08 💫 Bagian Neraka.

Wajah Lucifer semringah saat menyaksikan Gabriel mendekat ke gerbang neraka yang memang sudah ditunggu-tunggu olehnya. Ia tahu bahwa sang Malaikat Agung tidak mungkin ingkar atas janji yang diucapkannya. Maka, Lucifer menengadahkan tangan dan tersenyum begitu lebar ketika Gabriel benar-benar menghampiri dirinya.

"Selamat datang di nerakaku, Gabriel," sambutnya senang.

Gabriel tidak menanggapi sambutan tersebut, bibirnya terkatup rapat dengan wajah datar yang ditampilkan. Lucifer tidak masalah dengan perilaku Gabriel, ia lantas mengajak mantan malaikat agung itu masuk melalui gerbang neraka di belakangnya. Pada saat baru pertama kali menginjakkan kaki di neraka, mulut Gabriel dibuat menganga oleh kengerian yang ada di dalamnya. Semasa hidup sebagai Malaikat Agung membuat Gabriel hanya menyaksikan kedamaian dan keindahan surga. Sedang apa yang ada di depan matanya saat ini sangat berbanding terbalik dengan ribuan tahun yang disaksikannya.

Neraka ternyata memiliki luas yang sama seperti surga. Ujungnya tidak terlihat oleh pandangan mata tetapi sekitar bisa diperhatikan jelas. Kobaran api, batu bara yang memerah menyala, iblis-iblis yang sedang melakukan tugasnya. Ada banyak suara teriakan di neraka, suara tangis, suara-suara permohonan ampun, dan doa-doa terdengar yang terabaikan. Jantung Gabriel berdebar, ada desir rasa kasihan yang menerpanya. Namun, hanya sesaat Gabriel kembali menormalkan diri. Apa yang dilihatnya sudah memang kodrat dan ketentuan dari Sang Dewa.

"Ini adalah neraka paling bawah. Tingkat ketujuh." Lucifer memberitahu. Lagi-lagi Gabriel hanya mendengar tanpa ada niatan untuk menjawab. Ia memang mengetahui hal itu bahwa neraka dan surga memiliki tujuh lapisan. Jika tempatnya berpijak saat ini adalah neraka terbawah dan merupakan lapisan ketujuh, berarti neraka tersebut adalah tempat siksaan teringan.

Gabriel kembali menatap ke sekeliling, ia terfokus pada sosok manusia bertelanjang bulat yang ditusuk dengan tombak mulai dari bagian belakang tubuhnya hingga menembus ke mulut. Tubuh itu sadar saat tombak menusuknya, pun sadar hingga air mata mengalir saat ia dipanggang di atas api neraka. Begitu tubuhnya hancur lebur membentuk abu, hanya dalam hitungan detik tubuh itu kembali utuh seperti semula dan memulai lagi penyiksaan dari awal. Tubuh-tubuh itu sejatinya adalah jiwa manusia yang mewujud.

"Manusia diberikan pikiran untuk memilih jalan kebaikan, tetapi mengapa mereka memilih jalan kejahatan padahal sudah banyak pengetahuan tentang alam neraka yang mereka dapat semasa hidup?" Gabriel membatin, atensinya dihentikan dari pemandangan tersebut dan hanya menatap pada punggung Lucifer yang terbang di depannya. Gabriel masih mengikuti Lucifer untuk menuju ke kastil utama dari si Raja Neraka tersebut.

"Mereka sama saja denganmu, kan? Sama-sama diberikan pikiran untuk melakukan antara kebaikan dan kejahatan. Namun, sama sepertimu yang bisa saja mengikuti aturan langit tetapi memilih melanggarnya," tutur Lucifer seakan mengerti apa yang dipikirkan Gabriel hingga membuat si mantan malaikat itu berhenti sesaat dari terbangnya. "Aku hanya menebak isi otakmu, kok. Tidak benar-benar membaca isi pikiranmu."

"Begitukah?" Gabriel bertanya. Lucifer tidak menjawab selain hanya terus mengajak Gabriel untuk mengikutinya.

"Ini neraka tingkat keenam." Lucifer kembali berkata ketika pintu gerbang neraka menuju tingkatan selanjutnya sudah terbuka.

