Pengalaman 4: AWAL KEGILAAN
"Hoaammm... Lapar andai saja ada makanan turun dari langit. Pasti enak," gumam Takemichi berangan-angan. Saat ini Takemichi masih dalam kondisinya di masa lalu.
Ia sedang bersantai di ruang tamu. Orang tuanya tengah pergi bekerja dan akan kembali dalam waktu 2 jam lagi.
Ia masih memikirkan soal tawaran yang diberikan 'temannya' itu. Penawaran untuk berkunjung ke gengnya dan soal pekerjaan. Jujur ia sebenarnya begitu penasaran dengan geng temannya itu.
Terlebih besok ia akan menghadapi perkelahian pertamanya yaitu melawan Moebius. Bukankah akan lebih baik jika pergi mematai-matai geng musuh dulu. Siapa tahu dia dari Moebius bukan?
Tapi- Takemichi sadar ia tidak boleh asal main pergi saja. Ia sudah memberitahu gengnya, Tokyo Manji ke temannya dan bisa saja temannya itu akan menjebaknya dan saat sampai di tempat ia akan langsung dihabisi.
Takemichi merinding sendiri. Membayangkan betapa kejamnya mereka jika memang itu kan terjadi.
Hanya saja Takemichi tergiur dengan pekerjaan yang diberikan temannya dimana bisa menghasilkan uang banyak itu. Apa sebaiknya ia ambil saja tawaran soal pekerjaan itu. Cuman ia kan tidak tahu apa pekerjaan itu atau sekedar lihat lihat saja dulu ya?
Takemichi merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menggusar rambutnya kasar. Kebiasaan Takemichi yang banyak sekali berpikir membuat kepalanya sakit dan lapar.
"Manji ya..." gumam tiba-tiba Takemichi. Ia agak merasa aneh dengan temannya itu. Masa setiap ia bertemu pakaian yang ia kenakan selalu saja sama. Apa ia kekurangan pakaian ya?
'Ah nanti aku minta Mitsuya buatkan pakaian untuknya saja ah!' batin Takemichi. Kenapa gak bikin saja Takemichi itung-itung sebagai balas budimu?
"Iya juga ya! Oh aku dapat ide! Aku akan minta Mitsuya buatkan untuknya saja," ujar Takemichi kegirangan.
Ting tong
Takemichi yang mendengar bel berbunyi langsung bangkit cepat-cepat dan segera berlari ke pintu depan mencari tahu siapa orang yang berani datang jam sembilan malam.
"Permisi Takemichi tadi ada orang yang meletakkan makanan depan pagarmu. Jadi aku panggilkan saja kamu." itu tetangga Takemichi.
Takemichi terdiam sebentar sebelum mengambil makanan itu, "Terima kasih." katanya kalimat yang selalu ia ucapkan kepada setiap orang setelah diberikan sesuatu.
Ia segera masuk ke dalam dan meletakkan makanan itu di atas meja makan. Siapa orang yang mengirimkan makanan ini? Terlebih ini ramen yang dari tadi ia idam-idamkan terus.
Ting
Satu notifikasi pesan membuat pikirannya teralihkan. Ia yakin ini pasti ibunya yang mau memberikan kejutan.
Takemichi membelak kaget. Ia langsung melempar hpnya mendadak. Dan melemparkan makanan ramen tadi dengan segera.
Nafasnya memburu. Tubuhnya tiba-tiba bergetar. Ia mulai berlari ke sofa nya dan memeluk erat tubuhnya.
Apa yang membuat Takemichi seperti itu. Ia seakan melihat hantu. Mari kita periksa dari hp itu.
Takemichi mengambil hpnya dan kembali memeriksanya.
Ia melihat sebuah pesan dari anonim bertuliskan,
From: your husband
To: Takemichi my honey~
Hai Takemichi! Sebelumnya kau mengeluh karena cara mengirim surat ku yang ketinggalan zaman, bukan? Sekarang aku sudah punya hp. Dan hp kita samaan. Xixixi.... Senangnya deh aku bisa punya nomor kamu, sayang~
Oh ya aku sudah belikan makanan untukmu sayang~ kamu pasti lapar. Selamat makan sayang, ingat tidur cepat ya. Agar aku bisa datang ke alam mimpi mu, xixixi...
Siapa suami Takemichi? Ia masih normal. Ia menyukai Hina dan mereka sekarang seorang kekasih. Dilihat dari si pengirim, suamimu. Maksudnya apa?
Takemichi menjambak rambutnya kasar sampai ada beberapa helai yang rontok. Hp mereka juga samaan. Dilihat dia mengirim fotonya. Dan lebih mengerikan ramen yang ia dapatkan pula dari sang anonim ini.
Ting tong
"Takemichi!" teriak seseorang dari luar. Ia segera beranjak keluar dan melihat kembali makanan yang tergantung. Ia mengambil dan sama- masih ramen pula.
