Pengalaman 3 : KEANEHAN
Hmm... Hai? Ah sudah lama aku tidak berbicara dengan kalian. Tuanku selalu melakban ku jadi aku sulit bernafas dan tidak bisa berbicara sedangkan author yang menulis cerita ini sedang sibuk.
Sudah banyak sekali pengalaman yang kulewati tanpa kalian. Ku lalui semuanya sendirian. Saat ini orang yang tengah mengurungku sedang pergi keluar. Katanya sih ada rapat.
Jadi hari ini aku begitu bebas. Ya bebas dari hukuman maksudnya.
Ughh aku ingin muntah mencium tubuhku yang penuh dengan aroma rokoknya. Sepertinya orang ini suka merokok. Tunggu— merokok? Itu dia aku berhasil menyelesaikan satu teka teki ini.
Merokok ya? Siapa ya yang suka merokok? Hmmm... Ah! Aku gak tau siapa. Kenapa sih aku bisa gampang lupa. Tunggu lupa? Sebentar barusan apa sih yang ku bicarakan? Terus sebenarnya apa yang ku inginkan ya. Namaku siapa?
Oh tidak! Bagaimana ini mengapa aku bisa gampang lupa. Apa yang terjadi dan harus kulakukan? Aku buka tipe yang mudah melupakan hal hal kecil.
Teman-teman sepertinya ada yang aneh dariku. Sebentar lagi aku akan memulai flashback ku dari awal tolong bantu aku ya teman-teman!
Hanagaki Takemichi tengah berjalan menuju Touman. Ia baru pulang dari masa depannya. Dari masa depan, itu ia mendapat informasi kalau Draken akan mati. Jadi ia harus bisa menyelamatkannya.
Sebenarnya ada hal aneh dari masa depannya Takemichi. Di masa depan Takemichi jadi buronan. Bukan polisi tapi banyak orang yang terus menerus mencarinya. Ia tidak tahu apa yang ia perbuat. Di masa depan hidupnya penuh ketakutan. Ia mesti tinggal di perkampungan kotor dan harus tidur di tempat sempit.
Satu kata yang ia ingat selamatkan Draken dan jangan terlalu dekat dengan teman-temannya.
Sudah beberapa minggu pula Takemichi terus menerus mengumpulkan data-data tentang Draken.
"Takemicchi yo~" panggil Mikey sembari merangkul tangannya di leher Takemichi, "Apa kabar?"
"Baik Mikey-kun," balas Takemichi sambil tersenyum.
Tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri. Ia merasa ada seseorang yang mengelus punggungnya yang membuat Takemichi geli.
Ia menoleh ke belakang namun hanya pepohonan rindang saja yang ia lihat. Mungkin perasaannya saja itulah yang Takemichi pikirkan. Kau tahu jika kau merasa kau punya firasat, lebih baik percayakan itu saja dibandingkan mengelaknya karena bisa jadi itu memang nyata.
"Takemicchi? Kenapa?" tanya Mikey khawatir. Ia mendekatkan wajahnya ke Takemicchi.
"Tidak—" eh? Kenapa dengan Mitsuya, ia melihatku seperti itu. Apa ada yang salah dengan pakaianku. Ia terus menerus menoleh dari atas ke bawah.
Tunggu? Chifuyu kenapa menatapku tajam seperti itu.
"Mikey sudah berhenti. Kau membuat Takemicchi takut," perintah Draken menarik pundak Mikey.
"Tidak mau." tolak Mikey kesal ia menampik tangannya Draken.
"Sudah sudah tidak apa-apa Draken," balasku.
•••
"Eh? Surat lagi? Ya ampun zaman sekarang mah sudah gak zaman lagi yang namanya surat." celetukku.
Aku mengambil surat itu dan membacanya,
Hihi... Hari aku senang sekali aku bisa melihatmu, Takemichi. Tapi aku kesal dengan temanmu berambut kuning yang seenak jidat merangkulmu dan temanmu yang berambut ungu menyentuhmu.
