XVI : Misteri Yang Lain
"Apa maksudmu Miranda? Menanyakan hal seperti itu?" Tukas Lea.
"Ck, ck, ck. Lea kau sudah tahu kan? Kalau kau dan Leo itu sangat mirip. Tidak ingin tahu kalau kalian memiliki hubungan darah atau semacamnya?" Tanya Miranda.
"Adam, menurutmu bagaimana?" Tanya Vinsen penuh selidik, kepada Adam yang sedari tadi hanya memasang senyum misterius.
"Menurutku boleh kok, daripada memikirkan yang belum tentu kalian mengerti jawabannya, pertanyaan itu patut dicoba." Jawab Adam.
"Kalau aku setuju." Kata Andrew antusias.
Lea dan Leo tidak angkat suara dalam 'yang mereka anggap' pengambilan voting ini.
"Tinggal satu pertanyaan. Kita akan menanyakan apa?" Tanya Miranda dengan polosnya.
"Jawabannya sudah jelas Miranda, 'dimana white queen berada?' Tiga pertanyaan itu yang akan kita tanyakan kepada para penjaga." Kata Leo.
~~~~
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda karena perkelahian kecil diantara Lea dan Leo.
Sebelum melawan naga, ada reruntuhan yang bisa dikatakan bekas sebuah puri. Dan Andrew segera menghentikan mereka, sebelum dapat melangkah lebih jauh lagi.
"Ada apa Andrew?" Tanya Lea penasaran.
"Perhatikan baik-baik, ada beberapa orang di depan kita. Dan mereka memakai jubah yang menutupi sampai ujung kaki." Jawab Andrew sambil memperhatikan mereka.
"Tenang saja, mereka dapat dipercaya." Ucap Adam sebelum Leo dkk, mulai bertarung dengan mereka.
Kalau diperhatikan, mereka memegang sesuatu seperti tongkat yang mengeluarkan cahaya samar-samar.
Setelah mendekati mereka, dari dalam reruntuhan keluarlah seorang pria jangkung berambut hitam. Leo dkk, sudah bersiap kalau seandainya saja dia maju untuk menyerang.
Lea sedikit heran dengan kelakuan Adam, karena sedari tadi pria yang berada di depan itu hanya terlihat biasa-biasa saja. Seperti dia tidak tertarik untuk bertarung atau memang dia tidak memiliki niat untuk menyihir salah satu dari mereka.
"Dasar kau! Kalau mau berkunjung, setidaknya jauh-jauh hari kau harus bilang padaku agar aku dapat sedikit merapikan tempat ini." Gerutu pria yang tidak memakai jubah seperti, katakanlah anak buahnya.
Leo dkk, speechless mendengarnya. Sedangkan Adam sedang berusaha untuk tidak tertawa karena seseorang yang dipanggilnya 'Lu' ini.
"Nama pria itu Lucifer." Kata Adam walaupun tidak ada yang menanyakan nama pria itu.
"Terserahlah, tapi senang bertemu dengan kalian semua." Ucap Lucifer sambil memandang satu per satu, dan pandangannya terkunci pada Lea.
Drap
"Senang bertemu lagi denganmu. Kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?" Lea baru saja ditarik ke dalam pelukan pria yang bahkan baru dikenalnya semenit yang lalu.
"Lepaskan aku tuan, kau ini sangat tidak sopan!" Bentak Lea sambil melepaskan dengan paksa pelukan Lucifer.
Lucifer menyeringai karena melihat ekspresi Vinsen, yang sedikit berubah karena tindakannya barusan.
"Ada apa? Kau menyukainya juga?" Tanya Lucifer sambil menatap Vinsen.
"Tidak, jangan bicara sembarangan tuan." Sangkal Vinsen.
"Ekspresimu berbeda dengan perkataanmu, kau berbohong." Tukas Lucifer masih menyeringai.
"Ehem, Lea bukan 'dia'. Wajah mereka memang mirip karena Lea merupakan putrinya." Kata Adam kesal karena sedari tadi diabaikan.
Miranda dan lainnya hanya speechless karena tidak mengerti apa yang Adam dan Lucifer ini perbincangkan.
"Oh begitu, maaf mengabaikanmu tadi." Kata Lucifer yang seperti bisa membaca pikiran Adam.
"Kau Lucifer? Lucifer malaikat yang itu?" Tanya Miranda penasaran.
"Yah, siapa lagi kalau bukan aku?" Jawab Lucifer.
"Wah kukira kau sudah mati, banyak rumor yang mengatakan kalau kau sudah meninggal." Kata Andrew.
"Maaf mengecewakan, tapi aku abadi." Tukas Lucifer.
"Kami tidak akan lama-lama disini Lucifer, berikan aku beberapa informasi dan aku akan sangat berterimakasih." Ujar Adam.
