CHAPTER 2 : Deandrez Kingdom (2)
Oh, akhirnya Ellea mengingat semuanya dengan jelas. Kisah tentang seorang putri mahkota dalam naskah film berjudul King's Love. Putri malang yang mempunyai nama sama persis dengannya, Estelle Theodore. Sebuah naskah klise yang ditolak Ellea karena beralur sangat buruk, hingga membuat Putri Mahkota yang malang mati mengenaskan karena orang ketiga!
"Kau tidak akan bisa seperti Catherine." - King's Love, Eps 7.
Dahulu kala hidup seorang gadis bangsawan yang terpilih sebagai Putri Mahkota. Menjalani kehidupan sebagai calon ratu tidaklah mudah bagi Estelle Theodore, tokoh pembantu utama, terlebih memiliki suami super dingin yang tidak mencintainya. Apalagi setelah Harziusse Arez Deandrez, tokoh utama pria, yang merupakan Putra Mahkota Kerajaan Deandrez jatuh hati pada wanita lain. Tokoh utama wanita, Catherine Sillian, masuk ke dalam kehidupan rumah tangga Estelle dan Harziusse sebagai Selir yang sangat dicintai.
"Kalau ada perempuan yang pantas menempati posisi sebagai putri mahkota, maka Catherine adalah orangnya. Bukan kau, Ell." - King's Love, Eps 9.
Sosok Estelle dalam naskah adalah perempuan yang kaku, taat pada peraturan istana dan penuh tata krama. Sosok sempurna yang diprediksi akan menempati tahta Ratu dengan apik. Sedangkan Catherine memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan sang Putri Mahkota. Sebagai gadis bangsawan, selain sangat cantik, ia dikenal ceria dan memiliki hati bak malaikat. Pembawaannya santai dan menyenangkan, tidak seperti calon ratu yang selalu serius.
"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai istriku." - King's Love, Eps 13.
Harziusse adalah sosok Putra Mahkota yang dingin, tegas, sekaligus acuh tak acuh pada hal-hal yang tidak menarik perhatiannya. Estelle yang terkesan memiliki karakter mirip dengannya membuat sang Pangeran bosan. Jenuh dengan kehidupan kaku dan serius, juga penuh sandiwara. Kemudian Catherine datang, memberi warna pada kehidupan Putra Mahkota, sekaligus menumbuhkan perasaan merah muda. Estelle yang kesepian mendamba cinta Harziusse, akan tetapi perasaan itu sudah mutlak menjadi milik Catherine.
"Aku benar-benar benci adegan menjijikan seperti ini, Estelle. Hentikan, atau aku akan membunuhmu dengan tanganku." - King's Love, Eps 16.
Hening. Saliva wanita itu tersangkut di kerongkongan.
Ellea mematung di tempatnya, syaraf-syaraf di kepalanya terasa lebih lambat dari biasanya. Bagaimana bisa dia baru menyadari hal itu? Bahwa sekarang Ellea sudah berubah menjadi Estelle Theodore sang Putri Mahkota, bukan lagi si aktris cantik yang terkenal lewat aktingnya yang luar biasa. Sejauh ini otaknya hanya sanggup memikirkan satu kemungkinan yang sangat sialan ini.
Naskah sialan! Kenapa aku bisa ada di--arrgghh ....!
Wanita muda itu kemudian mencubit gemas pipinya sendiri, "Siapa saja, tolong bilang padaku kalau ini cuma mimpi!"
Pria itu menarik napas jengah, kemudian mengalihkan atensinya. Memilih untuk mengabaikan perempuan aneh yang entah bagaimana bisa menjadi istrinya itu. Kali ini dia membiarkan Ellea berpikir. Biar bagaimanapun kalimat balasan gadis itu sudah cukup untuk menyindirnya. Dan sebagai seorang gentleman, lelaki itu tak mau dibilang tidak berperasaan. Walaupun seisi istana sudah menganggapnya begitu.
Nama Putra Mahkota sialan itu Harziusse, 'kan? Apa mungkin ....
"Harry ... lliam," Ellea membuka suara, memanggil sang Putra Mahkota langsung dengan namanya. Bukankah praduga ini perlu dibuktikan?
Tiga, dua, satu. Ellea menghitung dalam hati, dan sepersekian detik kemudian Pria itu menoleh. Gadis itu terbelalak, kemudian mencoba mengendalikan keterkejutannya dan mengerjapkan mata beberapa kali. Perasaan Ellea benar-benar tak karuan sekarang. Ada segelintir rasa takut, cemas, sekaligus paranoid begitu mengetahui bahwa hipotesisnya benar.
"Apa?"
Mati saja, kau Pangeran brengsek! Mati lah sebelum membunuhku dengan tangan itu, dasar psikopat gila!
Meskipun terlihat mewah dan berkuasa, posisi putri mahkota dalam naskah King's Love sama sekali tidak seperti kelihatannya. Naskah itu menceritakan betapa nelangsanya si putri mahkota karena suaminya jatuh hati pada wanita lain. Ada orang ketiga dalam hubungan mereka. Dan nasib putri mahkota yang bernama Estelle Theodore itu akan berakhir tragis, karena dijatuhi hukuman mati oleh suaminya sendiri!
"Sudah selesai berpikirnya, Tuan Putri?" Harry berdecak tak sabar, "Kalau sudah, cepat ganti pakaianmu karena kita harus menghadap Raja."
"Huh, apa?"
Sumpah, Ellea belum bisa menerima kenyataan tak masuk akal ini.
"Kau pingsan tadi pagi dan belum sempat memberi salam pada Ayahanda, Estelle-Theodore-Deandrez." Harry berucap cepat sambil menekankan nama baru Ellea, "Itupun kalau kau sudah ingat bahwa sekarang posisimu adalah Putri Mahkota."
