Chapter 14
Yuhuu update😍😍😍❤🤗
Jangan lupa vote dan komen yang banyak😘😘😘❤
•
•
"Mau ngapain?" Wibawa bersedekap di dada, menatap galak Mila yang berdiri di depannya.
"I'm sorry. Gue tau lo masih marah. Gue juga tau hal itu nggak bisa dimaafin. Tapi tolong jangan sangkut pautkan hal yang nggak ada hubungannya sama lomba debat nanti." Mila menunjukkan wajah penuh rasa bersalah. Bukan pura-pura, tapi Mila serius. Mungkin dia terlihat biasa saja seolah sudah melupakan masalah itu, kenyataannya tidak. Masih terngiang-ngiang di kepalanya.
"Gue udah maafin. Gue masih butuh waktu untuk ketemu lo. Gue pikir Bu Nurani bakal ngajak senior lain. Nggak taunya malah lo."
"Apa cuma lo yang terluka? Gue juga terluka. Gue nyesal. Bahkan sampai sekarang perasaan bersalah itu tetap ada. Kelihatannya gue nggak peduli, tapi gue juga kepikiran. Apalagi setelah kita putus, lo hilang gitu aja," balas Mila lirih.
"Lo tau kenapa gue hilang? Itu karena gue ada masalah. Dan masalah ini yang bikin gue nggak ada buat lo terus lo selingkuh."
Kata-kata Wibawa menusuk sampai relung hati. Perasaan bersalah Mila semakin besar.
"Maaf. Gue nggak tau lo ada masalah."
"Itu karena setiap orang punya masalah, Mila. Apa menurut lo hidup orang selalu lancar dan baik-baik aja? Biarpun gue ada masalah, gue berusaha ada buat lo. Ternyata nggak cukup. Lo merasa cuma masalah lo yang berat. Masalah gue juga berat, tapi gue nggak selingkuh. Lo adalah orang pertama yang gue pacarin sekaligus orang yang bikin gue patah hati sebesar itu."
Mata Mila berkaca-kaca. "I'm sorry. Gue tau maaf nggak akan mengubah apa pun. Maaf nggak akan membuat lo merasa lebih baik. I'm so sorry..."
Wibawa memalingkan wajah, tidak sanggup jika melihat Mila menangis. Walau Mila sudah melakukan kesalahan yang dia benci, hatinya tetap ada untuk Mila. Tidak semudah itu melupakan Mila setelah dua tahun mereka menghabiskan waktu bersama.
"I'm so sorry. Gue nggak masalah lo nggak memaafkan. Gue tau itu bukan hal yang bisa dimaafkan dengan cepat. But, i hope you can think again about our debate competition," mohon Mila. Suaranya lirih dan memelas. Begitu pula dengan wajahnya.
Tanpa sadar air mata Mila sudah jatuh membasahi pipi. Wibawa tidak tega dan mengambilkan tisu, lalumenyodorkan pada Mila.
"Ya, udah. Gue ikut," kata Wibawa akhirnya. Hatinya luluh melihat Mila menangis.
Andai waktu itu Mila menangis, bisa saja Wibawa memaafkan dan melanjutkan hubungan mereka. Sayangnya mereka berdebat hebat sampai akhirnya kalimat putus diucapkan olehnya.
"Beneran ikut?" tanya Mila sembari menyeka air mata dengan tisu.
"Iya. Gue akan belajar profesional."
Mila menarik senyum sedikit demi sedikit. "Makasih, Wibawa. Maaf. Sekali lagi ma––"
"Cukup. Lo nggak perlu minta maaf berulang kali. Itu udah berlalu lama," potong Wibawa. "Kalo gitu gue panggil Sayu. Kita latihan di sini."
"Biar gue aja." Mila bergegas menuju pintu apartemen. Pada saat pintu sudah dibuka, tidak ada wujud Sayu sama sekali. "Sayu nggak ada," ucapnya dengan cukup keras.
Mila keluar dari apartemen, mengedarkan pandangan untuk mencari sosok Sayu. Tetap tidak ada Sayu di sana.
"Anaknya lagi di bawah, beli kopi." Wibawa memberitahu setelah melihat pesan masuk dari Sayu.
"Ya, udah. Gue susul dia aja," kata Mila.
"Gue temenin sekalian."
"Eh, tunggu. Gue mau ke kamar mandi bentar. Izin pinjem kamar mandi," ucap Mila.
"Gue anterin."
