Prologue
Seorang gadis kecil bernama Evelyna Sanders tengah berjuang hidup kembali setelah melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari lantai 4 apartemennya, beruntung ia jatuh tepat dikolam renang dan ada petugas yang sedang patroli pada jam dua dini hari.
Selang oksigen, alat denyut nadi dan monitor lainnya tengah bekerja untuk menunjukkan tanda kehidupan dari gadis kecil ini.
"Adik kecil yang bodoh, kau memiliki kakak yang bisa diajak bicara! Kenapa kau bersikeras untuk bunuh diri hmm?" gumam seorang lelaki dewasa yang tengah menggenggan tangan hangat sang adik.
Ia adalah Peter Sanders, pria berumur 21 tahun, berkuliah di jurusan psikologi. Semua kehidupannya berjalan baik karena ia kerap mendapat saran-saran bijaksana dari sang adik.
"Pete, kau tahu apa yang terjadi padanya?" tanya sang Ibu yang duduk di sofa ruangan VIP tersebut.
Peter menghela nafas.
"Apalagi yang membuatnya tertekan selain masa lalunya yang sudah diketahui banyak orang, Bu,"
"Aku ingin mengurus orang-orang sialan itu yang sudah menghancurkan puteri kecilku, hubungi Sir Parker" ujar sang ibu yang tengah meredam emosinya.
"Apakah tidak terlalu keras, Bu?" tanya Peter berhati-hati.
"Tanya pada yang menekan adikmu, apakah mereka tidak terlalu keras pada Eva?!"
Blam
Celina meninggalkan ruangan itu agar tidak meluapkan emosinya pada anak lelakinya itu.
Peter kembali fokus pada sang adik yang masih betah didunia alam bawah sadarnya.
"Dunia seperti apa yang kau lihat disana?" lirih Peter.
***
Seorang pria remaja tengah menonton televisi, ia menemukan berita bahwa tetangga apartemennya melakukan bunuh diri. Ia bersimpati pada gadis yang kerap ia temui berada di lantai paling atas.
Gadis yang jarang tersenyum dan memiliki wajah yang tegas. Evelyna, sangat dingin jika dilihat namun sebenarnya ia adalah gadis yang ramah dan sopan walaupun tak banyak bicara.
"Ada apa denganmu, peri kecil?" gumamnya.
***
Pergerakan kecil dari jemari kecil Evelyn tengah dirasakan oleh Peter. Peter menunggu dengan antusias dan perlahan mata cokelat nan besar seperti boneka itu terbuka perlahan.
"Hello Baby Girl..." sapa Peter.
Evelyn tersenyum dan membalas genggaman Peter.
"See.. I'm still alive," gumam Evelyn dengan perlahan.
"Eve, I hate you," isak Peter yang terharu akan Evelyn yang tersadar.
"Love you too, Pete," jawab Evelyn dengan tersenyum.
Lalu setelahnya Peter memeluk Evelyn sangat lama kemudian ia memencet tombol bantuan agar para tim medis datang dan memeriksa keadaan adiknya yang telah sadar sekarang.
"Miss Sanders sudah membaik namun ia masih dalam tahap pemulihan dan butuh terapi untuk kakinya yang patah, saya pamit" ujar sang dokter.
"Terima kasih, dokter" jawab Peter
***
Segerombol gadis tengah menikmati liburan musim panas mereka di daerah pesisir pantai.
Alice Lee, hanya berjemur dibawah payung pantai dengan menikmati lemon squash-nya sembari menonton TV portable.
Tentang seorang Ibu yang menuntut komentar jahat terhadap puterinya yang mengakibatkan puterinya bunuh diri. Ia kaget melihat perempuan yang umurnya sekitar 40an terlihat jelas di televisi.
"Madam Sanders???" teriaknya kaget, bagus ia tidak tersedak minuman yang mengandung soda itu.
Empat gadis lainnya menghampiri tempat berteduh Alice dan penasaran kenapa gadis ini berteriak kaget.
"Ada apa?" tanya gadis tinggi bernama Hannah.
"Madam Sanders? Guru musik kita!" teriak Alice menjawab pertanyan Hanna.
"Kenapa??" Tanya gadis lainnya yang bernama Jennifer.
"Anaknya bunuh diri dan madam melaporkan 49 orang yang melontarkan komentar jahat perihal puterinya diperkosa, astaga berita itu sudah lama sekali namun kenapa mereka kerap mengungkitnya kembali?!" ujar Alice dengan nada agak kesal.
"Itu karena mulut mereka bajingan. Pengangguran miskin yang memiliki waktu luang untuk berkomentar jahat. Mereka tidak sempat memikirkan komentar untuk hidup mereka sendiri" jawab gadis lainnya yang bernama Kelly.
"Belum jera juga ternyata..." gumam gadis yang terlihat diam bernama July.
