Chapter 1

Yuhuu update lagi😍😍😍❤

Yokkk vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘😘🤗❤

#Playlist: Nick Jonas - Jealous

Dua minggu lalu adalah momen yang paling Mila benci. Iya, soalnya Mila menikah dengan Taro. Pernikahan atas dasar perjodohan itu tidak bisa Mila tentang karena permintaan orangtuanya. Dulu dia memutuskan batal menikah dengan Tebing karena suatu hal. Dia merasa Tebing masih belum sepenuhnya move on. Dugaan tersebut didukung dengan beberapa hari hilangnya Tebing tanpa kabar. Di situlah Mila merasa kurang cocok.

Di saat akhirnya Mila kembali dengan Ombak, orangtuanya meminta dia menikah dengan pilihan yang sudah ditentukan. Hal ini karena orangtuanya kurang setuju dengan Ombak mengingat baru masuk kuliah, sedangkan dirinya akan lulus sebentar lagi.

Mila setuju menikah dengan syarat tidak boleh ada yang tahu termasuk Sweety dan Sani. Pernikahannya dilangsungkan hanya sebatas dihadiri dua pihak keluarga saja. Di samping itu ada syarat lain seperti tidak mau mengenakan cincin nikah saat di kampus. Resepsi pun diselenggarakan setelah dia lulus kuliah. Mila tidak mau ada orang yang tahu dia menikahi laki-laki super menyebalkan.

"Kampret!" umpat Mila sembari meletakkan tasnya dengan kasar di atas kursi kantin.

Sani terkejut. Satu tangannya spontan mendarat di dahi Mila, memastikan sahabatnya baik-baik saja.

"Ngapain sih, San?" omel Mila.

"Nggak, ini unik." Sani menarik tangannya kembali. "Ini pertama kalinya seumur hidup, lo ngomong kampret. Kalo Sweety yang ngomong gue udah nggak heran. Ini lo yang ngomong, Mil."

Mila berdeham, berusaha mengubah ekspresinya. Kalau Sani sampai heran, ya jelas. Seumur hidupnya dia tidak pernah mengucapkan kalimat kasar. Jangankan kampret, bilang sialan saja tidak pernah.

"Ada masalah hidup apa, Mil? Tumben nih gue liat muka lo segarang harimau," tanya Sani penasaran.

"Nggak ada apa-apa." Mila mengambil milkshake coklat yang baru saja datang. Dia sangat haus sampai-sampai lupa kalau ini bukan pesanannya, melainkan milik Sani.

"Pelan-pelan, Mil. Santai aja minumnya. Gue takut lo keselek." Sani menatap terheran-heran. Dia tidak masalah soal minumannya yang diserobot Mila. Dia lebih khawatir soal cara Mila menyeruputnya. Terlalu terburu-buru tanpa jeda. "Mil, kenapa sih? Tumben amat."

"Millll! Tadi lo debat lagi nggak?" Suara dari samping mengalihkan pandangan Sani dan Mila.

Sani menaikkan satu alisnya. "Debat sama siapa, El?"

"Dosen baru, San. Pak Tarno. Eh, Pak Taro." Elvi memberitahu.

"Debat bahas apaan?" tanya Sani lagi.

"Bahas mata kuliah lah, Sance. Lo pikir bahas apa? Bahas ketampanan Pak Taro Milk itu?" Elvi duduk di samping Sani. Belum ada lima detik, dia bangun lagi. "Ah, elah. Pacar gue udah jemput. Baru juga duduk. Gue duluan, Gengs!"

"Oh, Pak Taro bikin lo emosi? Itu dosen yang mana sih? Gue belum liat." Sani bertanya-tanya. Baru dengar juga. Mungkin dia ketinggalan informasi. "Susah nih kalo di kepala ada banyak cogan."

