02 💫 Sebuah Rencana.
Bermain-main dengan jiwa manusia adalah hal yang menyenangkan. Lucifer dahulu kala terlampau merasa penasaran, dihinggapi rasa bosan sehingga ia bertanya-tanya, mengapa tugas seorang Malaikat Agung hanyalah mengurus jiwa? Mengantar jiwa manusia ke tempat peristirahatan terakhir, melindungi saat doanya terkabulkan, memberikan bunga tidur indah, menyampaikan wahyu dan petunjuk di dalam mimpi, menemani untuk menjaganya dari serangan makhluk lain bagi jiwa manusia spesial. Lucifer kala itu berpikir, Malaikat Agung yang diberikan anugerah memiliki sebagian kemampuan dari Dewa Pencipta justru tidak menggunakan kekuatannya sebagaimana mestinya.
Tidakkah bosan mengurus jiwa-jiwa manusia itu tanpa menyentuh dan melakukan sesuatu yang lain? Di masa itu, Para Dewa memang memberikan tugas masing-masing pada setiap malaikat. Namun, tidak ada larangan untuk mempermainkan jiwa yang diantarkannya.
Senyum mengembang di wajah Lucifer tatkala ia melihat sebuah lukisan dengan bingkai emas yang ada di samping singgasana kastil neraka. Itu adalah potret dirinya di masa lalu, saat sayapnya masih berwarna putih bersih, dan bola matanya sebiru lautan. Jubah yang dikenakannya saat itu pun berwarna putih dengan rambutnya yang warna senada. Penampilan itu diberikan oleh Dewa Pencipta sebagai bentuk bahwa dirinya suci sempurna.
"Hitam itu ternyata jauh lebih baik," gumam Lucifer menyentuh ukiran bertuliskan Zakiel 'de Seraphim pada bingkai potret masa lalu dirinya.
Angan-angan Lucifer kembali menjelajah ke masa lalu. Saat pertama kali ia merealisasikan rasa penasarannya pada sebuah jiwa putih yang harus diantarkan ke gerbang surga. Saat itu, ia bertanya-tanya, apa yang akan terjadi jika ia mengirimkan jiwa itu ke bayi dalam kandungan? Saat itu, cermin kahyangan miliknya sedang menampilkan seorang ibu melahirkan tetapi janin di dalamnya sudah kehilangan ruhnya.
Tidak ada larangan untuk melakukan hal demikian sehingga Lucifer bertindak berani. Saat dalam perjalanannya menuju ke dunia manusia untuk meniupkan jiwa itu ke janin tersebut, ia justru bertemu dengan ruh iblis yang tersesat di dunia manusia. Pemikiran gila Lucifer kala itu mempertanyakan kembali, apa yang akan terjadi jika jiwa manusia disatukan dengan jiwa iblis?
Lucifer butuh jawaban. Mempertanyakan pada Dewa tentu tidak akan mendapatkan jawaban pasti. Untuk memenuhi rasa penasarannya, ia mengambil jiwa iblis itu dan menggabungkannya dengan jiwa manusia sebelum benar-benar ditiupkan kepada janin dalam kandungan.
Manusia dengan ruh setengah iblis baru saja dilahirkan. Kejadian yang menggemparkan para Dewa karena baru pertama kali terjadi. Jiwa yang seharusnya sudah damai dan bahagia di surga justru harus kembali ke kehidupan dengan ruh iblis di dalam dirinya.
Lucifer di masa itu dihadapkan pada pengadilan para Dewa. Namun, Lucifer berlindung di balik tidak adanya aturan mengenai hal tersebut sehingga ia menerima ampunan atas tindakannya dengan syarat, ialah yang harus mengawasi anak dengan ruh iblis tersebut.
Tidak sampai di sana, percobaan-percobaan terhadap jiwa manusia kembali dilakukan Lucifer di kemudian hari. Ada beberapa undang-undang langit yang sampai diubah dan diperketat, ditambahkan larangan-larangan, dan ditekankan pada tugas-tugas. Dengan adanya undang-undang baru, Lucifer tidak bisa lagi menyelamatkan diri hingga ia terusir dari tahta surga.
