IV : Penawaran

"Jangan ikut campur, kau hanya akan terluka." Kata seseorang dengan dingin.

Lea mengerjap beberapa kali. Terkejut? Tentu saja dia terkejut.

"Oh rupanya bala bantuan sudah datang ya?" Kata orang yang mengejar Lea.

Woosh

Dengan kecepatan yang sangat tinggi, pemuda berambut coklat itu menebas pria berjubah hitam yang sayangnya berhasil dihindarinya.

'Dark Army.' Ucap orang pria berjubah hitam.

Lea terkejut lagi. Kali ini, pasukan hitam itu lebih banyak dari yang tadi dia lawan.

"Oi, kau hati-hati!" Teriak Lea pada penolongnya itu. Niat Lea mau memperingatkan, tapi hanya diberi tatapan 'Kau diam saja.'

Dengan tatapan meremehkan lawannya, pemuda berambut coklat itu, menarik napas dalam. Kemudian iris hijaunya, menatap intens ke depan.

'Starfall.' Ucapnya sambil memandangi langit malam, yang telah berhiaskan bintang yang indah.

Setelah dia mengucapkan nama sihirnya, tiba-tiba bintang berjatuhan dari langit.

Dalam sekejap, pasukan hitam di depannya, telah musnah tak bersisa.

"Cih, sial!. Aku akan membalas kalian nanti!" Kata sosok yang berjubah hitam itu, kemudian berteleport entah kemana.

"Melarikan diri eh?" Kata pemuda di depan Lea, sambil sedikit tertawa.

Sadar bahwa Lea tidak diperhatikan, Lea mengambil kesempatan itu untuk kabur.

"Oi, kau mau pergi kemana?" Tanya pemuda tadi santai.

"Sudah jelas jawabannya. Aku akan pergi dari sini, sebelum kau membunuhku." Ucap Lea jujur.

"Kalau aku ingin membunuhmu, aku akan meninggalkanmu di hutan ini. Membiarkan 'mereka' membunuhmu."

"Lalu kenapa kau menolongku tadi?" Tanya Lea.

"Aku hanya kebetulan lewat." Jawabnya.

"Perkenalkan namaku Vinsen." Katanya sambil mengulurkan tangan.

"Lea." Jawab Lea singkat, sambil menjabat tangan Vinsen.

Tapi, ada yang mengganggu pikiran Lea. Ekspresi Vinsen saat ini tidak bisa dijelaskan hanya dengan sekilas melihat.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Vinsen sedikit pelan.

"Sayangnya tidak." Jawab Lea.

"Kau bisa memakai sihir. Jelaskan padaku jenis sihir apa tadi?" Tanya Vinsen pada Lea.

"Tenang saja Lea, kau bisa mempercayainya." Kata sebuah suara di pikiran Lea.

"Aku hanya membayangkannya, kemudian membiarkannya keluar." Jawab Lea.

"Sihir yang bisa kau bayangkan? Jangan bercanda, yang bisa melakukannya hanya Adam. Penyihir terkuat di dimensi Xalloph." Kata Vinsen meremehkan.

"Kau mau bukti?" Tanya Lea kesal.

"Kalau kau memaksa." Jawab Vinsen sambil sedikit tertawa.

'Starfall.'

Sama seperti sihir Vinsen tadi, beberapa bintang jatuh dari langit. Tapi, tidak sebesar bintang yang dijatuhkan Vinsen. Sihir 'starfall.' Lea, masih lemah.

"Yah memang tidak sama, tapi beberapa bintang jatuh."

Vinsen yang masih melongo, karena apa yang baru saja dilihatnya, hanya bisa memandang takjub, gadis di depannya ini.

"Kau harus ikut aku." Perintahmya.

Kemudian Vinsen menarik -menyeret- Lea.

"Hei! Lepas!" Berontak Lea.

"Mulailah jelaskan kau berasal darimana!" Bentak Vinsen.

'Dasar! Anak ini begitu mirip dengan Rey!' Umpat Lea dalam hati.

"Ok ok. Entahlah kau mengetahui dunia ini atau tidak. Aku berasal dari bumi, karena dikejar-kejar grim. Aku masuk ke sebuah portal yang dibuat kakekku, dan berakhir disini. PUAS?!" Teriak Lea di akhir kalimatnya.

Lagi-lagi Vinsen melongo. Baru kali ini ada yang berani berteriak kepadanya. Miranda saja bahkan tidak pernah.

Ah ada seseorang, tapi dia sudah mati.

"Kakekmu ini, siapa?" Tanya Vinsen.

"Kakekku bernama Johan Bradley." Jawab Lea jujur.

"Tidak mungkin..." gumam Vinsen pelan.

~~~~

"Ngomong-ngomong Vinsen lama sekali. Tidak biasanya dia patroli sampai selarut ini." Ucap Andrew.

"Ingin kulacak?" Tanya Miranda.

Andrew mengangguk mengiyakan.

Sambil menutup mata secara perlahan, Miranda berkosentrasi penuh.

Aura berwarna biru secara perlahan, keluar dari tubuh Miranda.

"Dia bersama seseorang, dan seseorang ini punya kekuatan yang hebat."

"Dimana mereka?" Tanya Andrew kemudian berdiri dari sofa yang didudukinya.

"Di hutan. Tempat biasa kita patroli."

"Gawat."

~~~~

"Jadi, namamu Lea Bradley?" Tanya Vinsen memastikan.

"Secara teknis, ya." Jawab Lea sambil tersenyum simpul yang mampu membuat Vinsen salah tingkah di tempat.

Sifat Vinsen yang cool ini mampu menutupi kejadian barusan -untungnya-.

