[kematian orang tersayang]
Setelah percobaan itu , AN-4 dan KA-13 di masukkan ke ruang kesehatan untuk mengobati luka.
Disaat itulah seseorang datang dengan wajah pucat.
"AN-4 ?" panggil orang itu. AN-4 yang ada disamping ranjang KA-13 pun melirik. "P-profesor ? Kau..-"
"Kenapa kau pergi selama 2 bulan..? Kemana saja kau ? Kami merindukanmu.."
AN-4 terisak. Mengingat semua jasa sang profesor selama ia kembali.
"Apa kau tak tahu selama apa kami menunggu ?! *Hiks*" gumam AN-4 sambil memeluk si profesor.
Sang profesor berjongkok dan menghapus air mata AN-4 yang membasahi pipinya. "Sst.. sekarang , dengarkan aku."
"Apa ada hal yang ingin kamu ambil dari ku ?" tanya si profesor. "Uhm.., aku ingin pita yang kau ikat di rambutmu..!" AN-4 menunjuk kearah pita biru keunguan yang terlilit pada rambut Misao.
"P-pita ini-?"
Misao agak ragu menjawab permintaan AN-4. "Ahaha.. baiklah-" "Suatu hari , aku akan memberikannya padamu , ok ?"
AN-4 memiringkan kepalanya , "memangnya kenapa ?" Misao menjawab , "suatu hari nanti , aku akan pergi untuk sementara. Jangan kangen , ya !" "Ih , enak aja ! Aku ga bakal kangen kok !"
"Yang bener ?" "Uhm !" "Hahah , baiklah.."
"Hah...hah... Tck-..ahk.."
"Sialan.. racunnya mulai menggerogoti tubuh ku.."
{Ruang ???}
"Hari ini eksekusi ku , ya ? Baguslah..," gumam RR-078. Para ilmuwan mulai mendekatinya dan membawanya pergi ke tempat eksekusi.
Untuk para objek eksperimen yang dianggap gagal akan di eksekusi dengan cara yang menyakitkan. Seperti kursi listrik , gantung diri , atau lainnya.
Disanalah AN-4 pertama kali melihat seseorang dihukum mati. RR-078 melirik ke arah AN-4.
Ia tersenyum lebar , "Semangat , ya !" AN-4 sedikit terkejut. Apa maksudnya ?
Disamping itu , Misao ada disana. Melihat adiknya akan dieksekusi mati , ia tak terima. "Apa maksudnya ini ?! Aku setuju diracuni demi adikku , tetapi kenapa kalian tetap mengeksekusinya ?!" Misao sangat marah karena ini semua tidak sesuai seperti perjanjian sebelumnya. Sang dalang tersenyum sinis.
"Apa menurutmu penjahat akan terus terang ?" Misao menatap tajam profesor itu. Ia menarik kerah baju profesor itu dan mendekatkan wajahnya pada wajah profesor itu.
"Perjanjiannya ga gini ! Lepasin adikku sekarang , dasar profesor gila !" Perkataannya tak direspon oleh si profesor. Sang profesor pun menggenggam lengan Misao yang masih menggenggam kerah bajunya.
"Kalau begitu , tukarkan adikmu dengan AN-4 atau KA-13," ujarnya pelan namun tegas. Mata Misao membelalak tak percaya. "Dasar profesor gi- [*cough*][*cough*]" Misao terbatuk ditengah percakapannya.
Darah nampak mengalir dari sudut bibirnya. Ia memegangi dadanya. Perlahan , ia terduduk di lantai dengan batuk darah yang terus keluar.
Penglihatannya mulai memburam. "Tidak , jangan.. jangan- ambil mereka dariku..," lirihnya lemah.
Sang profesor semakin tersenyum puas. Ia memerintahkan para penjaga untuk menahan AN-4 dan KA-13. RR-078 yang melihat dari ruang eksekusi nya ikut marah.
Tubuhnya perlahan menghitam. Matanya memerah. Muncul tanduk dan ekor aneh di tubuhnya. Rambutnya yang semula biru langit menjadi putih dengan gradasi hitam.
