01. 1st Victim

Netra Mikey mengerjap, hal pertama yang penglihatannya tangkap adalah sahabatnya, Draken yang tergeletak bersimpah darah.

"K-kenchin?"

Mikey shock, ia mencoba mendekatinya perlahan. Ini pasti mimpi kan?

Draken terbujur kaku dengan mata terbuka dan jangan lupakan masih ada pisau yang tertancap merobek diperutnya.
Mikey bisa melihat ada sedikit usus yang keluar dari robekan itu.

"Kenchin! Bangun! Oi!" Mikey menggoyangkan bahu temannya, namun nihil tubuhnya sudah mendingin.

"Apa yang terjadi? Kenchin!!" Mikey mulai menangis.

Suara pintu bergeser tanda terbuka. Mikey langsung menoleh dan mendapati Emma, adiknya.

"Draken?!"

Emma menutup mulutnya kaget, air matanya mengalir deras kala ia mendekati tubuh Draken yang ada didekapan Mikey.

"Draken? Kenapa? Apa yang terjadi?" Emma memegang tangan Draken yang dingin. Tangisnya semakin menjadi-jadi, lelaki yang ia sukai sudah tidak ada lagi didunia.

Mikey menatap sendu pada Emma, dia mencoba untuk menenangkan saudaranya.

Suara langkah kaki kembali berdatangan, masuk ke dalam ruang kelas.

"Bang Izana.." Rengek Emma, "Draken.."

Izana langsung memeluk Emma, kala gadis itu menghampirinya. Pemandangan mengenaskan menyapa pandangan Izana.

"Anjir mayat!! Eh Kak Draken?! Anj─eh Kak Draken? Eh kok bisa?!" Chifuyu yang baru saja masuk panik.

Nama Draken banyak disebut, semuanya  berduka.
Mitsuya bahkan menonjok Hakkai yang tidak salah apapun saking frustasinya.

"Siapa yang bunuh dia?" Celetuk Takemichi tiba-tiba.

"Mikey, lo tahu sesuatu?" Tanya Izana dan Mikey menggeleng lemah.

Kazutora, Pachin, dan Pehyan berniat untuk mencari tahu sesuatu dengan menelisik ruang kelas itu. Namun nihil, tidak ada barang yang mencurigakan disana.

"Kak B-baji itu kan pisau punya lo.." Tunjuk Chifuyu ke pisau yang masih menancap pada perut Draken.

Atensi semuanya langsung beralih pada Baji. Lelaki bersurai hitam itu kaget.

"Gue pernah make tuh pisau pas lagi dirumah lo nginep kak, bentuknya persis ada bekas goresannya." Tambah Chifuyu.

"Ck, bentuk pisau kan dimana-mana sama puyu." Tanggap Kazutora.

"Tapi─"

"Udah goblok! Liat situasi kek!" Marah Souta. Padahal mereka sedang berduka.

"Tapi itu pisau bener punya gue." Mendengar perkataan dari Baji, semua menoleh tak percaya ke arahnya.

Suara langkah kaki yang masuk ke dalam kelas mengalihkan perhatian semuanya. Mereka Kokonui dan Inui. Tadi Inui sempat muntah sebab tak tahan dengan bau darah Draken yang menyeruak. Maka dari itu ia pergi ke toilet sebentar ditemani oleh Kokonui.

"Tadi gue lihat ada sarung tangan di tempat sampah kamar mandi."

"Ya terus kenapa bego?!" Souta ngelunjak ke Kokonui yang bercerita. Si gondrong biru itu dapat pukulan dari kakak kembarnya sebab itu.

"Ada bekas darahnya."

Jadi artinya si pelaku menggunakan sarung tangan agar sidik jarinya tidak dapat terdeteksi, gila. Siapa dia?

Suara sirine mobil polisi terdengar mendekat.

"Polisi udah datang." Hina yang tadinya berada dipelukan Takemichi, kekasihnya. Beralih untuk ikut menenangkan Emma bersama Izana.

Mereka membiarkan Polisi yang menangani kasus terkait pembunuhan Draken.

"Ga masuk akal.. Kenchin dibunuh, siapa? Kenapa? Si bangsat!" Umpat Mikey.

"Mungkin ada yang dendam sama dia." Imbuh Kisaki.

"Hm, ada benarnya." Hanma setuju.

Mereka menatap nanar ke arah mayat Draken yang tertutup kain putih. Polisi membawanya untuk diautopsi lebih lanjut agar bisa mengetahui kasus pembunuhan ini lebih lanjut.

"Kak, lo gapapa?" Takemichi menatap cemas pada Mikey yang masih memandangi polisi yang mengangkat mayat Draken.

"Gapapa." Balas Mikey berbohong.

Selama Draken tidak ada disampingnya, tidak ada kata baik-baik saja dalam hidup Mikey.

***

Sudah sehari sejak pemakaman Draken, Mikey selalu saja murung dan melamun.
Bahkan Baji dan Kazutora sampai kelelahan melawak untuk Mikey. Tapi sayang, lelaki itu tidak tertarik sama sekali.

"Mikey! Ketawa dikit kek! Ga capek apa lo cosplay jadi limbad?" Kesal Baji.

"Yang mirip limbad kan lo sendiri." Batin Kazutora, kalau ia terang-terangan ngomong gitu Baji bisa menonjoknya.

Baji mendesah kasar, "Bukan lo doang yang sedih, kita semua sedih! Kita semua juga berduka! Jangan anggap lo doang yang terluka."

Mikey menatap Baji sendu, "Sorry."

"Semangat yok!" Baji merangkul pundak Mikey, seperti biasa ya.

Namun tiba-tiba suara keributan dari luar kelas mengundang perhatian mereka.
Begitu mereka datang untuk melihat, disana Takemichi dan Kisaki sedang adu tonjok.

"Lah Takemichi?"

"Eh woi-woi berhenti woi!"

Baji menahan Takemichi sedangkan Kisaki ditahan oleh Kazutora.
Takemichi malah ngelunjak dan memukul Baji agar lepas dan kembali menghajar Kisaki. Begitu pula Kisaki yang melakukan hal yang sama.

Mikey geram dan akhirnya menonjok mereka berdua sampai k.o.

"Kalian kenapa sih?!"

"Dia yang mbunuh Kak Draken!" Tunjuk Takemichi ke Kisaki.

"Lo berani nuduh gua sat?"

"Terus sekarang jelasin, disini cuma lo yang punya masalah sama dia. Bisa jadi lo yang bunuh!"

Kisaki mendecih pelan.

"Gue lihat sendiri! Lo kelahi sama kak Draken sebelum dia terbunuh."

"Gue ga mbunuh Draken!" Sangkal Kisaki.

Takemichi mencak-mencak, pengen nonjok Kisaki lagi. Tapi Baji siap tanggap menyiram lelaki itu menggunakan air bekas pel-pel an yang berada didekatnya. Ajaibnya Takemichi berhenti bergerak.

"Ide bagus!" Kazutora malah bertepuk tangan.

"Stress semua!" Kisaki mengelus dada, tapi setelah itu ia kaget dengan tatapan tajam Mikey yang tertuju padanya.

Lalu, Mikey menarik kerah seragam Kisaki hingga membuatnya berdiri.

"Lo bener bukan pelakunya?"

"Lo ikut nyurigai gue?"

Mereka saling bertatapan sebentar, Mikey mencari kebenaran disana.

"Mungkin ada yang sengaja buat gini buat ngadu domba." Pikir Mikey.

"Lalu, siapa pembunuhnya?"

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top