Pengalaman 1: SURAT
Hai! Perkenalkan namaku Hanagaki Takemichi kau bisa menyebutku Takemichi. Hanya remaja pada umumnya hidupku pun monoton tak ada yang spesial dari ku ini. Ya begitulah...
Tapi meskipun begitu gini-gini aku ini adalah seorang preman berandalan dan masuk geng yang menyeramkan loh.
Kau tahu Tokyo Manji atau Touman? Itu geng yang kumasuki. Awalnya semua berjalan lancar hanya saja semenjak kejadian Draken ditusuk dan aku berhasil menolongnya. Aku jadi terkenal.
Sungguh sebenarnya aku benar-benar tidak menolongnya hanya saja ketepatan waktu dan berkat bantuan teman-temanku yang menolong ku, ya hanya saja...
Aku jadi sedikit ngeri dengan orang-orang di sekitarku ini. Bahkan teman-temanku yang di Touman.
Hmm bagaimana ya ku jelaskan? Kau tahu mereka sungguh-sungguh mengerikan. Tatapan mereka seakan aku ini adalah mangsanya, sentuhan-sentuhan mereka lalu perkataan mereka yang membuat buluk kudukku merinding.
Awalnya aku hanya menganggap semua hanyalah sebagai candaan atau ketidaksengajaan. Tapi semuanya berubah ketika mereka mulai berkata-kata,
"Aku ingin memilikimu,"
"Aku ingin menguncimu di dalam ruangan agar orang tak bisa melihatmu,"
"Jangan berpaling dariku,"
"Sial! Kau begitu indah sayang,"
Aku mulai merasa ada yang aneh. Aku ingin keluar tapi— sayang aku terlambat. Aku telah masuk dalam kurungannya.
Kau bingung? Hahaha tenang kan ku jelaskan. Aku bosan juga di dalam kamar ini jadi maukah kau jadi teman bicaraku?
Baiklah aku akan bercerita. Cerita ini dimulai dari
.
.
.
Seorang anak laki-laki tengah tertidur pulas di atas kasur empuknya itu. Wajahnya ketika tidur begitu tenang. Badannya sesekali bergeliat kesana-kemari mencari titik nyaman untuk tidurnya itu.
Terlihat pula seorang perempuan paruh baya memasuki kamar laki-laki itu berjalan melewati anak itu dan membuka gorden dengan kasar menampakkan matahari tengah tersenyum ke arahnya. Sinarnya yang begitu terang benderang mengajak seseorang untuk bangkit dari tidurnya dan sekarang saatnya beraktifitas!
Laki-laki yang tengah tertidur itu pun langsung kaget dan menyibakkan selimutnya. Ia bangun terburu-buru dan melihat ke arah pelaku yang telah menganggu tidurnya.
"Ibu?" panggilnya pelan dengan suaranya serak sebab ia baru bangun tidur
"Ya? Ada apa?" jawab sang ibu tanpa merasa bersalah.
"Kenapa ibu disini? Ini masih malam, Bu." ucap sang anak.
Sang ibu hanya tersenyum manis lalu menyuruh anaknya untuk melihat ke jendela.
Taraa~ Sinar matahari menyambutnya gembira. Wajahnya yang tadi terpejam kini langsung melotot dan mengusap matanya kasar. Sinarnya terlalu terang!
"IBU!" rengeknya
Sang ibu hanya tertawa lalu mengajak sang anak tuk segera mandi untuk segera ke sekolah. Ia langsung bergegas mandi secepat kilat. Kini ia telah selesai mandi dan bersiap-siap. Rambutnya yang berwarna kuning itu ia beri gel untuk bisa berdiri. Lihat! Dirinya terlihat seperti berandalan, bukan?
Ia segera turun ke bawah dan melihat ibunya tengah menyiapkan makan. Ia dengan ibunya segera sarapan bersama.
"Ibu, ayah belum kembali lagi?" tanya anak itu dengan raut muka sedih
"Iya. Kan ayah sudah bilang kemarin ia akan pulang sabtu," jawab sang ibu sambil mengusap rambut anak semata wayangnya.
"Baiklah bu. Aku pergi ya, Bu!" seru anak itu dan segera berjalan ke arah pintu tuk memakai sepatunya.