"Sudah tepat keputusan kalian untuk pergi kepada para penjaga di utara, dan untuk melawan naga kusarankan untuk menyerangnya menggunakan sihir tiga tingkatan agar dia bisa membiarkan kalian lewat." Jelas Lucifer panjang lebar.
"Hanya itu informasi yang dapat kauberikan?" Tanya Leo yang baru angkat suara karena sedari tadi diam.
"Percayalah, aku punya banyak informasi yang kalau kuberitahukan akan membuatmu bertekuk lutut padamu." Kata Lucifer menyeringai.
"Dan sebelum kalian pergi, aku ingin bicara empat mata dengan Lea." Sergah Lucifer sebelum mereka meninggalakan reruntuhan miliknya.
Lea setuju saja, sedangkan Leo dkk kecuali Adam, memasang raut wajah yang dapat diartikan 'kau lukai dia sedikit saja, tamatlah riwayatmu!'.
"Tenanglah anak-anak, aku tidak sejahat yang kalian pikirkan." Ucap Lucifer menyeringai.
~~~~
Lucifer menuntun Lea ke belakang reruntuhan agar pembicaraan serius mereka tidak dapat didengar oleh Leo dan yang lain.
"Apa yang ingin kau bicarakan Lucifer?" Tanya Lea to the point.
"Kau ini tidak sabaran sekali sama seperti 'dia'." Gumam Lucifer tapi masih dapat didengar oleh Lea.
"Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Sebenarnya siapa yang kalian sebut 'dia' ini? Apa dia memang mirip denganku?" Tanya Lea penasaran.
"Aku tidak ingin membahas tentang itu, nanti kau akan tahu juga. Kakekmu masih hidup. Sehat, selamat, dan dalam kondisi yang baik-baik saja." Tukas Lucifer.
"Kau bercanda kan?" Lea membulatkan matanya tak percaya.
"Apa ekspresiku sedang menunjukkan kalau aku bercanda?" Gerutu Lucifer.
"Jadi kakek selamat?" Lea bernapas lega setelah mengetahui kalau kakeknya baik saja. Dia tidak akan pernah memaafkan dirinya kalau seandainya sesuatu terjadi pada kakeknya, orang yang paling dia sayangi.
"Ya, dan bilang pada Adam untuk mengunjungi peri idiot itu. Dia dapat memperkuat sihir-sihir kalian." Saran Lucifer.
"Terima kasih, kukira kau orang yang jahat." Ucap Lea dengan polosnya.
"Sudah dibantu tapi masih mengatakan aku orang yang jahat." Cibir Lucifer.
"Apa lagi yang akan kaubicarakan?" Tukas Lea.
"Karena kau sudah diberi kalung teleportasi, aku akan memberimu ini." Kata Lucifer kemudian memberikan Lea sebuah buku yang ukurannya hanya sebesar telapak tangan.
"Buku? Kau mengharapkan aku untuk membaca ini?" Tanya Lea heran.
"Ini buku mantra." Ujar Lucifer.
"Dan mari kuberitahu rahasia kecil-" Lucifer sengaja menjeda ucapannya kemudian membisikkan sesuatu pada Lea.
~~~~
"Kutunggu undangan pernikahan kalian!" Teriak Lucifer dengan lancangnya yang membuat Vinsen memerah seketika.
"Abaikan saja, dia kelakuannya selalu saja berubah. Dulu saat pertama kali bertemu dengannya, dia itu orang yang sangat dingin sedingin es." Kata Adam.
"Apa yang kalian bicarakan tadi Lea?" Tanya Leo karena sedari tadi Lea memasang ekspresi yang tidak dapat diterka.
"Hah? Bukan sesuatu yang penting." Jawab Lea.
'Jelas-jelas kau berbohong Lea.' Batin Leo.
"Lucifer mengatakan padaku 'jangan lupa mengunjungi peri idiot itu' kau tahu siapa yang dimaksudnya Adam?" Tanya Lea pada Adam yang sedang terkekeh.
"Oh dia? Salah satu teman lamaku." Jawab Adam masih terkekeh kecil.
"Tak kusangka bisa bertemu dengan Lucifer secara langsung." Kata Andrew tidak ditujukan kepada siapa-siapa secara khusus.
"Kukira Lucifer itu orang yang menyeramkan, tapi dugaanku salah." Ujar Miranda.
"Kalian bangga bertemu dengannya?" Tanya Vinsen sedikit kesal.
"Tentu saja, kapan lagi bisa bertemu dengan iblis yang tidak menyerangmu." Ujar Miranda.
"Dan jangan terlalu serius menanggapi gurauan Lucifer, Vinsen." Tukas Adam yang langsung membuat mereka semua kecuali Vinsen tertawa.
Jumat 6 Januari 2017
#51 in fantasy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top