Kala itu, ia sama sekali tidak bersedih dan justru merasa senang karena sudah tidak perlu terikat pada tugas yang dirasanya sudah membosankan. Akan tetapi, pergerakannya menjadi terbatas karena jika ia mempermainkan jiwa manusia sekali lagi, Dewa Pencipta akan menjatuhkan hukuman dengan menghilangkan eksistensinya dari penciptaan.
"Yang Mulia."
Suara itu mengalihkan perhatian Lucifer dari kenangan masa lalu. Mata bermanik merah miliknya menatap pada seorang iblis yang kini memberikan penghormatan penuh di hadapan ia yang sedang berdiri di samping kursi tahta.
Lucifer berpindah tempat, ia duduk di singgasananya sambil memandang iblis bawahannya datar.
"Datanglah ke dunia manusia dan bisikkan agar anak ini berbuat dosa," perintah Lucifer sembari menggerakkan tangannya ke samping. Bersamaan itu cermin berbingkai hitam dengan sayap itu melayang mendekat ke iblis bawahannya.
Sang bawahan membulatkan mata saat melihat kilas kehidupan siapa yang sedang ditunjukkan oleh rajanya. Ia menjawab, "Bukankah prajurit kita sudah sering melakukannya dan gagal, Yang Mulia? Anak itu hatinya terlalu bersih sehingga sulit digoda untuk melakukan dosa."
"Kali ini, berikan godaan yang lain. Bisikkan juga pada orang-orang di sekitarnya agar lebih membuat ia tertekan." Lucifer mengirimkan rencananya lewat telepati.
Bawahannya itu tidak lagi bertanya saat melihat rencana asli dari sang Raja. Ia hanya menundukkan kepala semakin dalam sembari berkata, "Baik, Yang Mulia."
Tidak membutuhkan waktu lama, hanya dalam beberapa hari kemudian rencana Lucifer rampung sempurna. Anak kecil yang menjadi targetnya telah melakukan dosa terbesar yang tidak akan pernah membuatnya bisa terbebas dari neraka. Menjalin kontrak dengan iblis.
"Yang Mulia memanggil hamba?" Salah satu dari tujuh petinggi neraka bawahan Lucifer itu bertanya.
"Amon, sampaikan pada Dewa Kematian bahwa aku mengizinkan jiwa Theressa diantar sebagaimana mestinya sebagai bentuk penghormatan terakhir." Perintah Lucifer mengundang Amon menatapnya dengan ekspresi kebingungan.
"Bukankah jiwa manusia yang sudah melakukan kontrak dengan iblis tidak perlu lagi dijemput Dewa Kematian? Hamba bisa mengambil jiwanya langsung dan membawanya ke mari, Yang Mulia." Amon menanggapi.
"Tidak, lakukan sesuai yang kuperintahkan. Karena jika tidak begitu, jiwa Theressa tidak bisa berada di tangan Gabriel." Lucifer menyeringai licik.
"Baik, Yang Mulia." Amon bergegas pergi untuk menjalankan perintah.
Lucifer melirik ke arah cermin ajaibnya. Kali ini yang ditampilkan oleh cermin itu adalah wajah Gabriel, sang Malaikat Agung yang membuat ia tertarik karena mirip dengannya di masa lalu. Ia dan Gabriel memiliki ketertarikan terhadap jiwa manusia meski di jalan yang berbeda. Jika dirinya dahulu tertarik untuk mempermainkan jiwa manusia, Gabriel justru tertarik dalam artian menaruh simpati. Lucifer tahu bahwa sejatinya tidak semua malaikat diciptakan tanpa memiliki perasaan. Dan anugerah perasaan tersebut juga dilimpahkan pada Gabriel tanpa Malaikat Agung itu sadari.
Rasa haus akan penasaran Lucifer kembali bangkit. Apakah mungkin, seorang Malaikat Agung yang putih suci seperti Gabriel 'de Seraphim akan melanggar undang-undang langit? Apakah mungkin, sang Malaikat putih itu bisa diubahnya menjadi iblis?
Lucifer menyeringai lebar, jiwa iblisnya bergejolak tidak sabar menunggu hari kematian Theressa datang. Jika Gabriel melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diperkirakan olehnya, ia akan dengan senang hati membantu mengulurkan tangan. Sama seperti yang dilakukan oleh Raja Neraka sebelumnya terhadap dirinya. Sehingga, rencana besar yang sudah ia susun selama ini bisa disempurnakan.
.
🌹 Lucifer 'de Demonica 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top