Tunggu. Berambut pirang dan ungu. Siapa ya? Yang merangkulku banyak sekali. Sepertinya mereka suka sekali merangkul sampai membuatku nyaris kehabisan nafas karena mereka seperti ingin mencekik ku.
Mikey? Draken? Chifuyu? Ya, diantara mereka. Orang ini hanya berkata soal rambutnya yang pirang.
Kalau rambut ungu? Setahuku Mitsuya saja yang punya rambut seperti itu. Tapi mana mungkin kan seorang Mitsuya mengelus punggungku. Aku lihat dia orang yang paling dewasa dan bijaksana. Mana mungkin kelakuannya seperti itu.
Ya, dia berbohong. Orang ini pasti bohong. Dia sengaja berkata seperti itu karena ingin menghancurkan pertemanannya kami. Aku tidak akan terperdaya.
Aku meletakkan surat itu di sebuah kotak besar ya khusus surat-surat yang orang itu tulis. Pernah kutulis totalnya 59 dan sekarang mau ke 60? Happy birthday surat kamu sudah naik umur. Hahahaha...
"Takemichi, Takemichi begitu naifnya kamu." ucap seseorang di ujung sana dengan sebuah earphone terpasang di telinganya. Ia bisa mendengar jelas suara Takemichi yang sedang berbicara sendiri itu. Ia menyeringai lalu beranjak dari sana.
•••
"Dua hari lagi akan ada pertarungan antara Moebius dan Touman," Takemitchi tampak berbicara sendiri. Ia saat ini sedang sibuk memilih belanjaan untuk di rumah. Ibunya menitipkan itu padanya.
"Kecap asin... Kecap asin- aishh kenapa tinggi sekali sih!" Takemichi mendecak kesal sambil melompat kecil berusaha meraih kecap asin itu.
Grep
Tiba-tiba kecap asin itu kini berpindah tangan. Seorang laki-laki jangkung bertudung hitam memegang kecap asin itu. Tangannya beralih kepada pipi Takemichi.
"Apa ini?" tanya Takemichi. Laki-laki itu hanya diam menyodorkan kecap asin itu di depan wajah Takemichi.
"Eh ma-makasih ya," ucap Takemichi sembari menunjukkan senyum tipisnya.
"Sama-sama," balasnya. Laki-laki itu hanya menatap Takemichi saja tanpa bergeming.
Takemitchi mengernyitkan alisnya. Ia merasa gugup dan kurang nyaman melihat dirinya ditatap seperti itu. Masalahnya tatapan yang diberikan itu tatapan datar tapi jika dilihat lagi tatapan itu seakan menggambarkan seekor singa yang menatap mangsanya di bawah.
"A-aku pergi dulu ya," takemitchi berusaha meninggalkan tempat itu. Ia berjalan tergesa-gesa tapi tangannya ditahan oleh laki-laki itu.
"Mana sini belanjaanmu," pinta laki-laki berusaha itu menarik semua belanjaan Takemichi.
"Eh- untuk apa?" tanya Takemichi seraya menahan belanjaannya yang ingin dibawa.
Laki-laki itu keras kepala. Ia menarik belanjaan Takemitchi kasar dan membawanya ke kasir lalu membayarkan semua belanjaan Takemichi.
"Hei— astaga tidak perlu repot-repot. Lagipula aku tidak kenal kau. Biar nanti aku-"
"Kau tidak kenal aku? Hidoi yo..." Laki-laki itu menundukkan kepalanya, " Aku laki-laki yang waktu itu kau tolong di lorong."
"Eh? Oh kamu- aku kenal! Maaf ya aku lupa. Tidak perlu kau serepot ini kawan," ujar Takemichi menatap uang yang dikeluarkan laki-laki itu.
'Banyak sekali.' batin Takemichi antara iri ataupun takjub.