"Tidak perlu diberitahu," ucap Gabriel menanggapi.

"Oh, iya. Aku lupa kalau kau juga diberikan pengetahuan tentang tingkatan surga dan neraka," balas Lucifer dengan nada jenaka.

Di lapisan ini, siksaan dan wujud para iblis lebih mengerikan dibandingkan sebelumnya. Gabriel bergidik membayangkan seperti apa siksaan di jahannam yang merupakan lapisan tertinggi neraka sekaligus neraka paling berat hukumannya di posisi pertama. Ia kembali berpikir tentang Theressa yang seharusnya berada di neraka tersebut sebagai balas melakukan kontrak iblis. Ada rasa syukur untuk sesaat di hati Gabriel karena Theressa tidak perlu melalui hal tersebut sebagaimana seharusnya.

Mereka kemudian memasuki wilayah lapisan keenam. Gabriel awalnya tidak mau memperhatikan neraka karena rasa simpati yang tiba-tiba muncul ketika melihat jiwa-jiwa manusia tersiksa. Namun, matanya lagi-lagi teralihkan atensi saat melihat seorang pemuda yang bertelanjang bulat dengan wujud manusia masih berusia sekitar dua puluhan tahun mencoba lari dari iblis yang ditugaskan menyiksanya.

Jiwa lelaki itu melintas di hadapan Gabriel yang baru menginjakkan kaki di tanah neraka lapisan tersebut. Si lelaki melihat adanya gerbang terbuka ketika masuknya Lucifer dan Gabriel. Ia berpikir mungkin saja bisa terbebas dari neraka jika melintas gerbang tersebut. Namun, kakinya tersandung oleh batu neraka di dekat pintu hingga membuatnya jatuh tersungkur ke depan.

Tangan Gabriel secara spontan terulur, memosisikan di bawah lelaki yang tersungkur itu agar tidak jatuh ke tanah neraka yang terlihat memerah panas. Akan tetapi, tangan Gabriel tidak mampu untuk menangkapnya. Seperti hantu yang menembus tubuh manusia, Gabriel juga tidak bisa menyentuh jiwa lelaki yang hendak kabur tersebut.

Berselang hanya satu detik setelah gagalnya Gabriel menangkap si pemuda, kepala pemuda tersebut berlubang oleh tombak yang melayang dan menembus bagian kepalanya. Tombak tersebut juga menancap pada dinding pintu neraka sehingga si pemuda tidak bisa keluar darinya. Lantas bersamaan dengan itu pula, sesosok iblis tukang siksa datang mendekat ke arah si pemuda. Iblis tersebut menyadari keberadaan kami dan kemudian memberikan salam hormat pada Raja Neraka terlebih dahulu sebelum kembali melakukan tugas menyiksa.

Si iblis pergi dengan membawa si pemuda kembali ke tengah-tengah area penyiksaan. Mungkin karena keinginan kabur si pemuda sehingga iblis tersebut tampak marah dan menyiksanya dengan lebih kejam.

"Bagaimana bisa ...." Gabriel bergumam pelan sembari memandangi tangannya. Ia masih tidak percaya bahwa tangannya bisa menembus jiwa tersebut.

"Kau sudah melewati pengadilan langit dan dibuang, kan?" Lucifer tiba-tiba bertanya.

Atensi Gabriel kembali terarah pada Lucifer. Dengan kurang bersemangat ia menjawab, "Iya."

"Kekuatan malaikatmu ikut tersegel selama kurun waktu hukumanmu." Lucifer memberitahu.

Gabriel seketika teringat dengan pengadilan langit yang dijalaninya beberapa waktu lalu. Dewa memang menjatuhkan hukuman dengan mencabut statusnya sebagai malaikat agung dan diusir dari tahta surga bersamaan dengan pengambilan kekuatan miliknya. Ia dibuat sadar bahwa kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan yang berhubungan dengan jiwa. Jika sebelumnya Gabriel bahkan bisa membuat wujud dari jiwa dan menggandengnya serta mendampingi hingga masuk ke pintu surga, sekarang ia sudah tidak lagi memiliki kuasa atas jiwa manapun. Dirinya sudah bukan lagi malaikat agung meski wujudnya masih berupa sosok malaikat.

.

🌹🌹🌹

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top