Prolog

Tiga cowok itu duduk berhadapan. Di ruang tengah-tempat mereka biasa berkumpul- dengan beberapa botol minuman alkohol lengkap dengan camilan. Musik genre EDM sudah terputar setengah jam lalu. Lampu led hias yang sudah terpasang dan wajib dinyalakan setiap sabtu malam turut mewarnai ruangan. Ruangan ini terlihat seperti club malam. Namun, suasana sabtu ini tidak seperti sabtu biasanya, ketiga manusia berjenis kelamin laki-laki itu tampak tak tertarik dengan party malam ini.

Ketiga cowok yang sedang memenuhi ruangan tengah itu adalah Ganesh Garda, dan Giri. Triple G-orang-orang memanggilnya- adalah teman satu kampus, tapi beda fakultas. Entah takdir apa yang Tuhan gariskan hingga membuat tiga cowok berawalan huruf G itu bisa tinggal di bawah satu atap yang sama.

Rumah yang ditinggali ketiganya adalah rumah milik Garda. Rumah peninggalan keluarga bahagianya memiliki bangunan memanjang. Memiliki empat kamar tidur, dua kamar mandi, serta dapur juga ruang tamu. Hampir tidak ada sekat yang memisahkan setiap bangunan rumah ini. Semua ruangan saling berhubungan. Hal itu memudahkan sang pemilik rumah mengetahui gerak-gerik jika ada tamu.

Garda terlahir dari keluarga broken. Ayah-Ibunya sepakat bercerai sejak cowok itu duduk di bangku SMA. Garda tidak tahu menahu alasan dibalik kandasnya hubungan rumah tangga kedua orang tuanya. Yang ia tahu adalah setelah Ayah-Ibunya berpisah, Garda tak lagi merasakan hangatnya kasih sayang. Ia ditinggalkan.

Kedua orang tuanya tinggal bersama keluarga baru masing-masing. Dulu, hak asuh Garda sempat jadi rebutan antara Ayah dan Ibu. Namun, karena di saat itu Garda sudah berusia tujuh belas tahun-yang di mana ia sudah dibebaskan memilih dan berpendapat- ia pun memilih untuk tinggal sendiri di rumah kenangan keluarga bahagianya.

Kendati demikian, Garda tak bersedih. Ia juga tak pernah kesepian karena setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Garda selalu menjadikan rumahnya sebagai markas untuk berkumpul. Satu, dua, tiga tahun berlalu. Semua kisah indah di masa SMA berubah. Rumah Garda yang dulunya selalu dijadikan tempat party berubah menjadi sepi. Untuk pertama kalinya setelah lulus SMA, Garda merasakan apa itu yang namanya kesepian.

Namun, Tuhan sayang pada semua Hamba-Nya. Untuk itu Dia tak membiarkan Garda bersedih dalam jangka waktu yang lama. Tuhan juga berbaik hati pada Garda dengan memberikan otak cerdas. Karena tak suka kesepian cowok yang sedang mengajukan skripsinya itu mendapat ide bagaimana jika rumahnya dijadikan kontarakan saja. Kebetulan setelah mendapat ide itu, ia lansung bertemu dengan Ganesh dan Giri.

Ganesh Putra Irawan, nama panjangnya. Kisah hidupnya hampir sama dengan Garda. Keluarganya juga bermasalah. Ibunya ketahuan selingkuh. Membuat Ayahnya frustasi lalu bunuh diri. Terkadang Ganesh suka merasa konyol. Bagaimana bisa Sang Ayah lebih memilih mengakhiri hidup daripada mencari pengganti yang lebih baik dari sang Istri? Bodoh sekali Ayah Ganesh.

Sejak kematian Sang Ayah, Ganesh memutuskan keluar dari rumah. Ia muak dengan Ibu dan kedua kakak wanitanya. Ganesh tak habis pikir dengan ketiga wanita yang ada di rumahnya itu. Mereka seorang wanita yang seharusnya lemah lembut tapi kenyataanya adalah sebaliknya. Ketiga wanita itu suka menjajahkan tubuhnya pada pria hidung belang demi lembaran-lembaran uang yang nantinya akan dibuat foya-foya.

