XXIV : Mawar Kaca
Di dalam istana Alarice, lebih tepatnya di ruangan singgasana penuh dengan es. Hampir semua bagian dari ruangan itu, terbuat dari es yang sangat keras.
Penerangan yang diandalkan hanya dari Pixie, yang tinggal bersama-sama dengan Alarice di istana.
"Woah, bukankah semua Pixie sudah musnah? Maksudku Cynric yang membunuh mereka semua kan?" Andrew bertanya dengan polosnya.
"Bertanyalah dengan sopan Andrew, para Pixie juga memiliki perasaan bodoh," kata Miranda lalu memukul belakang kepala Andrew.
Para Pixie melihat sekilas ke arah Andrew lalu entah kenapa menatap Andrew dengan pandangan membunuh.
"Makanya jangan bertindak impulsif." Gumam Miranda.
Skandar sekilas melihat pertengkaran kecil antara Andrew dan Miranda, lalu tertawa kecil.
"Ah, kau membuat para Pixie mengingat masa lalu Andrew," kata Skandar sambil menggelengkan kepala.
"Apa sesuatu yang buruk terjadi antara mereka dan Cynric?" Tanya Lea.
"Ya. 10 tahun yang lalu, Cynric mencari mawar kaca pada kaum elf. Kami sudah bilang padanya kalau mawar kaca tidak ada di tangan kami...," Skandar menjeda ucapannya, mungkin masa lalunya yang kelam terlalu berat untuk diceritakan.
"Lalu, apa yang terjadi?" Itu suara Leo.
"Dia membunuh hampir semua kaum elf, yang selamat tidak banyak. Tapi, kami terpisah-pisah...," Skandar mengalihkan pandangannya "para Pixie ikut denganku. Kemudian kami bertemu dengan Alarice, yang sedang membunuh beberapa pasukan Cynric."
"Dan selanjutnya, kalian bisa menebaknya." Skandar mengakhiri perkataannya.
Leo dkk mengalihkan matanya dari Skandar. Mereka semua langsung berekspresi sedih.
"Ada apa dengan ekspresi kalian? Mana semangat kalian saat bertarung denganku?" Skandar mencoba menghibur.
"Aku merasa diriku masih lemah. Bagaimana kami akan mengalahkan Cynric kalau hal ini saja, baru kami ketahui," kata Vinsen.
Suasana sangat hening. Kata-kata Vinsen barusan, membuat mereka semua hilang semangat seketika.
Alarice berdiri dari singgasananya lalu mengucapkan mantra yang tidak bisa didengar oleh yang lain.
Sinar biru kecil mengelilingi tangan Alarice. Lalu sinar itu berubah menjadi beberapa kilauan kecil. Dari kilauan-kilauan itu, muncul mawar kaca.
~~~~
Walaupun istana yang sedang dipandanginya begitu indah dan megah, laki-laki ini tampak tidak tertarik sama sekali. Mungkin kalau orang lain yang melihat istana ini, akan jatuh cinta dengan pemandangan ini.
Laki-laki ini tidak menampakkan ekspresi yang berarti. Dia entah mengapa terlihat sangat kesakitan, padahal tidak ada siapapun yang menyerangnya.
"Mengacaulah di tempat ini," kata sebuah suara yang sangat samar.
"Baiklah, sesuai perintahmu tuan," laki-laki itu menggigit bawah bibirnya.
"Baguslah." Suara itu tertawa keras.
Laki-laki itu mulai berjalan ke arah istana dengan beberapa binatang yang mengikutinya dari belakang.
~~~~
"Mawar kaca," kata Lea kagum.
Semua yang berada di ruangan itu terlalu terkejut untuk berbicara. Tapi, satu hal yang pasti mereka kembali mendapat semangat setelah melihat mawar kaca.
"Apa dengan ini kami bisa mengalahkan Cynric?" Lea menambahkan.
"Entahlah, semua yang akan terjadi nanti bergantung padamu Lea Bradley."
Seketika, Lea langsung gugup. Tanggung jawab sebesar ini di berikan padanya. Sekali gagal, tidak ada sihir yang bisa mengembalikan waktu atau sering disebut time leap.
"Mawar kaca tidak bisa dipegang oleh mereka yang memiliki keraguan di hatinya. Kau yang sekarang masih belum siap," kata Alarice yang sedari tadi memerhatikan Lea.
"Kita kedatangan tamu," kata Skandar.
Brak
Pintu istana telah di buka paksa. Mereka semua langsung berteleport ke asal suara.
4 serigala beserta seorang laki-laki merupakan dalang dari semua ini. Lea memerhatikan laki-laki itu dengan saksama, dan benar saja dia merupakan seseorang yang mengalahkan dia dan Adam dulu.
"Nard."
~~~~
Selasa 18 April 2017
#110 in fantasy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top