Mila tidak menjawab. Dia harus berpura-pura baru mengenal Taro di kampus ini. Padahal jauh sebelum Taro bergabung menjadi dosen baru, dia sudah kenal duluan dari hasil perjodohan itu. Taro bergabung ke kampus ini baru minggu lalu.

"Dosen yang paling jelek," jawab Mila jutek.

"Masa sih? Dosen di kampus kita mana ada yang jelek. Gue curiga Pak Anton buka lapak cogan kampus." Sani mengamati sekitar sambil menunggu kedatangan Sweety. "Popok!" teriaknya memanggil Sweety yang baru saja memasuki kantin sendirian.

"Gila lo ya, Sance! Manggil Popok begitu," omel Sweety setelah sampai di depan Sani dan Mila.

"Ya, elah... lo mah nggak tau malu. Dipanggil Popok juga masih nyaut. Coba Mila--eh, Mila bete tau. Lo sih, Mila jadi bete tuh," balas Sani sambil memberi kode melalui mata saat melihat Mila.

"Kok gue sih? Mila kenapa? Bete sama siapa? Ombak?" tanya Sweety bingung.

Satu hal lagi yang Mila belum ceritakan pada kedua sahabatnya. Tentang Ombak. Dia sudah putus dengan Ombak dari dua minggu lalu. Baru balikan selama sebulan sudah disuruh bubar. Mila bingung mau bagaimana menceritakan pada kedua sahabatnya. Dia tidak mau dianggap playgirl.

"Mil?" Sweety menepuk pundak Mila, berhasil menyadarkan Mila dari lamunannya. "Lo melamun ya? Melamunin apa? Kok nggak jawab?" cecarnya tak sabar.

"Nggak apa-apa kok. Gue sama Ombak baik-baik aja." Mila menyunggingkan senyum. "Eh, kalian mau ke mana setelah ini?"

"Mau makan bakmi sama Bu Unique. Lo ikut, kan?" sela Sani penuh semangat.

Mila berpikir sejenak. Unique belum tahu kabar putusnya dengan Ombak. Soalnya dia meminta Ombak untuk merahasiakannya.

"Mil? Lo mikirin apa sih?" tanya Sweety mulai kesal. "Ada masalah apa? Kalo ada masalah cerita dong. Gue sama Sance aja sering cerita."

Mila memaksakan senyum. "Nggak apa-apa, Sweet."

"Pak Tebing!" Sani spontan memanggil sembari melambaikan tangan ke udara. "Eh, gue manggil begini bakal dikira sksd nggak sih?"

"Nggak. Seantero kampus juga tau kalo Pak Tebing pernah hampir nikah sama Mila." Sweety menjawab santai seraya duduk di samping Sani. "Duh, susah deh. Gue mau ngapa-ngapain engap."

"Eh, eh, Pak Tebing nyamperin dong. Gue pikir cuma bales lambai tangan aja kayak model catwalk." Sani memberitahu.

"Hai, Sani dan Sweety," sapa Tebing. Kemudian, "Hai, Mila. Tadi katanya mau bareng ke kantin. Kamu malah ngeluyur duluan pas udah sampai lantai bawah."

Mila menoleh dan nyengir. "Maaf, Pak."

"Nggak apa-apa." Tebing menyunggingkan senyum. "Saya boleh gabung di sini? Pak Cloud sama Pak Ana bentar lagi nyamperin sih."

"Boleh dong, Pak. Di samping Miul kosong." Sani menunjuk kursi di sebelah Mila.

"Saya gabung, kamu kabur nggak nih, Mil?" goda Tebing.

"Nggak kok, Pak. Duduk aja." Mila mengambil tas miliknya yang diletakkan di sana. Dia meletakkan tasnya di atas pahanya sehingga memudahkan Tebing untuk duduk.

"Kalian lagi ngerumpiin apa nih?" tanya Tebing.

"Rumpiin Pak Tebing sama Mila. Padahal saya shipper kalian," jawab Sweety dengan cepat. Pada saat pesanan Mila datang, dia segera menyeruputnya tanpa dosa.