Karena muak dengan kelakuan ibu serta kakak-kakaknya, Ganesh pun minggat dari rumah. Awalnya ia kebingungan mau tinggal di mana. Hingga akhirnya Ganesh mendengar bahwa salah satu anak fakultas Pariwisata menyewakan rumahnya dengan harga murah. Ganesh yang tak mau menyia-nyiakan kesempatan pun datang menghadap Garda.

Ganesh pikir hanya ia saja yang butuh tempat berlindung. Namun, ternyata dugaanya salah. Ganesh punya banyak saingan. Sebelum ia datang untuk menghadap ternyata sudah banyak calon penyewa. Dan Ganesh pikir ia bukanlah tipe penyewa yang dicari Garda. Namun, pikirannya salah ketika Garda menghubunginya untuk memberitahu bahwa ia diterima.

Saat itu Ganesh senang bukan kepalang. Tanpa menunggu lebih lama ia langsung mengemasi barang-barangnya lalu membawanya ke rumah Garda. Kedatangan Ganesh disambut apik oleh Garda dan Giri. Iya, Girindrana Bagus Putra. Seorang cowok asal Jogja, tapi besar di Jakarta. Lain Garda dan Ganesh, Giri juga punya cerita hidup sendiri.

Keadaan keluarganya tidak seberantakan Garda dan Ganesh. Bahkan keluarganya sangat harmonis. Dan karena keharmonisan kedua orang tuanya, Giri jadi tidak dianggap. Ia terbuang. Kedua orang tuanya adalah sepasang manusia yang kemana-mana harus bersama. Sepasang manusia protektif.

Giri anak kedua. Ia punya satu saudara, tapi sudah berumahtangga. Tadinya rumah Kakaknya dijadikannya sebagai tempat persinggahan. Tapi lama-kelamaan Giri merasa tak enak. Sejak SMP ia sudah mengekori kakaknya. Dan semenjak kakaknya melahirkan, Giri mencoba keluar dari zona nyaman.

Tadinya kakak Giri tak mengizinkan adiknya keluar. Namun, berkat kemampuan akting yang mumpuni, Giri berhasil meluluhkan. Ya, meskipun di hari pertama kakak iparnya ikut menginap di kontrakannya untuk menguji apakah rumah yang ditinggali Giri layak atau tidak. Jujur saja ini terlalu berlebihan. Tapi, Giri bisa apa selain mengiyakan perintah kakak tercintanya.

Setelah melalui proses yang panjang akhirnya triple G bisa tinggal bersama. Hari ke hari ketiganya semakin dekat. Mereka sering nongkrong bareng. Berangkat kuliah pun bareng. Banyak kisah yang mereka lalui. Ganesh, Garda, dan Giri menjelma menjadi keluarga. Jika dulu ada kekosongan dalam diri masing-masing perlahan mulai terisi. Kekeluargaan yang dulunya hilang kini mereka rasakan lagi.

"Kelab beneran kuy. Cuci mata. Main ama yang bening-bening." Ganesh bersuara.

Having sex bagi ketiganya adalah satu hal lumrah. Mereka suka making love dengan wanita kelab. Lebih sering sama teman sekampus sih. Ketampanan ketiganya tak bisa ditolak. Tapi, meskipun begitu mereka sepakat akan bercinta dua kali dalam sebulan. Ganesh, Garda, dan Giri masih punya rasa takut. Mereka takut menanggung akibat dari dosa yang diperbuat. Karena tidak lucu saja kalau wanita yang bersetubuh dengan mereka tiba-tiba hamil. Untuk menghindari musibah itu ketiganya pun sepakat hanya akan bercinta dua kali dalam sebulan.

"Tanggal tua. Hemat pengeluaran." jawab Giri menyesap minuman dalam gelas.