Baru membuka pintu langkahnya sudah terhentikan. Karena ada sebuah surat tergeletak di depan pintunya.
Takemichi yang melihat itu lantas menghentikan langkahnya untuk keluar dan segera mengambil surat itu.
Ia mengerutkan dahinya sambil menggeleng kepalanya ke kiri. Bibirnya ia moncong kan dengan raut muka herannya.
Jika biasanya surat berwarna putih. Beda dengan surat ini. Suratnya berwarna kuning polos. Takemichi yang pada dasarnya adalah seorang yang sangat penasaran langsung membuka begitu saja dan mengambil kertas yang ada di dalamnya.
Terima kasih sudah menyelamatkanku kemarin. Aku berhutang budi padamu, HANAGAKI TAKEMICHI.
Takemichi hanya mengerjap pelan ketika melihat tulisan yang ia baca barusan. Pikirannya menerawang mencari tahu siapa orang yang menulisnya.
"Ah! Aku tahu! Hihi... ini pasti pengagum rahasia tapi kan di tulisan ini katanya aku sudah menyelamatkannya jangan-jangan dia orang yang aku tolong kemarin? Tapi siapa ya?" Takemichi bergumam sendiri tangan kirinya ia lipat sedangkan tangan kanannya ia ketukkan ke pipinya. Kepalanya ia dongakkan dengan mata berputar.
"Kemarin aku sudah menyelamatkan nenek yang mau menyebrang, anak kucing yang kecebur di sungai gara-gara itu aku masuk kelas basah kuyup terus aku menyelematkan akkun yang uangnya ketinggalan dengan memberikan uangku terus aku menolong anak kecil yang ditahan preman dan terakhir aku menolong laki-laki yang ada di gang sempit itu," Takemichi tampak sedang menghitung orang-orang yang ia tolong.
"Hanya saja mereka semua kan orang yang tak kukenal selain Akkun. Lagipula untuk apa Akkun buat surat seperti ini ya?" pikir Takemichi.
"Ah sudahlah aku pusing memikirkan hal yang tidak berguna ini. Sebaiknya surat ini aku simpan dulu ah," ia langsung memasukkan surat tersebut ke dalam tasnya dan segera berangkat ke sekolah.
Tapi tanpa ia sadari sedari tadi ada sosok jangkung yang tengah menatapnya dengan senyum lebarnya.
"Hihihi akhirnya aku tahu rumahmu Takemichi," ia tertawa cekikikan dan berlalu dari sana.
"Akkun hmmph... Aku malas deh dengan kau, kalau bercanda tuh tidak usah pakai kirim surat-surat segala tahu!" Takemichi tampak berkacak pinggang dengan pipi yang ia kembungkan.
"Hah?" ya, hanya satu kata itu yang mewakili Akkun sekarang, bingung.
"Ini apa?!" Takemichi menyodorkan surat yang ia bawa ke Akkun.
"Bukan aku ini mah. Kau lihat saja tulisannya dan tulisanku, beda bukan?" belanya.
Akkun menyodorkan bukunya dan tulisan itu untuk ia bandingkan. Takemichi memicingkan matanya menatap serius tulisan itu.
"Iya ya..." jawabnya pelan. Akkun hanya memutar bola matanya kesal.
"Kalau dilihat lagi ini mah tulisan komputer," ucap Akkun.
"Darimana kau menemukannya?" tanya Akkun. Lalu Takemichi menjelaskan kegiatan yang tadi dan saat ia menemukan surat tadi.
"Woah bisa jadi kau diuntit oleh seseorang atau semacam stalker gitu!" celetuk Yamagishi.
Akkun dan Takemichi terperonjak kaget. Akkun yang berada di samping Yamagishi langsung memukul laki-laki itu dengan keras hingga berbunyi bukk.
"Begitu ya... Tapi siapa? Mana ada yang mau sama aku. Haha..." Takemichi menggaruk pipinya.
"Aku!" Akkun mengangkat tangannya.
"Tapi aku tak mau sama kau!" celetuk Takemichi dan pergi dari sana.
"Aku ingin melawan kau Kiyomasa!" tantang Takemichi. Takemichi sudah tidak kuat melihat temannya Takuya harus tambah terluka. Ia juga muak dengan peraturan yang mereka buat dengan semena-mena.
