010: Because ... I Want?

Kang Jojo: Hayo, sok ngaku! Saha nu kamari misuh-misuh sareung neangan abdi, hah?

Hayolooo, si akang dtg2 ngomel nih 🤭

.
.

Ramaikan vomment yaa ❤️
.
Enjoy reading 🌹
.
.
010: Because ... I Want?

Corry baru menyadari bahwa sejak awal semua tentang Teja memang terasa abu-abu. Samar dan mungkin cenderung gelap. Bagi Corry, Teja itu ibarat file rahasia yang disimpan apik dalam brangkas dengan kunci ganda yang sulit untuk dibuka. Sedangkan dirinya, ia ibarat sebuah buku yang terbuka, mudah dibaca kapan saja.

Akhir dari kencan malam minggu mereka seharusnya meninggalkan jejak bahagia. Namun, tidak. Sejak semalam, perasaan Corry benar-benar tidak menentu. Seperti ada yang mebuat napasnya sesak. Meski kenyataannya, respirasinya sangat normal. Ada perasaan yang membuatnya terus meremat fabrik di atas dada demi melampiaskan hal yang sulit dipahami. Seperti merasa dikhianati saat kau menaruh penuh kepercayaan pada seseorang. Seperti merasa melayang lalu dihempas dengan kuat.

"Selamat pagi." Seperti biasa, Teja akan selalu menyapa terlebih dahulu dengan kecupan lembut pada pelipis yang menyusul setelahnya.

Biasanya, Corry akan kembali menyahut sambil tersenyum, lalu menanyakan hal-hal yang sekiranya bisa keduanya lakukan bersama pada hari itu. Namun, tidak untuk saat ini. Sapaan Teja ia abaikan begitu saja. Ia lebih memilih untuk kembali asik dengan telur mata sapi yang kini sedang ia tiriskan.

"Hari ini kerja kelompoknya sampai jam berapa? Saya mungkin—"

Kalimat Teja tidak sempat terselesaikan. Ia dikejutkan oleh suara piring yang beradu dengan granit pada counter dapur.

"Aku berangkat sendiri aja. Mas juga nggak perlu jemput kalau memang nggak bisa. Uang jajanku juga nggak perlu ditambah, sisa kemarin masih ada, kok."

Teja dibuat terperangah dengan sikap Corry pagi ini. Tidak ada senyuman lembut yang selalu ia nantikan. Tidak ada diskusi ringan di pagi hari seperti biasanya. Lantas, kernyitan dahi dan tatapan sendu menjadi penghias kala ia mendapati Corry pergi tanpa pamit. Bahkan kecupan pada pipi yang biasanya akan ia dapat pun terlewatkan begitu saja.

༺...༻

Teja mencoba sebisa mungkin untuk terus menghubungi ponsel Corry. Namun, hasilnya masih sama. Ia tidak juga mendapat respon, pesannya bahkan hanya berakhir dengan warna abu-abu pada tanda dua ceklis. Teja hanya ingin mengabari bahwa dirinya tidak bisa menjemput sebab Jonathan—Jojo, sahabatnya, akan berkunjung ke Bogor. Pria itu baru saja selesai berlibur di Bali. Oleh karena itu, sekarang ini ia dengan sedang dalam perjalanan ke bandara.

Perasaan Teja saat ini serupa lukisan abstrak, tidak menentu. Ia mencoba meraba tentang apa saja yang telah ia perbuat hingga membuat awal paginya sebegini buruk. Apa saja bisa ia maklumi jika ada sesuatu yang terlupakan atau terlewatkan, tapi tidak dengan senyuman lembut, konversasi manis, serta kecupan sayang dari Corry. Rasanya seperti ada yang kurang saat rutinitas paginya tidak dimulai dengan yang manis-manis dari Corry.

Di tempat lain, Corry memandang malas ponselnya yang baru saja berhenti bergetar hingga pop up pesan masuk yang muncul setelahnya dan berakhir membuatnya mendengus jengah.

'Pulang dengan siapa?'

Corry kembali memilih abai dan membiarkan pesan tersebut terbengkalai begitu saja. Ia sendiri tidak tahu kenapa perasaannya menjadi sebegini tidak karuan. Padahal, harusnya ia hanya perlu bertanya dan bicara, seperti yang pernah ia ucapkan—bicara dan temukan solusi. Nyatanya, melakukan aksi tidak semudah berbicara.