Telinga awas milik Alice menangkap kalimat yang dilontarkan July.
"Maksudmu? Sepertinya kau dekat dengan anak madam huh?" tanya Alice penasaran.
"Sudahlah anak kecil, nikmati saja lemon squash-mu sebelum kusiram kau dengan minuman itu" jawab July dengan seram.
"Woah seram sekali, Kelly, bisakah aku menenggelamkan orang ini kesana?" tanya Alice kepada Kelly sembari menunjuk lautan didepan matanya.
"Silahkan, dengan senang hati" jawab semuanya dan hanya dibalas tatapan sebal dengan tersirat bercandaan.
***
Joe Steward, pria yang tinggal di kota sendirian dan sering dibantu oleh tetangganya, termasuk keluarga Sanders. Ia memang dekat dengan Peter namun ia tak begitu dekat dengan Evelyna.
Peter menghubunginya setelah Evelyna siuman dan kini ia berada didepan kamar rawat Evelyna, membawa sebuket bunga untuk menyemangati gadis yang ia sebut peri kecil.
"Jangan terus didepan pintu nak, masuk saja," ujar Tony Sanders, kepala keluarga Sanders.
Tony melihat Joe berdiam diri didepan pintu dengan ragu, kini Tony membukakan pintu untuk Joe dan masuk bersama.
"Halo gadis kecilku, temanmu datang," ujar Tony yang dengan segera mencium kening Evelyna.
"Aku tidak punya teman, Yah," timpal Evelyna, Joe menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan memberikan buket bunganya.
"Kalau begitu ayo berteman, ya?" ajak Joe, Evelyna mengambil buket bunga tersebut dan mengangguk kecil.
Joe duduk disofa bersebelahan dengan Peter yang tertidur.
"Pete, bangun," panggil Joemembangunkan Peter.
Peter terbangun. Tony dan Evelyna sedang berbincang ringan, bisa di bilang yang paling terpukul saat tahu Evelyna bunuh diri adalah dirinya karena Evelyna adalah anak kesayangannya, Evelyna adalah anak yang memiliki mental yang lemah maka semua begitu memperhatikannya.
"Sejak kapan kau datang?" tanya Peter pada Joe.
"Baru saja," jawab Joe.
Keduanya memperhatikan interaksi ayah dan anak itu.
"Ia begitu banyak mendapat cinta," ujar Joe pelan pada Peter.
"Ya.. Hanya kami yang memberinya cinta dan perhatian sementara orang asing menyakitinya tanpa belas kasihan," jawab Peter dengan mengepalkan tangannya.
"Bro, aku tahu kau begitu menyayanginya. Hanya saja biarkan ia bersosialisasi," timpal Joe.
"Bukan kami yang melarang, ia tak mau," jawab Peter, lagi.
Joe hanya diam, mungkin dengan berteman akan membuat Evelyna sedikit terbuka.
"Karena ia memiliki pernyimpangan seksual," lanjut Peter.
Joe terkejut bukan main. Gadis yang terlihat tenang dan manis itu memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Dapat dipahami karena masa lalunya, ia diperkosa oleh pria dan masuk akal.
"Aku ingin berteman dengannya," gumam Joe dengan mantap
***
Suasana pagi disekolah yang sedang libur musim panas memang terlihat sedikit ramai karena banyak dari para siswa menghabiskan waktu mereka untuk berlatih pada festival sekolah kelak.
Joe adalah salah satu drummer dari grup marching band disekolahnya dan gadis yang baru pulang dari berlibur ke pantai adalah cheerleaders yang berkolaborasi dengan marching band.
"Joe!" sapa Alice, Joe berhenti menabuh drumnya.
"Ada apa?" tanya Joe, Alice bersama teman dekatnya, Hannah, dan pelatih cheerleaders mereka yang adalah alumni sekolah mereka, July.
"Kau bertetangga dengan madam Sanders, kan?" tanya Hannah to the point sembari mengunyah permen karetnya.
"Ada apa?" tanya Joe lagi, July agak kesal.
"Mau kukebiri?" ancam July.
"Jika niat kalian untuk menemui anaknya, jangan harap bisa. Anaknya anti-social. Apalagi jika kalian ingin menindasnya, lebih baik jangan bicara padaku lagi," ujar Joe tegas.
"Joe, kenapa kau menyebalkan? Kami hanya ingin tahu! Bukankah madam akan senang jika anaknya dijenguk huh?!" Oceh Alice kesal.
"Kau tahu? Kata siapa anak madam Sanders anti-social? Buktinya.. eum.." ujar Hannah menggantung. "July! Dia temannya tapi sudah lama sekali! Iya 'kan July??"
July menunjukkan wajah terkejutnya dan kemudian merubahnya menjadi wajah santainya kembali.
"Ya, Evelyna Amanda Sanders adalah temanku, kau mau apa huh?" timpal July.