"Grr.....," RR-078 menggeram marah. Geraman itu tentu terdengar di telinga sang kakak. Misao segera mencoba berdiri menenangkan adiknya , namun , tubuhnya kembali dijatuhkan oleh sang profesor yang menginjaknya.
"Tck.. dasar profesor gila..," gumamnya kesal.
Sementara AN-4 dan KA-13 yang tertahan oleh para penjaga mulai semakin marah saat melihat orang kesayangan mereka terinjak.
Mata AN-4 bergetar hebat. Melihat darah yang bercecer dari mulut Misao mengingatkannya pada sesuatu.
Dari balik kaca , RR-078 mengamuk. Mengakibatkan kaca pecah tak lebih dari 1 menit. Ia membunuh semua penjaga yang ada meski telah tertembak. Seolah ia tak dapat merasakan sakit , ia terus maju demi menggapai sang kakak.
RR-078 menendang keras kepala sang profesor. Sebelum berhasil bebas , AN-4 dan KA-13 disetrum melalui kalung pada leher mereka. Namun akhirnya , dengan paksaan tentunya , mereka berhasil bebas. Mereka mulai melawan tak peduli seberapa sakit sengatan listrik yang menyengat leher mereka.
RR-078 berdiri didepan tubuh kakaknya. Ia menggeram kesal. Sementara si profesor tersenyum tipis. Pistol menodong tepat didepan kepalanya.
Tanpa ba-bi-bu, RR-078 menendang kaki si profesor dan mulai berbalik untuk membantu kakaknya berdiri.
"Apa yang kamu lakukan , Riqi ?!" Sang kakak merasa khawatir pada adik kecilnya. "Aku jadi anak baik , 'kan , kak ? Kakak biasa membantu ku , sekarang , giliranku membantu kakak !" jawab RR-078 dengan senyum manisnya.
Profesor itu tak menyerah sama sekali. Ia kembali berdiri dan mengambil pistol nya yang terjatuh.
Pistol itu ia arahkan pada kepala RR-078. Misao yang menyadarinya segera bertukar posisi dengan RR-078.
Dor !
Dor !
Dor..!
Mata RR-078 membelalak kaget. Keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Pakaian lusuhnya ternodai oleh darah orang didepannya.
Wajahnya nampak shock akibat pemandangan yang dilihat dari matanya.
Badannya menopang sebuah tubuh dari orang yang melindunginya.
"K-kakak..?" Orang yang dipanggil tak menyahut. Dia hanya tersenyum dan mengucapkan kata terakhirnya. "Aku- menyayangimu.. Riqi Riyouichi."
Seseorang memanggil nama lengkapnya ? Siapa yang tahu ? Oh. Orang yang ada didepannya adalah kakaknya. Menyenangkan sekali. Biarkan dadu ini menentukan nasib mereka. Antara keegoisan dan kemarahan , mereka bertempur untuk menentukan takdir. Semua harapan ada pada tangan keduanya.
AN-4 berbalik badan ketika mendengar kata 'kakak'. Dan saat ia melihatnya , matanya bergetar. Sama halnya dengan AN-4 , KA-13 ikut terkejut melihat pemandangan ini.
"P-profesor Misao..?" AN-4 mencoba mendekati tubuh Misao yang sudah terkulai tak bernyawa. Air mata berhasil lolos dari matanya. Isakan tangis anak laki-laki itu terdengar miris. KA-13 tak tinggal diam. Pandangannya mulai kosong.
Melihat sebuah suntikan berisi cairan hijau , gadis itu mengambilnya. Menggenggamnya erat dan akhirnya menyuntikkannya pada lehernya sendiri.
Cairan hijau itu adalah sebuah buff dalam bentuk energi tambahan. Dan itu hanya disarankan untuk objek eksperimen tingkat C-E. Bukan untuk tingkat B apalagi A.
"Tunggu-, apa yang kau lakukan , anak kecil !?" RR-078 berteriak pada KA-13 , namun tak terespon.