"Kenapa?" Ellard yang sedari tadi memperhatikan Corry akhirnya angkat bicara.

Namun, tampaknya Ellard harus puas dengan gelengan kepala sebagai jawaban. Corry kembali menyibukkan diri dengan tugas literasi. Di sana ada Ratna dan Ellard juga. Masing-masing dari mereka memegang berlembar-lembar kertas yang berisikan naskah lama karya William Shakespeare.

Harusnya ini menjadi menyenangkan sebab English Literature adalah salah satu mata kuliah favorit Corry. Namun, suara Teja yang mengucap rindu—entah pada siapa—membuat Corry benar-benar malas bahkan untuk sekedar membaca judul.

"Udah mau ujan. Kita lanjutin masing-masing aja dulu sesuai sama bagian yang udah dibagiin tadi. Lusa kita bahas lagi, gimana?" Ellard mengusulkan sambil merapikan barang-barang yang tergeletak di meja kafe.

Corry dan Ratna hanya mengangguk afirmatif, lalu ikut merapikan barang-barangnya yang juga tergeletak acak.

"Pulang sama siapa, Corry?" tanya Ellard. Suaranya sarat akan harapan mendapat penerimaan.

"Umm? Sama ojek online," balas Corry sambil terus sibuk pada ponsel hingga mengabaikan pandangan salah tingkah Ellard karena kini ia hanya tinggal berdua dengan Corry.

"Bareng Aku, mau?"

"Nggak, makasih." Corry tersenyum lembut. "Suamiku nggak suka kalo aku bareng cowok lain. Ah, itu bapak ojeknya udah sampe. Bye, El ...."

༺...༻

"Ini enak, Ja! Beli di mana?" Teja mengabaikan ocehan Jojo. Ia masih sibuk mengetikkan sesuatu yang isinya menanyakan keberadaan sang istri.

Keduanya kini berada di rumah Teja dan Corry. Dengan Jojo yang sibuk melahap sup iga dari perempatan depan komplek—kesukaan Corry.

"Ini mirip bikinan Ibu dulu, tapi lebih gurih. Kayanya Ibu bikinnya nggak pake micin, deh, du—"

Teja segera bangkit dari posisinya dan bergegas menuju pintu masuk tepat setelah suara pintu terbuka terdengar olehnya. Ia bahkan mengabaikan Jojo yang sedang berbicara.

"Pulang dengan siapa? Saya khawatir. Kamu sama sekali nggak balas pesan atau telepon saya."

Corry terus berjalan ke dalam rumah dan terus menghiraukan Teja. Langkahnya terhenti saat mendapati entitas lain di dalam kediamannya. Kulit putih dan mata yang menyipit hingga hampir menghilang saat melemparkan senyum ke arahnya. Corry ingat sosok keturunan Tionghoa ini. Si pemberi hadiah laknat untuk pernikahannya—lingerie.

"Hi, Corry. Masih ingat aku, kan?" Senyumnya terlihat semakin lebar hingga matanya benar-benar menghilang. "Ini Aku ... Jojo. Ingat hadiah yang—"

"Oh, inget," sahut Corry acuh. "Lanjutin aja makannya, Jo. Aku mau istirahat."

Corry dengan tanpa ragu meninggalkan Jojo yang bahkan—lagi-lagi—belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Setelahnya, terdengar suara pintu tertutup yang cukup keras saat Corry  memasuki kamarnya. Tampaknya Corry memang sengaja sedikit membanting pintu tersebut.

Teja hanya bisa menghela napas. Masih jelas teringat di dalam pikirannya, terakhir kali Corry bersikap begini adalah saat pernikahan keduanya memasuki usia dua minggu. Waktu itu Teja jelas mengetahui sebab dari kacaunya emosi sang istri. Tetapi, untuk saat ini, Teja menyerah. Ia bukan manusia yang memiliki super power di mana ia bisa membaca pikiran seseorang.

"Lo berdua berantem?" Jojo lagi-lagi mengeluarkan suara.

Teja tidak memberi sahutan. Ia hanya menaikan kedua bahunya sebagai respons.

༺...༻

Jojo hanya bisa terdiam memperhatikan Teja yang sedari tadi meneliti laporan kesehatan milik seseorang. Alisnya sedikit menukik saat mendapati hal yang tidak ia sukai terpampang di atas kertas tersebut.

"Jadi, gimana progress-nya?"