Tak hanya Joe yang terkejut namun Alice dan Hannah pun juga terkejut. Tak banyak yang tahu tentang July namun mereka tak menyangka July mengenal anak dari guru seni mereka.
"Baiklah, nanti akan kuantar kau ke rumah sakit," ujar Joe pasrah.
Jika memang mereka temannya, bukankah bagus?
***
"July!" panggil Hannah.
Kini mereka berada di rest room, tak sedikit yang mandi dan berganti pakaian setelah latihan dilapangan seperti itu.
"Ada apa?" tanyanya datar, Hannah tak kaget lagi dengan ini.
"Kau benar mengenal anak madam?" tanya Hannah berhati-hati.
July tersenyum penuh arti.
"Apakah aku terlihat berbohong saat menyebutkan nama baptis nya?" gumam July menyeringai
***
Setelah mereka siap untuk pergi tiba-tiba saja Hannah dan Alice dipanggil ke ruang konseling dan hanya July yang berangkat ke rumah sakit dimana Evelyna dirawat. Joe juga tak mau mengantar dan hanya memberi alamat. Joe memang tak begitu dekat dengan July maka dari itu Joe tak begitu ramah.
Kini July sudah sampai di depan kamar rawat Evelyna, ia membawa pudding dan bunga lily kesukaan Evelyna.
Ya, ia benar mengenal dekat Evelyna namun mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Hari ini adalah pertemuan pertamanya dengan Evelyna.
Klik
July membuka pintu kamar rawat tersebut dengan hati-hati dan ia langsung melihat Evelyna sedang tertidur dengan damai.
Diletakkannya pudding dan lily pada vas yang ada disana. Ruangannya lumayan besar.
July melupakan sesuatu, ayah dari Evelyna adalah direktur utama rumah sakit yang ia datangi, tak heran jika ruang rawat Evelyna tak seperti kebanyakan ruang rawat yang ia lihat.
"Eungh.."
July terpaku saat mendengar lenguhan bangun tidur Evelyna.
July duduk menatap Evelyna sejak datang hingga detik ini.
"Ayah... UH?"
July tersenyum sementara Evelyna menatapnya takut.
"Ini aku, July, kita berteman di Telegram. Ingatkah?" tanya July santai sementara Evelyna berusaha mengingat dengan keadaan waspada.
"Ju..ly?" tanya Evelyna balik dengan suara yang tercicit.
"Kenapa kau bunuh diri, baby?"
Evelyna menjadi menyimpang karena July. Walaupun Evelyna tahu July adalah wanita straight tapi semua perlakuan July membuatnya menyayanginya dalam konteks teman yang ia cintai.
July cinta pertama Evelyna.
Mungkin.
"B-- bukan urusanmu.." jawab Evelyna, July mencondongkan tubuhnya kebawah, kearah dimana Evelyna berbaring dengan tatapan teduh.
"Bahkan dengan membuat sensasi aku tidak khawatir seperti yang kau duga. Mungkin jika kau benar mati, kau yang akan menyesal"
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, tapi aku seperti ini tidak ada urusannya denganmu"
"Eve my baby... Please live properly,"
"No, just mind your own business, July,"
"One think you should know, my pretty princess,"
"What?"
"You are one of my business,"
Keduanya bertatapan dengan jarak yang sangat dekat. Evelyna meneteskan airmatanya seketika, ia tak berharap July juga menyimpang, ia malah berharap dengan ketiadaan ia kemarin akan membuat orientasi July jelas.
July mengaku sebagai wanita straight namun apa yang ia lakukan sekarang berbanding balik dengan pernyataannya.
Ia mencium bibir penuh Evelyna, Evelyna mendorong tubuh July namun usahanya sia-sia, ia masih dalam keadaan lemah.
"Please... stop!"
July menyudahi ciumannya dan menatap lekat mata yang berlinang airmata tersebut.
"You are mine, even God can't have you. You are only belong to me. Love you,"
Klik
Joe dan Peter masuk ke ruangan Evelyna disaat posisi Evelyna dan July seperti itu.
"Hey hey! Siapa kau?!" tanya Peter dengan menghampiri tempat Evelyna dan mendorong July menjauh.
"I have no friend, Pete, trust me," ujar Evelyna pelan.
"At least you said that too when I come here for the first time, Eve," timpal Joe.
"Evelyna is my girlfriend,"
***
Welcome to my non-fiction story in my page.
Its my first time writing a non-fiction story with no idol name inside. Woah congratulation lol.
By the way, about this LGBT love hurt stories, I'm a neutral. Being neutral, isn't sounds good?
Isnt LGBT story at all but there is triangle love, lgbtq issue also... bromance between the main cast. isn't sounds cool?
When this story will end, I will tell who read my story why I made this story.
Enjoy reading!
Best regard,
Sascha L. Gebauer
July 19th
2 0 1 7
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top