"Sekarang, apa yang akan kulakukan ya?" Tanya Lea pada dirinya sendiri.

"Bagaimana, kalau kau membantuku? Dan sebagai balasannya aku akan membantumu mencari kakekmu." Tawar Vinsen.

"Tidak ada ruginya. Baiklah kuterima tawaranmu." Tanpa berpikir panjang, Lea langsung menyetujuinya.

Toh, kedua belah pihak diuntungkan disini.

"Karena kita akan bersama beberapa hari ke depan, bagaimana kalau kita saling bertukar beberapa informasi pribadi?" Usul Vinsen.

"Hm... Baiklah." Kata Lea sedikit ragu-ragu.

"Orangtuamu siapa?" Tanya Vinsen.

"Aku tidak mengenal mereka. Mereka mati saat aku berumur 2 tahun. Dan sejak orangtuaku meninggal, kakekku yang merawatku. Kalau kau mau tau tentang nenekku, dia menghilang entah kemana." Jelas Lea panjang lebar.

"Ah maaf, sudah menanyakan tentang hal itu."

"Tidak apa-apa. Lagipula, karena aku belum mengenal mereka, aku tidak akan bersedih." Kata Lea pelan.

Penjelasan Lea barusan, membuat Vinsen berpikir 'apa yang telah dilalui gadis ini?'.

"Kau tidak punya kakak?" Tanya Vinsen lagi.

"Ada. Tapi, mati bersama dengan kedua orangtuaku." Kata Lea lagi.

"Sekarang giliranku. Bagaimana dengan keluargamu?" Tanya Lea penasaran.

"Aku anak tunggal. Orangtuaku, sekarang tengah mengikuti perang." Jelas Vinsen singkat, padat, dan jelas.

"Perang? Di dunia ini ada perang?" Tanya Lea heran.

"Tentu saja. Dark army yang kukalahkan tadi belum seberapa. Di luar sana masih banyak Dark army yang lain."

Hening beberapa saat di antara mereka.

"VINSEN!" Panggil seseorang yang belum dikenal Lea.

Pria itu lebih tinggi beberapa cm daripada Vinsen. Sambil menatap tajam pada Lea, pria itu sedikit menyeringai.

"Bagi seorang pelayan kegelapan, kau cukup cantik." Kata pria itu, kemudian mengambil ancang-ancang untuk membunuh Lea.

"Tenanglah Andrew, dia bukan musuh. Dia sekutu kita." Jelas Vinsen sebelum Andrew membunuh Lea.

"Kalau dipikir-pikir, aku tidak merasakan aura dari dirinya." Kata Andrew kepada Vinsen.

"Sebaiknya, kau mulai menjelaskan apa yang telah terjadi Vinsen." Perintah Andrew.

"Ceritanya luar biasa panjang, akan kujelaskan saat kita pulang." Ujar Vinsen.

~~~~

"Kami pulang." Kata Vinsen datar.

'Loh, perasaan tadi sifatnya baik?' Batin lea yang sedikit bingung dengan kelakuan Vinsen ini.

Yah tapi itu tidak terlalu penting sekarang. Lea tengah terpesona dengan arsitektur dari rumah ini.

Lukisan-lukisan mahal dan furniture berkualitas tinggi. Jika dibandingkan dengan apartemen Lea, tentu saja berbeda sangat jauh.

"Wah~ Tidak biasanya kau suka patroli sampai selarut ini. Eh ada tamu ya?" Kata Miranda.

"Dimana dia?" Tanya Andrew.

"Leader?, dia berada di ruangannya." Jawab Miranda.

Dari tadi Miranda tengah menatap Lea, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lea sedikit risih, karena tatapan itu.

"Maaf, kalau tidak sopan. Tapi, apa ada yang aneh denganku?" Tanya Lea pada Miranda.

"Tidak ada yang aneh. Hanya saja-"

"DIMANA KAU MEMBELI PAKAIAN ITU?!" Tanya Miranda sambil berteriak.

Lea, Vinsen, dan Andrew melongo karena kelakuan Miranda ini.

"Ini dia, sifat kekanakan Miranda." Gumam Andrew.

"Ah... ini pemberian seseorang." Jawab Lea sambil sedikit tertawa.

Tidak mungkin kan dia menjawab 'Adam penyihir terkuat dimensi Xalloph yang memberikannya.'

"Andrew kenapa mencariku?" Tanya seseorang yang -lagi- Lea belum kenal.

"Kita kedatangan tamu." Jawab Andrew kepadanya.

"Dan dia akan membantu kita." Sambung Vinsen.

"Benarkah? Maafkan kelancanganku sebelumnya." Kata sosok itu, kemudian berjalan menuruni tangga.

Setelah menyuruh mereka duduk di sofa, sosok ini mulai mengajukan beberapa pertanyaan, layaknya menginterogasi seseorang.

"Aku ingin bertanya beberapa hal, tapi aku akan memperkenalkan diriku dulu." Ucapnya kepada Lea.

"Namaku Lea/Leo Bradley." Ucap mereka bersama-sama. Dan sukses membuat ketiga orang lainnya terkejut setengah mati.

"Pfft... Bwauahahahaha..." Miranda tak dapat menahan tawanya.

"Abaikan dia Lea. Nama belakang kalian sama, apa kalian memiliki hubungan darah atau semacamnya?" Tanya Vinsen.

"Tidak, kami baru kali ini bertemu." Ucap mereka -lagi- secara bersama-sama.

"Kalian seperti pasangan." Kata Andrew kemudian menyeringai.

"Ingatkan aku untuk menghukummu nanti Andrew." Kata Leo sambil menatap Andrew tajam.

Minggu 27 November 2016

#226 in fantasy.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top