Takemichi ingin melawannya semuanya yang tidak sesuai dengan keadilan dan kebenaran. Meski ia preman ia tetaplah Takemichi yang memiliki hati yang paling peduli akan orang lain dan penyayang.
*Bugh Brakk Bughh
Tangan baja itu terus menerus ia hantamkan ke laki-laki dibawahnya. Tak peduli laki-laki itu sadar atau sudah mati. Ia cukup menikmatinya.
Perkelahian yang tak adil itu akhirnya terhenti ketika dua orang tiba-tiba datang. Takemichi hanya menatap bingung sekaligus dibuat ngeri ketika melihat laki-laki itu menendang Kiyomasa dengan keras hingga laki-laki itu pingsan.
Takemichi tersentak ketika melihat sebuah tangan terulur pelan menarik kepalanya menatap laki-laki yang diatasnya.
"Namamu siapa?" tanyanya sambil tersenyum
"H-hanagaki Takemichi," balas Takemichi gugup karena takut.
"Mulai sekarang jadilah babuku Takemicchi!" jawab laki-laki itu seenak jidat.
'Heee?' batin Takemichi
"Dia namanya Hanagaki Takemichi," Mikey orang yang seenak jidatnya mengklaim Takemichi sebagai babunya itu tengah memperkenalkan Takemichi kepada teman-temannya.
Semua orang tersenyum sambil mengulurkan tangannya ikut memperkenalkan dirinya sendiri ke Takemichi.
"Aku Mitsuya Takahashi kapten divisi kedua, kalau kamu?" Mitsuya memperkenalkan dirinya.
"Hanagaki Takemichi babu," balasnya
"Babu?" tanya mitsuya memastikan kembali perkataan anak itu.
"Iya aku babu," balasnya kembali sambil menunjuk dirinya dan mengerjap polos.
Semua orang yang melihat itu hanya diam dalam hati berujar, 'Ya Tuhan anak ini kenapa polos sekali.'
"Hahaha," tawa Mikey melengos dari mulutnya. Ia tertawa cekikikan melihat tingkah Takemichi.
"Hei Mikey mengapa kau bawa anak seperti ini. Sebaiknya di rumah saja tidak usah ikut-ikutan hal seperti ini. Berbahaya tahu," cerocos Draken
"Terserah aku dong," celetuk Mikey
Draken hanya menghela nafas panjang sambil menggeleng kepalanya, "Kalau kau diapa-apain sama Mikey atau yang lain bilang aku ya?"
Takemichi hanya mengangguk mantap sambil tersenyum.
Selepas itu mereka saling berbincang-bincang berbagai hal. Takemichi cepat sekali berbaur dengan teman-teman Mikey justru berkata Takemichi seluruh anak Touman tertawa bersama entah karena kata-katanya yang langsung keluar begitu saja dari mulutnya atau tingkah lakunya.
"Eh udahan yuk. Dah sore nih, pulang yuk!" cetus Mitsuya.
"Baik—" ucapan Smiley terpotong ketika mendengar kalimat dari teman diseberang nya.
"Yah pulang. Tapi aku masih mau ngobrol," sela Takemichi sambil memberenggut.
"Besoklah kan kita ketemuan lagi," hibur Mikey sambil mengelus punggung Takemichi.
"Baiklah!" Takemichi mengangguk mantap dan ikut bangkit.
"Biar kuantar Takemicchi," ajak Mikey.
"Okelah kalau begitu," jawab Takemichi dan berpamitan dengan seluruh anak Touman.
Perjalanan segera berlangsung. Selama di jalan Takemichi dan Mikey saling melempar canda dan tawa.
'Tunggu itu kok mirip dengan orang yang kutemui ya?' batin Takemichi ketika melihat sesosok laki-laki jangkung memakai jaket hitam dengan kacamata dan masker hitam.
Takemichi menyipitkan matanya guna memperjelas sosok tersebut.
'Iya itu dia!' batin Takemichi senang. Ia berteriak memanggil nama laki-laki itu dengan berteriak,
"HOI LAKI-LAKI DI GANG! APA KABAR?"