"Dih... Popok. Gue kan belum minum. Mila minum minuman gue. Itu mau gue minum tau!" protes Sani.

"Gue udah pesen minum kok. Tunggu aja," balas Sweety tanpa merasa bersalah.

Ketika Sani dan Sweety berdebat soal minuman, Mila mengedarkan pandangan memandangi danau yang tak jauh dari kantin.

"Cariin Ombak?" bisik Tebing pada Mila.

Mila menoleh. Wajahnya berpapasan cukup dekat dengan Tebing sehingga dia terpaksa mundur sedikit. "Nggak kok, Pak. Uhm... gebetan Pak Tebing mana? Kok nggak kelihatan?"

"Gebetan saya? Ini sampingan sama saya. Lagi natap saya sekarang," jawab Tebing setengah menggoda.

Mila tertawa pelan. "Kalo Bapak jawab gitu kan saya kepedean, Pak."

"Emang beneran kamu. Siapa lagi?"

Mila diam sebentar sebelum akhirnya kembali tertawa. "Haha... Bapak bisa aja."

Pada saat yang tepat, Mila melihat Taro duduk tak jauh di belakang sana. Posisi Taro cukup strategis sehingga Mila bisa melihatnya dengan jelas.

Sialnya Mila berpapasan dengan wajah Taro. Suaminya itu melihatnya. Demi mengalihkan pandangan, Mila kembali melihat Tebing. "Pak, itu ada bulu mata jatuh deh," ucap Mila berpura-pura.

"Oh, ya? Di mana? Bisa kamu ambilin nggak?"

Mila menggunakan kesempatan ini supaya Taro tidak memerhatikannya terus. Dengan cepat Mila berpura-pura mengambil sesuatu di bawah mata Tebing. Perlahan Mila memandangi wajah Tebing yang rupawan dan tak sengaja mengamati bibirnya. Mila jadi teringat Tebing pernah menciumnya waktu itu. Ah, sungguh. Mila malu sendiri.

"Udah diambil, Mil?"

Mila tersentak. "Oh, udah, Pak." Dia pura-pura membuang bulu mata khayalan yang tidak ada sama sekali ke lantai. "Saya udah buang." Lalu, menyunggingkan senyum manisnya.

Dari ekor matanya, Mila masih mendapati Taro melihat ke arahnya. Mila tidak mau Taro terus memerhatikan. Dia pun menyentuh lengan Tebing sambil menatap laki-laki itu.

"Pak Tebing, nanti mau ikut makan bakmi nggak?" tanya Mila.

Tebing terheran-heran. "Boleh." Sejurus kemudian, Tebing mendekati telinga Mila. "Kamu genit gini tuh bikin gemes deh. Lagi mau jauhin siapa sih? Soalnya tumben begini."

Mila balas berbisik. Namun, satu tangannya dijadikan pembatas supaya terkesan membisikkan sesuatu yang penting. "Bukan siapa-siapa, Pak. Saya beneran ngajak kok."

Dia tidak mau Tebing tahu kalau dirinya menjadikan Tebing senjata supaya Taro tidak memerhatikan.

"Kalian asyik sendiri ya. Bagus bener gue sama Sani jadi obat nyamuk," tegur Sweety setelah menyadari Mila dan Tebing sibuk mengobrol. "Duh, mana nih suami? Lama bener."

Mila dan Tebing saling melempar tatap sebelum akhirnya tertawa bersama. Hal ini pula yang menjadi pukulan telak untuk Taro. Pandangan Taro tak lagi tertuju pada Mila. Melihat hal itu, Mila senang. Dia bisa berbincang dengan bebas tanpa harus diperhatikan. Ya, meskipun entah apa maksud Taro memerhatikan.

Di sisi lain, Taro menghela napas panjang. Pandangannya sudah tertuju pada nasi goreng yang dia pesan.