Wibawa mengantar Mila menuju kamar mandi. Wibawa menunggu di depan pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian Mila sudah selesai dan memberikan kode melalui anggukan kalau sudah siap pergi.
Mereka berdua keluar dari apartemen. Mila menunggu Wibawa mengunci pintunya. Kemudian, mereka berdua mulai berjalan bersama menuju ke bawah.
Dari ujung lorong di belakang sana, ada seseorang yang sejak tadi menyipitkan mata untuk memastikan bahwa sosok yang dilihatnya adalah Mila.
❤❤❤
"Gimana hubungan lo sama Mila, Bro?" Chanon memulai obrolan saat jam makan siang bersama di kantin. Tidak ada Unique jadinya dia bebas mengatakan apa pun.
Baru akan Taro jawab, ada nampan yang diletakkan di atas meja. Mereka berdua menoleh pada sosok yang baru saja bergabung tanpa dipersilakan.
"Gue pikir Unique. Ngagetin aja lo, Jamaika," kata Chanon sambil mengelus dada kaget.
Perempuan itu nyengir. "Santai aja kali, Chan. Kalo gue Spora baru lo boleh kaget. Untung aja dia libur."
"Oh, libur." Chanon manggut-manggut seraya menyendok sesuap nasi goreng. "Pantes batang hidungnya nggak kelihatan."
"Iya, libur." Jamaika menyendok nasi dan bulgogi yang dia pesan. Kampus Cinta Hati memiliki berbagai variasi makanan yang bisa dipesan. Mulai dari makanan Indonesia, Jepang, Korea, bahkan sampai Amerika.
"Omong-omong, Mila punya sepupu yang tinggal di apartemen Senopati, ya?" mulai Jamaika.
"Senopati? Nggak tau. Kenapa?" jawab Taro.
"Gue, kan, pindah ke sana. Nah, dua hari lalu gue lihat istri lo keluar dari unit apartemen gitu. Kebetulan satu lantai sama unit apartemen gue. Mila keluar berdua sama laki-laki. Mungkin sepupunya kali, ya. Tadinya mau gue panggil, tapi udah jauh." Jamaika menjelaskan.
Jamaika sudah diceritakan oleh Spora tentang Mila. Walau terkadang mulut Jamaika ember, tapi untuk masalah status Taro dan Mila, semua tertutup rapat. Jamaika berani membahas hanya di depan Taro, Spora, dan Chanon saja.
"Salah lihat kali lo. Orang kata Taro dua hari lalu Mila latihan untuk debat," sela Chanon.
"Heh! Mata gue belum minus. Itu beneran Mila kok. Laki-lakinya ganteng. Mukanya blasteran juga kayak Mila. Kira-kira kayak siap––eh, tunggu, tunggu." Jamaika menemukan sosok yang sekiranya mirip dengan laki-laki waktu itu. "Mukanya mirip itu anak. Mirip banget. Apa jangan-jangan itu anak, ya?" lanjutnya seraya menunjuk laki-laki berambut hitam dan berparas rupawan.
Taro dan Chanon langsung menoleh ke belakang mengamati laki-laki yang baru saja duduk. Posisi duduknya cukup jauh.
"Ganteng amat. Lo salah lihat kali, Jam," kata Chanon.
"Bentar. Gue salah." Jamaika menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Bukan itu anak, deh. Itu mah anak fakultas gue. Mukanya blasteran kayak gitu, tapi rambutnya warna cokelat tua. Gue lihat dari samping sih, kira-kira blasteran begitu. Kalo Mila gue udah tau mukanya jadi nggak asing lagi. Kalo laki-laki itu gue nggak kenal."
Taro diam memikirkan laki-laki yang dibicarakan Jamaika.
"Lo serius nih? Soalnya gue anterin Mila ke rumah temannya. Temannya perempuan," tanya Taro, mencoba meyakinkan sekali lagi.
"Serius, Taro. Mana gue bohong sih. Coba aja gue fotoin jadinya lo bisa lihat. Tapi gue pikir buat apa difotoin. Lagian gue pikir laki-laki itu sepupunya Mila. Coba aja lo tanya," jawab Jamaika dengan suara jelas dan meyakinkan.
Chanon berdecak dan menyela, "Lo demen ye bikin orang berantem."
"Kok berantem? Emangnya Taro tau sepupunya Mila tinggal di sana atau nggak? Dia, kan, cuma tau nama-nama aja. Jangan negatif dulu. Banyak hal positif yang bisa dipikirin tau," cetus Jamaika.