Laki-laki itu hanya tertawa kecil menatap tingkah Takemichi. Ia langsung membayar belanjaannya dan belanjaan Takemitchi.
"Terima kasih ya err... Siapa namamu?" tanya Takemichi.
"Panggil aku Manji." Takemichi menggeleng kepalanya ke kiri. Ia merasa akan familiar namanya sang laki-laki itu.
"Kamu masuk geng ya?" tanya Takemichi berusaha memastikan.
"Iya~" balas laki-laki itu sambil tersenyum manis.
"Gengnya Tokyo Manji ya?" tanya kembali Takemichi.
"Sayangnya enggak~" balas laki-laki itu sambil memasang mimik wajah sedih.
"Ya kukira geng Tokyo Manji. Kalau iya kamu bisa ketemu aku. Terus nama geng kamu apa?" tanya Takemichi.
"Geng apa ya... Hmm kasih tau gak ya?" goda laki-laki itu sambil mengetuk tangan ke pipinya.
"Kasih tau!" sahut Takemichi semangat 45.
"Hahahaha kenapa gak datang aja ke tempat aku..." usul Lak laki-laki itu sambil tersenyum manis.
"Tempat geng mu? Eh? Kau yakin? Itu kan tempat rahasiamu kalau ketahuan aku gimana? Emangnya teman-temanmu tidak marah?" berondong Takemichi dengan berbagai pertanyaan.
"Tenang saja Takemichi-chan," balas laki-laki itu.
"Takemitchi-chan?" ulang Takemichi.
"Iya imut kan. Itu nama khusus aku ke kamu sebagai teman." kata laki-laki itu sambil mengangkat kedua tangan Takemichi.
"Woahhh berarti namamu, Manji-chan.... Keren!" pekik Takemichi senang.
"Lagipula juga aku sekalian ajarkan kamu bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak ini, mau?" tambah lagi laki-laki itu menunjukkan dompetnya yang penuh dengan uang.
"Mau sih... Tapi aku pikir dulu ya, hatiku masih ragu," jawab Takemichi ragu-ragu.
"Tidak apa Takemichi-chan. Aku selalu disini. Jika ada jawaban beritahuku ya," kata laki-laki itu penuh senyum.
"Woah sama lagi tempat ini juga langganan ku pula," balas Takemichi sambil mengepalkan tangannya, senang.
"Berarti kita- sama!" ujar laki-laki itu senang.
"Iya- eh aku pulang dulu ya, takut dicari ibu. Terima kasih."
"Sama-sama..." laki-laki itu melambaikan tangannya menatap Takemichi yang berlari dan kian perlahan mulai menghilang dari pandangannya.
Sesaat senyum ceria itu mulai berubah.
"Ahh padahal selangkah lagi aku bisa membawanya. Tunggu saja Takemichi apapun yang terjadi akan kupastikan kau akan kudapatkan. Lagipula aku sudah mendapat informasi lagi tentangnya." Ia tertawa cekikikan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Ahh lembut sekali tangan Takemichi. Wangi Takemichi seakan memasuki tubuhku membuatku ingin melayang~" laki-laki itu menggeliat sambil mencium bau tangannya.
Hihihi hihihi hihihi hihihi hihihi hihihi
Umm... Hai! Err maaf banget ya aku sudah lama sekali update. Aku gak tahu ada nunggu cerita ini atau gak. Aku akhir-akhir kemarin sangat sibuk di dunia rl, biasa kalo ga tugas yang lain.
Sebelumnya aku pen hapus cerita ini karena aku gak konsisten.. tapi aku tuh ga yakin. Ku punya prinsip kayak gini, "Aku bakal nyelesain apapun cerita ini walaupun kadang ada aja tantangannya."
Menurut kalian lanjut atau gak? Besok aku usahin up lagi soalnya sekarang dah malam. Terima kasih semuanya yang masih setia. Sampai jumpa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top