Saat di dalam rumah, hp nya kembali bergetar tanda ada notifikasi pesan. Ia kembali membuka hp nya itu.
From: your husband
To: Takemichi my honey~
Kau jahat :(
Membuang makanan itu tidak baik loh...
Aku sudah memesannya lagi untukmu, makan ya.
Takemichi menggeleng kepalanya tidak percaya. Ia langsung melempar ramen itu. Ia tidak bodoh. Bisa saja ramen itu telah diracuni dan ini adalah akal-akalan dari sang penjahat yang ingin mencuri di rumahnya. Ia juga memblokir nomor orang tidak di kenal itu.
Aman. Takemichi mengambil kain pel untuk membersihkan tumpahan ramen yang tidak sengaja ia lempar tadi.
Ting
Ting
Ting
Ting
Ting
Suara notifikasi itu kini makin beruntut panjang. Ia mengambil hpnya kesal dan melihat nomor yang berbeda dengan nama anonim yang sama yaitu your husband.
From: your husband
To: Takemichi my honey~
Hahahaha kau pikir kau bisa lari dari aku.
Jangan kau kira aku adalah maling yang ingin mencuri di rumahmu.
Tidak! Aku ingin kau bukan harta kau.
Lagipula aku jauh lebih kaya daripada kau.
Aku sudah pesankan, kau makanan yang sama.
Dan harus kau makan!
Jika tidak, aku akan datang dan menggedor-gedor rumahmu. Sampai kau makan aku takkan pulang.
Xixixi xixixi xixixi
-jangan kau harap bisa tidur nyenyak, sayang.
Takemichi langsung melempar hp itu. Ia berjalan tergesa-gesa dan menahan isakannya. Ia berharap ibu dan ayahnya cepat pulang. Ia sangat takut. Ia melihat sebuah makanan tergantung di pagarnya, kemudian Takemichi mengambilnya dan membawanya masuk.
Dengan jantung yang terus berdetak kencang. Keringat dingin di pelipisnya. Badannya bergetar hebat. Ia mencoba menoleh dan melihat di ujung jalan dekat lampu penerangan ada seseorang bertubuh tinggi tersenyum mengerikan.
Air mata Takemichi tumpah mendadak. Ia langsung lari masuk ke rumah. Dan mengunci pintunya. Kemudian ia menutup semua jendela dan akses di rumahnya untuk menghalang orang itu masuk.
Ia- ah sudahlah aku saja tidak bisa menggambarkan ketakutan yang Takemichi rasakan. Ini pertama kalinya ia diuntit oleh seseorang. Ia bukan apa-apa. Tak ada yang bagus darinya. Mengapa orang itu ingin menguntitnya. Apa salahnya?
Tuhan tolong dengarkan Takemichi. Takemichi sangat takut. Sudahi semua ini. Takemichi ingin hidup tenang, Tuhan.
Takemichi merapal doa dalam hati sambil melihat ke atas. Ia sangat memohon kepada Tuhan sampai mengeratkan kedua tangannya.
Ia memakan ramen itu. Takemichi juga sempat menelepon orang tuanya, tapi sial! Laki-laki itu mengetahuinya dan akan membunuh orang tuanya jika mengadu.
Jadi Takemichi memakannya sampai habis dalam keadaan menangis. Ia juga mengumpulkan beberapa bukti dengan menyalin ulang hasil percakapannya ke data hp dan men-screenshot juga sebagai bukti melapor ke polisi.
Setelah makan, ia segera beranjak ke kamarnya dan mengunci pintunya. Ia membuka kembali tirai jendela memeriksa orang itu tapi tidak ada. Ia segera meletakkan hpnya dan mencoba tidur.
Ting
Semoga mimpi buruk
Itu kalimat yang ia baca sebelum akhirnya ia benar-benar tertidur. Badannya masih bergetar dan mulutnya sesekali mengguman tidak jelas. Ia menutup seluruh badannya dengan selimut dan tidur meringkuk.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!"
Suara keras itu menggelegar memenuhi jalanan yang sepi melompong itu. Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan besar tengah berjalan. Antingnya gemerincing mengikuti arah gerak sang laki-laki itu. Ia berjalan dengan penuh gembira. Tangannya ia gerakkan kesana-kemari.
Menuju satu rumah. Dan rumah itu rumah Takemichi.
Oh tidak! Dia ingin ke rumah Takemichi.
Astaga- apa yang akan ia lakukan! Takemichi saat ini tertidur.
Dengan gampang ia bisa membuka pagar itu dengan seutas kawat. Ia juga bisa dengan mudah masuk ke rumahnya dengan pintu rumah yang ia buka dengan kawat.
Aneh? Ya memang aneh. Hanya laki-laki gila itu saja yang tahu cara membukanya.