Mata KA-13 memerah. Dari mulut , hidung , mata , darah mengalir begitu deras. Sepasang tanduk muncul dikapalanya dengan ekor yang keluar dari pinggulnya. Boneka kecil nya ia genggam erat. Dia duduk manis , menunggu mangsa nya mendekat.
"Kemarilah , mangsaku.. aku tidak akan menyakitimu."
Para penjaga mendekati KA-13 sedikit demi sedikit. Hingga tersisa 5 meter. Darah-darah bekas korban-korban sebelumnya bergerak menyusun sebuah jarum tajam yang melayang.
KA-13 mengangkat kepalanya. Senyum manisnya bagai sebuah senyuman kematian.
Orang-orang yang mendekat terhujani oleh jarum-jarum tajam yang terbuat dari darah. Sementara yang dibelakang tertusuk dari bawah. Hingga satu peluru berhasil mengenai boneka yang ia pegang hingga menembus dadanya.
"Arhk-?!"
Si penjaga tersenyum sebentar sebelum akhirnya tewas tertusuk darah dari bawah.
"Hei , itu sakit , kau tahu ?"
Semua orang yang tersisa ketakutan setengah mati. Rasanya ingin pingsan saja dibanding melihat kondisi mengerikan ini.
Tak tahan berdiam diri , AN-4 ikut marah. Tali kesabaran nya sudah putus sejak lama. Ia memandangi sebuah mayat didekatnya (bukan milik Misao). Air liur menetes deras dari mulutnya.
"Hey , kau kenapa , dasar kucing ?!" RR-078 merasa aneh melihat seseorang tergiur akan mayat yang ada disekitarnya. Sambil terus menghindari serangan profesor , ia memperhatikan keadaan. "Hah.., sepertinya aku tak bisa bertahan lebih lama. Tck.."
RR-078 berhenti sejenak. Membiarkan pistol itu melukai dirinya. Setelah satu peluru mengenai tangan kirinya , ia segera menyentuh darahnya dan menyiapkan kuda-kuda.
"Kemari kau , si*la* !!!" Ia segera melompat ke arah si profesor dan mengoleskan darahnya pada kulit profesor itu. Setelah itu , ia mundur beberapa langkah dan mengucapkan mantra.
"Terbakarlah di neraka , profesor gila." Seketika , kulit profesor itu terbakar habis hingga raungan kesakitan dari sang profesor menggelegar disana.
RR-078 menoleh sebentar melihat apa yang terjadi pada dua anak yang ia teriaki tadi.
"AN-4 , KA-13 ? Ahk.."
Betapa terkejutnya ia ketika berbalik kebelakang. Mayat-mayat bergelimpangan di lorong-lorong laboratorium itu. Darah-darah mengotori wilayah kelam itu.
Ia berjalan perlahan mengecek keadaan.
Satu persatu ruangan ia masuki. Selama itu , yang ia lihat hanyalah jasad-jasad dengan luka yang dalam. Ia juga meringis saat melihat ada jasad tanpa kepala maupun hanya menemukan kepala.
Di ruangan 1340 , disanalah ia melihat KA-13 dengan kondisi kacau masih memeluk bonekanya bersama jasad-jasad yang ia duduki.
Gadis mungil itu menangis. Air matanya bercampur darah pada wajahnya.
Boneka kelincinya kini telah rusak. Sebuah pemberian yang berharga yang tak bisa ia jaga. Rambut gadis itu terurai tanpa aturan. Senyum manis yang ia coba pertahankan sudah tak bisa ia lakukan lagi.
"Maaf.., maaf. Hiks.. maaf.. Profesor," lirihnya. RR-078 mendekati ruangan itu , tetapi malah dikejutkan dengan si gadis yang tiba-tiba tertusuk oleh jarum darah dibagian perut.
Ia tahu itu. Jika si pemilik kemampuan yang asli sudah tak menyukai DNA dan kemampuannya dipakai oleh si tiruan.
"Arhk-!?"
Dan saat ini , untung saja dia berbeda dari yang lain.
[Bersambung]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top