"Nggak usah diperhatiin mulu sih. Jangan cemburu," tegur Chanon Ngadio Hartono, dosen fakultas Ekonomi.

Chanon adalah sahabat Taro sejak duduk di bangku SMA. Mereka seumuran. Saat kuliah mereka berpisah karena mengambil jurusan di kampus berbeda. Namun, mereka tidak menyangka akan bertemu lagi di kampus yang sama sebagai dosen di fakultas yang berbeda. Chanon sendiri sudah tahu tentang pernikahan Taro dengan Mila.

"Perhatiin siapa?" Unique duduk bersama Taro dan Chanon. Kontan, Unique menoleh ke belakang mencari sosok yang diperhatikan Taro sebelumnya. "Mila? Yang paling sesuai tipe lo sih Mila, Tar," lanjutnya seraya kembali melihat chicken katsunya.

Unique kenal dengan Taro dan Chanon karena mereka satu SMA. Unique adalah juniornya. Mantan pacar Unique yang bernama Herom bersahabat baik dengan Taro dan Chanon. Akan tetapi, Unique tidak tahu soal kabar pernikahan diam-diam yang dilakukan Taro.

"Mila pacaran sama adik gue. Kalo mau suka mending pilih yang lain aja. Mereka sempet pacaran lama terus putus nyambung kayak kabel," cerita Unique.

"Pacaran?" ulang Taro terkejut. Seingatnya Mila single. Itulah yang dikatakan orangtuanya Mila waktu mereka menikah.

"Lo serius Unique?" sela Chanon ikut tak percaya.

"He-em." Unique mengunyah chicken katsunya sambil memerhatikan dua laki-laki di depannya. "Minggu lalu mereka masih mesra-mesraan tuh di perpus. Gue pergokin lagi usap-usap kepala."

"Hah?!" Chanon memekik kaget. "Kok Mil..." Kalimatnya terhenti waktu Taro menendang kakinya dari bawah meja. Dia berdeham pelan. "Maksud gue, itu kapan? Minggu lalu kan banyak, Uni."

"Kalo nggak salah hari Rabu minggu lalu. Kalian belum masuk jadi dosen di sini," jawab Unique santai. "Lupain aja Mila. Lo nggak tau kan, dia batal nikah sama Tebing karena lebih cocok dengan yang muda makanya balikan sama adik gue. Mila nggak suka sama yang lebih tua. Apalagi om-om kayak lo atau Tebing."

"Mulut lo pedes bener deh, Uni." Chanon geleng-geleng kepala. Melirik Taro yang diam saja, dia menepuk pundak Taro. "Tipe seseorang bakal berubah kok, Bro. Contoh Unique aja deh. Dulu pacaran sama Herom yang anak baik-baik. Kalo sekarang sama playboy kelas kakap kayak Cloud."

Unique berdecak. "Belum pernah kena pukul sendok, kan? Mau gue pukul?"

"Buset... galak. Gue aduin Cloud nih. Gue mah kenal banget sama Cloud. Dia kan sepupunya si Milky," balas Chanon.

Taro diam tidak ikutan berbincang. Sepertinya dia perlu menanyakan hal ini kepada Mila soal adiknya Unique. Benarkah mereka masih pacaran? Kalau iya, berarti Mila selingkuh. Namun, jauh di dalam hati kecilnya, dia percaya Mila tidak selingkuh. Mungkin Unique salah dengar soal pacaran itu.

Mengabaikan sejenak soal informasi dari Unique, dia menyantap nasinya sambil sesekali memerhatikan Mila. Istrinya kelihatan lebih senang berada di samping Tebing. Bahkan tertawanya pun lepas. Berbeda dengan reaksi Mila saat bersamanya. Pasti bawannya sewot dan marah melulu.

"Giliran sama gue mukanya kecut mulu," gerutu Taro pelan.

❤❤❤

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗❤

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam dari Milalang😘😘🤗❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top