"Iya, tapi cara lo kasih tau begitu seolah-olah Mila habis selingkuh," balas Chanon.
"Gue, kan, nggak bilang Mila selingkuh. Lo aja langsung ngasih persepsi begitu. Suka fitnah deh lo," sungut Jamaika kesal, yang kemudian menyeruput minumannya.
Selagi Chanon dan Jamaika ribut, Taro memikirkan apakah istrinya benar pergi ke apartemen yang dimaksud Jamaika. Kalau pun benar, lantas siapa laki-laki iti? Ke mana teman perempuan Mila?
❤❤❤
"Mom, besok kita jadi pergi nggak?" Kilau bertanya di sela makan malam mereka.
"Mau pergi ke mana?" tanya Lisa.
"Kilau ngajakin pergi ke mal, Ma. Dia mau beli dress Cinderella," jawab Mila seraya mengusap kepala Kilau yang ada di sampingnya.
"Mama ikut, ya!" kata Lisa.
"Jangan ajak Rody," sela Taro.
"Kenapa? Rody nggak akan ganggu kamu sama Mila. Nanti kalo udah sampai mal, Mama sama dia pisah dari kalian. Tenang aja. Acara jalan-jalan keluarga kalian nggak akan terganggu," ucap Lisa santai.
Taro menghela napas. Sebenarnya Taro tidak setuju, tapi dia tidak mau berdebat dengan ibunya.
"Asyik! Bisa main sama Om Rody!" sahut Kilau senang.
"Lihat, kan? Om Rody likeable, Taro." Lisa tersenyum bangga karena pacarnya disukai Kilau.
"Iya, iya." Taro tidak mau berdebat. Mengiyakan adalah jalan terbaik untuknya dan Lisa.
Selain malas meladeni ibunya, Taro masih kepikiran soal kata-kata Jamaika tadi siang. Dia ingin cepat-cepat selesai makan dan bertanya pada Mila.
"Mom, nanti kita main bola-bola. Apa ya namanya bola-bola itu di sini, Mom?" tanya Kilau.
"Apa... ya. Mandi bola mungkin? Mom juga kurang tau. Nanti kita tanya sama yang tau," jawab Mila. Satu tangannya sigap menyeka bekas bumbu yang berantakan di sekitar bibir Kilau.
Taro memerhatikan Mila. Istrinya sangat baik dengan putrinya. Sifat keibuan Mila sudah tidak diragukan. Namun, memikirkan kata-kata Jamaika membuat dia was-was.
Beberapa menit kemudian mereka selesai makan malam. Mila membacakan dongeng Rapunzel untuk Kilau sampai gadis kecil itu tertidur lelap.
Seperti biasa Taro berdiri di depan kamar Kilau memandangi Mila menemani putrinya. Setelah Mila keluar, dia berjalan bersampingan dengan Mila.
"Mil, saya mau tanya."
"Tanya aja, Mas."
"Sepupu kamu ada yang tinggal di apartemen Senopati?"
"Nggak ada. Kenapa, Mas?"
Jawaban Mila mematahkan seluruh pikiran positif Taro. Mencoba tetap tenang, Taro kembali bertanya, "Nggak apa-apa. Gimana latihan dua hari lalu?"
"Latihannya baik kok, Mas. Besok aku mau latihan lagi."
"Oh, gitu. Di rumah yang kemarin?"
"Iya, Mas."
"Oh, berarti dua hari lalu latihan di rumah itu sampai selesai?"
Mila diam sejenak. Kalau dia jawab latihan di apartemen Wibawa, takutnya Taro berpikir yang tidak-tidak. Mungkin Mila akan menceritakan nanti.
"Iya, Mas," jawab Mila akhirnya.
Taro diam cukup lama. Entah Mila yang berbohong atau Jamaika salah lihat.
"Kamu nggak bohong, kan, Mil?"
"Bohong soal apa, Mas?"
"Nggak. Lupain aja."
Taro akan menganggap Jamaika salah lihat. Kalau tidak ada bukti nyata, dia tidak mau menuding atau mencurigai Mila.
"Besok saya antar lagi ke sana," ucap Taro.
"Oke, Mas."
Percakapan mereka berakhir. Mila merasa ada yang aneh karena Taro tidak bertanya apa-apa lagi. Biasanya Taro akan menanyakan kegiatan hari ini. Kali ini tidak. Taro seolah sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
❤❤❤
Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗❤
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Yuhuuu salam dari Bebeb Taro😛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top