Mikey yang melihat Takemichi berteriak langsung menoleh dengan wajah bertanya-tanya 'Laki-laki di gang? Siapa dia?'.
Laki-laki yang dimaksud Takemichi hanya menoleh sebentar lalu berjalan dengan cepat.
"Yahh bukan..." Takemichi menundukkan kepalanya dengan bibirnya ia majukan.
Mikey hanya tertawa kecil, "Lagian kau ini asal sapa orang saja."
Takemichi hanya menatap Mikey kesal. Ia bersidekap dada.
"Emangnya siapa laki-laki di gang yang kau maksud itu?" tanya Mikey masih menatap jalan tanpa menoleh ke Takemichi.
Takemichi lalu menceritakan semua tentang kejadian yang ia alami kemarin. Ketika bertemu laki-laki itu. Mikey mengangguk sebagai balasan bahwa ia mengerti maksudnya.
"... seperti itu," akhirnya.
"Ohh aku tidak mengenal ada preman seperti itu. Dia mengenakan pakaian yang sama seperti orang tadi pakai?" tanya Mikey.
"Iya mangkanya aku panggil dia," balas Takemichi.
"Jujur Takemicchi laki-laki yang kau maksud itu tidak ada. Bisa saja dia hanya orang biasa yang terluka dan bukan preman," jawab cepat Mikey.
Takemichi hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Ia belum puas dengan jawaban yang Mikey berikan. Ia rasa laki-laki itu sama dengan laki-laki yang ia temui kemarin.
Ia menoleh ke belakang dan—
Kemana laki-laki itu? Jalanan sepi saat itu. Di sana tidak ada gang kecil. Kami ada di jembatan.
Kepergian laki-laki itu seperti Sonic yang berlari sangat cepat.
Takemichi menoleh ke kanan-kiri memastikan kembali tapi kenyataannya bahwa laki-laki itu tidak ada.
Reflek Takemichi memegang kedua ujung kain yang Mikey kenakan dengan kencang. Takemichi takut pokoknya sangat takut.
'Jangan-jangan laki-laki yang aku lihat tadi hantu lagi.' bulu kuduknya berdiri.
Ditambah suasana sore yang sepi dan angin sepoi-sepoi menambah kesan mencekam.
Ia tidak boleh takut! Dia punya Mikey. Mikey pasti bisa membantunya.
"Ya, kan?" Loh kok laki-lakinya sudah ada didepan dia.
Laki-laki itu berhenti didepan Takemichi dengan tatapan nyalang wajahnya bagai seekor harimau yang sedang marah dengan tangan mengepal erat sangking eratnya urat nadinya terlihat menonjol.
"Siapa dia?" pertanyaan itu terus menerus mengudara. Pikirannya kusut seperti benang diterjang ayam. Hatinya dibuat gundah gulana.
"Takemichi kita sudah sampai," lamunannya buyar ketika mendengar perkataan Mikey.
"Eh? EHHHH?!" Takemichi segera menoleh ke sekelilingnya. Bagaimana bisa dia sampai secepat kilat.
"Kau serius Mikey kita sampai?" ulang Takemichi.
"Iya sudah," balas cepat Mikey. Anak dibelakangnya ini seperti orang yang habis kesurupan saja, linglung.
"Kau kenapa Takemichi?" tanya Mikey khawatir.
Takemichi segera turun dan berlari masuk ke pagar.
"Tidak apa-apa Mikey!" teriaknya dan segera berlari masuk ke rumah.
Baru setengah jalan ia melihat surat kembali serasa dejavu saja.
"Surat lagi.." Takemichi segera mengambil surat itu dan membukanya. Kini surat itu berwarna kuning pekat. Ia mengeluarkan kertas didalamnya dan begini tulisannya,
Siapa laki-laki itu? Baru saja aku bahagia kini kau hancurkan kebahagiaanku, Takemichi.
Takemichi tertegun. Jantungnya berdegup kencang. Nafasnya serasa sesak. Keringat dingin bercucuran. Ia melihat keadaan sekitar. Tapi tidak ada siapa-siapa. Takemichi bagai jampuk kesiangan, dalam keadaan kebingungan karena kehabisan akal.
Sungguh Tuhan apa yang harus aku lakukan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top