Takemichi bangunlah...
Takemichi bangun!
Ada seseorang akan datang!
Laki-laki itu berjalan dengan riang sambil bersiul. Ia menuju lantai atas. Ke kamar Takemichi.
Oh Tuhan! Seandainya aku bisa masuk ke sana. Aku ingin memberi tahu Takemichi, tapi aku tidak bisa.
Mari kita berdoa saja semoga Takemichi baik-baik saja.
Laki-laki itu masuk ke kamar Takemichi perlahan. Dengan sebuah- tunggu pisau berlumuran darah. Ia berjalan pelan masuk ke kamar Takemichi dan mencium keningnya.
Ia juga mengusap rambut Takemichi ke atas yang menutup wajahnya. Sekarang laki-laki itu bisa melihat sebuah mahakarya ciptaan Tuhan yang paling indah. Ia makin brutal mencium Takemichi di wajahnya.
"Selamat tidur Takemichi dan semoga mimpi buruk. Sampai kapanpun kau tidak akan mungkin lari dariku." ucap laki-laki itu sebagai kalimat ucapan tidur untuk Takemichi. Ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi dan terus menerus menatap Takemichi sampai ayah dan ibunya Takemichi datang.
"Hoaammm!" Takemichi menguap. Ia bangun dari tidur yang tidak mengenakkan itu. Ia bangun dan segera mandi untuk merilekskan tubuhnya itu.
Ting
Takemichi membuka hp nya dan melihat nama yang berbeda mengirim pesan padannya.
From: xxxxxxxxxxx
To: Takemicchi
Hai Takemicchi! Ini aku Mikey tolong simpan nomorku ya. Ingat hari ini nanti malam akan ada perkelahian antar Tokyo Manji dan Moebius tapi sebelum itu. Ingat semua rencananya ya.
P.S. jangan lupa ketemu di kuil Musashi siang nanti.
Takemichi menghela nafas lega. Ketika nama yang muncul nama Mikey. Ia segera menyimpan nomor Mikey dan melanjutkan mandinya.
Ting
From: your husband
To: Takemichi my honey~
Selamat pagi sayang~ semangat ya! Aku selalu mengawasi mu.
Takemichi menghirup nafas panjang. Ia kembali takut membaca isinya. Ia menenggelamkan wajahnya dan mulai berpikir yang tidak-tidak. Rasa takut terlukis di wajahnya.
Ia harus bertemu Mikey nanti. Untuk membantunya!
"Jadi begitu..." terang Takemichi setelah menjelaskan semua kejadian yang ia alami. Ia kini berada di markas Touman dengan Takemichi yang duduk di sampingnya mendengar Takemichi.
"Kurang ajar orang itu! Sialan!! Aku akan menghajarnya!" teriak Mikey keras dengan wajah memerah padam. Tangannya mengepal erat.
"Tenanglah Mikey..." Draken menenangkan Mikey yang kelepasan.
"Mana ada orang yang berani melakukan itu? Itu namanya gila tahu!" bentak Mikey ke arah Draken.
"Ssstt... Tenang orang itu pasti ada disini. Ia mengirim pesan padaku kalau ia selalu mengawasiku." bisik Takemichi sambil meletakkan telunjuknya di mulut.
"Oke..." balas Baji pelan.
"Kau sebaiknya tenang. Lebih baik jika orang tuamu belum kembali sebaiknya kau menginap di tempat salah satu dari kami. Untuk berjaga-jaga jika ayah dan ibumu sudah pulang kami akan mengantarkanmu, bagaimana?" usul Mitsuya.
"Boleh saja, tapi apa tidak merepotkan?" tanya Takemichi tidak enak.
"Tidak masalah ini demi teman. Kalau sampai nyawamu melayang bagaimana?" ujar Mitsuya menakuti.
Takemichi menggeleng cepat, "TIDAK MAU!"
Mitsuya tersenyum manis dan mengelus rambut Takemichi, "Baiklah kalau begitu nanti kau menginap di rumahku saja ya."
Takemichi terdiam sesaat lalu mengangguk cepat.
Takemichi tersenyum sumringah dan mengangkat keduanya tangan senang akhirnya ia bisa bebas dari orang itu.
Tapi... Apa kau tahu Takemichi? Mitsuya tersenyum agak mengerikan. Ia sepertinya merencanakan sesuatu.
Kira kira apa yang Mitsuya rencanakan?
Aku tidak tahu biar kalian para pembaca yang menerkanya...
Yosh akhirnya sudah update kawan-kawanku. Semoga cerita ini benar-benar tersampaikan dan rasa takutnya tersampaikan. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Terima kasih semuanya...
Jangan lupa ya vote, dan komen karena itu akan membuatku makin semangat~
*note: akan lebih terasa menakutkan jika kamu juga mendengarkan musiknya dengan nada full.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top