beranjak menuju dapur, meninggalkan Taro di belakang sana. Dia mengambil gelas dari rak gantung, membuka kulkas, dan menuang jus jeruk kemasan ke dalam gelas kosongnya. Tepat saat Mila berbalik badan setelah menutup pintu kulkas, dia terkejut karena Taro mengunci dirinya dengan kedua tangan yang diletakkan di samping tubuhnya.

"Kamu suka marah-marah sama saya. Giliran sama Tebing senyum mulu," ucap Taro.

Mila diam memandangi wajah Taro dari dekat. Kedua lesung pipi suaminya terlihat jelas. Mila tidak akan menyangkal jika wajah suaminya rupawan. Tidak bersedia menanggapi soal itu, Mila menurunkan tangan Taro. "Bapak suka bikin emosi. Oh, lupa. Mas suka bikin emosi."

Tidak hanya Mila yang punya syarat. Taro juga punya. Taro tidak ingin Mila memanggilnya Bapak, Pak, atau Om. Juga, tidak ingin Mila bicara terlalu formal.

"Udah ah, saya mau masuk ke kamar," pamit Mila.

"Saya belum selesai bicara, Mila." Taro mengejar Mila dari belakang dan berhasil meraih pergelangan tangannya. Hal ini membuat Mila berhenti dan menoleh padanya. "Kenapa sih setiap kali kita bicara, kamu kabur? Saya mau nanya hal-hal penting tapi kamu selalu aja menghindar."

"Mau nanya hal penting kayak apa? Pasal?"

"Kamu masih marah soal di kelas?"

"Nggak. Siapa tau Mas mau nanya soal itu."

Taro mendesah kasar. "Mila, come on. Saya nggak bermaksud apa-apa soal masalah di kelas. Itu cuma--"

"Iya, saya pacaran sama Ombak. Kenapa?" potong Mila lebih cepat.

Taro kaget mendengarnya. Matanya membulat sempurna. "Kamu masih pacaran sama Ombak sampai sekarang? Kalian belum putus?" 

"Kalo belum putus kenapa? Mas merasa dikhianati? Saya udah pacaran duluan sama Ombak sebelum kita menikah jadi saya rasa nggak ada yang salah." Mila menjawab santai. Dia hanya ingin membuat Taro kesal dan berhenti menanyakan hal ini. 

"Kenapa kamu nggak bilang sama orangtua kamu? Kalo kamu masih punya hubungan sama seseorang lantas kenapa setuju menikah dengan saya? Kamu kan bisa menolak. Saya nggak akan setuju juga kalo kamu udah punya pacar," cerocos Taro.

"Saya udah putus. Mas penyebab saya putus sama dia. Saya disuruh putus karena mau dijodohin sama Mas. Kalo nggak, saya nggak akan putus. Saya cinta banget sama Ombak. Jadi nggak perlu nyerocos lagi. Saya mau istirahat."

Taro diam sejenak. Dadanya sesak mendengar jawaban Mila. Sejak awal perjodohan, mungkin benar jika hanya dia saja yang tertarik.

"Kenapa kamu nggak nolak waktu itu?" tanya Taro.

"Nolak? Apa saya berhak nolak keinginan orangtua sendiri? Saya nggak mau dicap durhaka atau melawan orangtua seandainya menolak. Lagian kalo saya merasa nggak cocok atau mungkin ada hal yang membuat saya ingin bercerai, saya akan minta cerai," jawab Mila santai.

"Cerai? Kamu ada keinginan untuk cerai?" ulang Taro.

"Kita mana tau hal-hal ke depan, kan? Siapa tau bisa terjadi. Nobody knows."

Taro kesal sendiri. Dia menikah bukan untuk main-main atau cerai dengan mudahnya. Dia memang serius ingin membina rumah tangga dengan pilihan orangtuanya. Namun, Mila punya pemikiran sendiri terhadap pernikahan ini. 

"Berarti cuma saya yang serius sama pernikahan ini?"

Mila tidak menjawab dan berbalik badan. "Saya mau istirahat. Jangan ketuk pintu kalo nggak penting."

Mila meninggalkan Taro dengan cepat. Dia tidak ingin membahas soal pernikahan. Mila bukan tidak serius akan pernikahan ini, tapi dia masih belum bisa menerima bahwa dirinya bersedia begitu saja mengikuti permintaan orangtuanya untuk menikahi laki-laki yang tidak dia cintai. Mila memang anak yang selalu menuruti perkataan orangtuanya. Dia tidak pernah ingin membuat orangtuanya kecewa.