"Sudah hampir membaik. Semalam saya sempat menghubungi. Dia terdengar ... lebih baik."

Jojo terkekeh saat mendengar jawaban Teja. Bukan. Ini bukan karena konten dari jawaban sahabatnya. Melainkan, penggunaan kata 'Saya' yang Teja pakai benar-benar membuatnya terlihat kaku.

"Pppfftt ... Teja! Lo masih pake kata 'Saya'? Teja ... Teja ... gaul dikit atuh."

Alis Teja terangkat satu.

"Seriously! Lo bener-bener nggak berubah. Duh, kenapa juga Corry tahan sama Lo, ya?"

Lemparan kotak tisu menjadi balasan untuk kata-kata Jojo yang Teja rasa sungguh tidak pantas. Perkara penggunaan kata 'Saya', jelas tidak bisa menjadi tolak ukur lamanya umur pernikahan.

Iya, 'kan?

"OK! Back to the topic. Lo bilang semalem sempet nelpon?"

Teja terlihat mengangguk kecil. Pandangannya terlihat kosong sebelum akhirnya ia memberikan jawaban. "Kita berbicara lumayan lama. Dia banyak cerita, saya hanya menanggapi sesekali. Tapi, Jo. Dia bilang kalau dia masih berharap."

Jojo bisa menangkap ekspresi Teja yang berubah sendu. Meski intonasinya terdengar datar dan biasa-biasa saja, Jojo jelas bisa menangkap makna tersirat yang sahabatnya tidak mampu ucapkan. Di tengah-tengah perbincangan, suara pintu kamar terbuka kembali terdengar. Teja langsung memberi isyarat pada Jojo untuk tidak berkata apa pun dengan menaruh satu jari telunjuk di depan bibirnya sendiri. Ia menghampiri entitas yang baru saja keluar kamar.

"Mau makan sekarang? Saya sengaja nggak makan dengan Jojo tadi. Saya mau makan sup iga sama kamu." Suara Teja terdengar ceria meski raut wajahnya masih mengatakan bahwa ia salah tingkah. Takut mengucapkan kata yang salah dan malah membuat mood Corry semakin hancur.

"Aku udah makan."

"Lho? Sungguh? Sama siapa?"

Corry tidak langsung menjawab. Ia masih melanjutkan aktifitasnya yang meminum air dingin secara perlahan. Tampaknya memang disengaja.

"Ellard." Corry tidak bohong, kok. Ia memang makan siang dengan Ellard juga Ratna di kafe tadi siang.

"Kenapa sama Ellard?" Corry bisa melihat rahang Teja yang mengeras meski raut wajahnya semakin menyendu.

"Karena ... aku mau?"

"Kamu nggak pakai cincin waktu sama Ellard tadi?"

Tanpa sadar Corry melirik jari manis dan meraba lehernya. Rautnya menunjukan bahwa ia sedang berpikir meski nyatanya itu hanya pura-pura.

"Ah, kayanya ketinggalan di kamar. Maaf."Memang benar. Ia melepasnya tadi saat sedang berganti baju. Saat bersama Ellard tadi, ia masih memakainya. Tetapi, perkataan Corry tampaknya membuat suaminya salah paham.

Teja mengambil pergelangan tangan Corry. Menatapnya dengan sendu yang kemudian berubah kosong.

"Kenapa masih pakai gelang dari Ellard?"

Ada jeda yang cukup lama sbelum akhirnya Corry menarik peregelangan tangannya dan berkata, "Karena ... aku mau?"

Setelahnya Corry meninggalkan Teja yang kembali terdiam di balik counter dapur. Ia memilih meninggalkan rumah, menutup pintu dengan sedikit keras dan lagi, tanpa berpamitan. Tujuannya hanya satu, menyingkirkan asumsi negatif yang ada di kepalanya begitu ia mendengar percakapan Teja dengan Jojo barusan.

Jadi, bisakah Corry menyalahkan siapapun yang berkata bahwa menikah itu akan dipenuhi kebahagian?

༺...༻

TBC

A/N

yuhuuu~ Natha is back! Gimana? Gimana? Apa yang bisa kalian tebak dari chapter ini?
Coba Natha pengen tau dooonggg...

Ramaikan vomment yaaa ~

Daann ... Ayo mutuskan di IG, biar bisa ngobrol2 cantikk
@/harmonatha

*DeepBow

Natha 🌹🌷💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top