What the--kau akan membunuhku, untuk apa aku memberi salam pada Ayahandamu itu, huh?!
Harry berbalik dan melangkah keluar dari kamar, "Ganti pakaianmu dan temui aku di depan Aula Orion."
Selepas kepergian Harry, Ellea merengut. Gadis bersurai karamel itu sama sekali tidak menyangka kalau Harziusse Areez Deandrez yang agung itu akan sangat menyebalkan. Pasalnya di dalam cerita Harry dideskripsikan sebagai sosok pria yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia sangat perhatian, terutama pada selingkuhan bangsawannya yang sialan itu. Siapa tadi namanya? Oh iya, Catherine Sillian. Perempuan sok polos yang merebut suami orang.
Tuhan, aku ingin pulang ke New York sekarang!
Estelle Theodore adalah aktris muda berbakat yang baru saja memenangkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Namun, semua kerja kerasnya seolah sia-sia, terlebih saat Ellea menyadari bahwa ia baru saja terdampar ke naskah film yang baru ia tolak. Kenyataan seperti ini, bukankah siapapun akan menolak? Lagi pula, orang gila macam apa yang akan percaya begitu saja?
Putri Mahkotanya akan mati, dan sekarang aku lah sang Putri. Hei otak, ayo pikirkan sesuatu. Iya, aku paham betul kalau sudah lama tak mengajakmu berpikir. Tapi kali ini, tolong pikirkan sesuatu, wahai otak tercinta!
Ellea memulas gincu dan perona pipi sambil menatap cermin. Niat hati tak ingin menemui si Pangeran sialan, tapi tampan, yang dengan semena-mena menyuruhnya berdandan. Salahkan saja deretan alat make up yang berjajar rapi di meja rias, dan satu lemari penuh gaun-gaun cantik khas putri raja itu. Mata Estelle si penggila vintage fashion jadi langsung berbinar-binar. Mungkin yang membuat cinderella jatuh cinta bukan pangeran tampan atau sepatu kaca, melainkan gaun dan tiara cantik yang bisa ia pakai sampai pukul dua belas malam.
Ah, persetan dengan Pangeran brengsek itu. Kunikmati saja dulu peran ini, kapan lagi bisa dihormati bak Putri Diana serta setara dengan Kate Middleton dan Meghan Markle?
Setelah berkutat dengan lemari dan meja rias baru akhirnya Ellea keluar, menuju Aula Orion yang dibicarakan Harry tadi. Akan tetapi timbul satu masalah, ia sama sekali tidak tahu arah mana yang harus dituju setelah keluar dari kamarnya. Gadis itu berhenti didepan pintu, kemudian celingukan mencari seseorang yang bisa dimintai tolong.
"Anda membutuhkan sesuatu, Tuan Putri?"
Sosok Margareth tahu-tahu berdiri di belakang Ellea, jadi begitu ia berbalik wanita setengah baya itu sudah tersenyum. Ia menatap sang Putri dengan tatapan ramah. Senyuman Margareth mengingatkan Ellea pada bibi penjual roti di persimpangan jalan depan apartemennya.
"Boleh minta tolong?" Ellea membalas senyuman itu tak kalah ramah.
Margareth mengangguk paham, "As your wish, my princess."
Demi apapun, bulu roma Ellea kompak bangun saat mendengar panggilan itu. Bukan tidak mensyukuri berkat yang menjadikannya seorang Putri, melainkan terselip ancaman kematian yang ia takuti. Dia ingin pulang saja, kalau bisa menghilang sekarang juga dari dunia antah berantah ini. Ingin sekali ia mengganti pertanyaannya, bukan 'di mana Aula Orion', melainkan 'di mana pintu keluar istana sialan ini berada'.
Andai semua kalimat itu bisa meluncur sebebas-bebasnya ....
"Harry menungguku di Aula Orion dan katanya kami harus memberi salam pada Yang Mulia Raja." Tukas Ellea pada akhirnya.
"Saya mengerti, Putri, silahkan lewat sini." Margareth meletakan setumpuk handuk kecil yang dibawanya tadi ke sebuah troli di sudut lorong, kemudian ia memimpin jalan untuk Ellea.
Ellea melewati sebuah lorong panjang, yang berakhir pada sebuah ruang tengah bergaya barat. Kemudian Margareth membawanya keluar dari bangunan besar itu dan melewati jalan setapak kecil. Disekitar mereka terdapat pagar-pagar rendah yang ditumbuhi mawar rambat. Tepat di atas mereka tersedia sebuah kanopi kecil berwarna biru pucat yang tembus pandang, memperlihatkan warna-warni bugenvil yang saling bertumpukan.
Melihat Ellea yang begitu terpana pada bunga-bunga, Margareth tersenyum tipis, "Musim semi memang indah, ya, Tuan Putri."
Ellea lagi-lagi terhenyak akan sesuatu, bahwa terdapat perbedaan waktu yang sangat jelas antara Deandrez dan New York. Hal terakhir yang tertinggal di benak sang Putri adalah daun-daun berguguran, dan salju yang turun lebat di New York. Tapi di Deandrez, bunga-bunga justru tengah bermekaran dengan indahnya. Sampai di penghujung lorong, Margareth pamit.
"Selamat datang, Estelle Theodore Deandrez. Kemuliaan dan Kejayaan Deandrez bagi Putri Mahkota."
Ellea menatap kepergian Margareth, kemudian berbalik dan mendapati Harry sudah berdiri di depannya. Harry mengulurkan tangannya, kemudian mengambil buku-buku jari Ellea dan mengecupnya lembut. Gadis itu menatap Harry dalam diam, kemudian tersenyum kikuk, selamat datang di neraka, batinnya.
◇•◇•◇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top