"Bener! Daripada duit lo buat jajan mending buat patungan bayar kang Go-Clean. Besok waktunya bersihin rumah." tambah Garda.

Mendengar kata Go-Clean membuat Ganesh dan Giri menepuk jidat masing-masing. Mereka hampir lupa kalau ini akhir pekan. Di setiap akhir pekan memang mereka bertiga patungan untuk membayar jasa pembersih rumah.

"Seminggu empat kali dibersihin ni rumah. Kenapa nggak sewa pembokat aja sih, Ga? Biar irit. Rumah juga bersih setiap hari." entah atas dasar apa Ganesh memberi saran seperti itu.

Namun, apa yang dikatakan Ganesh ada benarnya. Daripada seminggu mengeluarkan uang kurang lebih setengah juta, mending ditambahin sedikit untuk memakai jasa asisten rumah tangga. Lumayan juga kalau si asisten bisa masak. Ketiga cowok itu tak perlu repot-repot pesan makan online. Ck! kenapa Garda nggak kepikiran ya?

"Kalau bisa sekalian cari yang muda. Yang bisa muasin hasrat kita." celetuk Giri.

"Setuju!" respon Ganesh berjeda. "Biar kita nggak jajan di luar lagi. Lumayan hemat pengeluaran." sambungnya menambahi.

Garda mengangguk-anggukan kepala. "Maksudnya satu cewek untuk rame-rame? Cewek itu kita gilir gitu?" tanyanya memasang tampang aneh.

Giri menganggukan kepala. "Satu bulan kan ada empat minggu. Nah kita kan bertiga. Jadi, persatu minggu kita gilir doi. Satu minggu sama gue. Satu minggu sama Ganesh. Satu minggu sama lo. Nanti di akhir bulan kita mainin dia bareng." ucap Giri menjelaskan.

Ide Giri terdengar menarik di telinga Garda dan Ganesh. "Nggak usah sok jijik dah lu pada. Inget cewek random yang lo kencani di kelab juga udah pernah dicelup sana-sini." tambah Giri lagi.

Benar juga!

"Kalau bisa cari yang perawan aja. Yang masih bersih." respon Garda. "Gue rela tombok paling mahal dah." sambungnya.

"Btw lo berdua bersih 'kan?" tanya Ganesh menatap kedua temannya bergantian.

"Bangsat! Lu kira gua terdeteksi HIV? Mbarangan ae lu!" jawab Giri.

"Tau tuh si Bambang! Bego banget pikirannya." tambah Garda.

"Ya kan siapa tau." Ganesh mengerdikan bahu. "Kita periksa bareng deh. Buat jaga-jaga." sambungnya mengusulkan.

"Oke, deal!" jawab Garda dan Giri bersamaan.

"Tapi kita cari ceweknya di mana? Ya masa bikin sayembara cari cewek perawan di Jakarta. Itu sama artinya dengan mencari jarum di toko benang—Akhh." Garda mengaduh karena jitakan beruntun kedua temannya.

"Di tumpukan jerami, Bambang!" koreksi Ganesh dan Giri barengan.

Garda nyengir. Memerlihatkan deretan gigi rapinya. "Ehehe..." cengirnya bodoh.

"Nggak usah maruk lah, Ga. Lo udah lepas perjaka nggak sadar diri banget kalau nyari perawan." ujar Ganesh.

Giri menganggukan kepala. "Pokoknya tu cewek setuju sama peraturan kita, langsung angkut ae." berjeda. "Nggak papa nggak perawan. Nanti kita tes kesehatan rame-rame." sambungnya.

"Nah, setuju!" komen Ganesh.

"Yaudah deal!" ucap Garda.

"Oke. Sekarang kita tentuin kriteria ceweknya." ucap Giri dihadiahi anggukan kepala Ganesh dan Garda.

Dan dari sinilah cerita ketiga pria itu di mulai...

.
.
.
.
.

Gua repost yakkk 🤗🤗🤗

Stay tune!

#sasaji

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top