Setibanya di kamar utama, Mila mengambil pakaian dan segera mandi. Di kamar utama ini Mila tidur sendiri. Taro tidur di kamar tamu. Mereka tidur terpisah dan belum melakukan hubungan selayaknya suami-istri pada umumnya. Setelah menikah, Mila meminta pada Taro untuk tidur masing-masing sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. 

Selama dua puluh menit Mila sibuk membersihkan diri dan berendam di bathtub. Setelah selesai, Mila mengenakan piyama Mickey Mouse kesayangannya dan duduk di depan meja rias. Mila mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Selesai dengan dirinya, Mila mengambil obat yang selalu dia letakkan di dalam laci nakas.

Orang-orang tahu Mila bisa hidup tenang dan tidur nyenyak. Kenyataannya tidak. Mila kesulitan tidur lebih awal. Insomnianya kian memburuk seakan pikirannya tidak ingin berhenti bekerja. Alhasil Mila diberikan resep obat tidur oleh dokternya. Mila meminum obat tidurnya. Dia ingin tidur nyenyak malam ini.

"I wish i could die," gumam Mila pelan. Setiap hari Mila selalu menggumamkan kalimat yang sama. Rasanya lelah menjadi dirinya. 

❤❤❤

Taro menyiapkan susu cokelat untuk Mila. Dia ingin minta maaf. Entah mengapa dia merasa bersalah setiap kali menanyakan hal seperti sebelumnya. Sebenarnya apa yang dia harapkan dari pernikahan atas perjodohan? Dicintai balik? Mungkin dia terlalu naif. Kata-kata Mila tidak sepenuhnya salah. Tidak ada yang tahu ke depannya. Setelah sudah berdiri di depan kamar Mila, dia mengetuk pintunya. 

Sekali... dua kali... tiga kali. Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Taro memegang daun pintu dan mencoba membuka pintunya. Ternyata pintunya tidak dikunci. Pelan-pelan Taro masuk ke dalam sambil tetap memegang segelas susu di tangannya.

"Mil, kamu udah tidur ya?" 

Tidak ada jawaban. Taro pun meletakkan gelas di atas nakas. Dia duduk di pinggir ranjang dan mengamati Mila. Istrinya itu kelihatan lebih cantik kalau sedang tidur. Iya, soalnya Mila tidak mengomel atau marah-marah. 

"Good night, Mila." Taro mengecup kening Mila. 

Taro menarik selimut yang tidak sempat dipakai Mila. Saat dia hendak menaikkan selimutnya, dia merasa ada yang aneh. Tidak sedikitpun Mila menunjukkan tanda-tanda merasa terganggu. Tubuh Mila tak menunjukkan pergerakan apa-apa. Pandangannya beralih menuju laci nakas yang menunjukkan botol obat. Taro membuka laci dan membaca tulisan yang tertera di botolnya. Taro tidak perlu googling karena dia pernah mendengar nama obat yang tertulis di botolnya. Dengan cepat Taro mengguncang tubuh Mila.

"Mil? Mila?" 

Namun, tidak ada jawaban. Taro panik. Dia menarik tubuh Mila, menjadikan tangannya tumpuan tubuh perempuan itu dan tangannya bergerak spontan menepuk pipi Mila berulang kali.

"Mil, Mila. Mil, Mila, jawab saya."

❤❤❤

Pelan-pelan kelopak mata terbuka. Mila bangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa lemas. Mila segera tahu di mana dirinya berada setelah mencium bau khasnya. Rumah sakit. Entah bagaimana dia berakhir di atas ranjang rumah sakit. Dia menurunkan pandangan, mendapati Taro menidurkan kepala di atas ranjangnya dengan tubuh membungkuk. Tangan kanan Mila sulit bergerak. Bukan tanpa sebab karena Taro menggenggam tangannya. Ini membuktikan bahwa suaminya menjaganya sepanjang malam. 

Baru akan Mila membangunkan Taro, laki-laki itu sudah mengangkat kepalanya lebih dahulu menandakan sudah bangun. Mila dan Taro saling menatap ketika mata mereka beradu.

"Kamu udah bangun daritadi? Apa ada yang sakit?" tanya Taro khawatir. 

Mila menggeleng lemah. 

"Beneran?" tanya Taro masih tak yakin.

"Iya," jawab Mila. Singkat dan padat. 

Taro menggenggam tangan Mila dan menatap istrinya penuh kekhawatiran. "Seandainya kamu ada hal yang ingin diceritakan, tolong cerita sama saya. Saya panik setengah mati liat kamu nggak ngerespons saya semalam. Saya takut, Mila. Saya takut kehilangan kamu."

❤❤❤

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗❤

Follow IG & Twitter: anothermissjo

 Salam dari bebeb Taro😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top