Five 💤

Mimpi itu bunga tidur

Happy Reading ❤️

~°•π'|=•°~

"Kakak ikut aku ya? Aku kesepian gak ada yang melindungi aku disini."

"Keluarga ku sudah pergi semua kak. Aku kesepian. Aku juga lelah, kak."

Dia tidak nyata. Dia bukan manusia.

Wajahnya begitu pucat dan warna matanya putih semua.

"Aku seneng bisa ketemu kakak. Tapi, sepertinya kakak gak mau ajak aku ya? Gimana kalo kakak ikut sama aku aja? Ayo ikut aku, aku kesepian. Kalo ada Kaka aku ada temannya."

Anak kecil ini mengajak gue entah kemana. Tanpa permisi dia menarik tangan gue dan kita tiba di depan jurang.

Hah!

Tinggi sekali.

Gue tatap manik mata itu yang tengah menatap kearah gue. Lengkungan itu terlihat bahagia. Kalo di liat-liat tatapan anak ini cukup menyeramkan. Bahkan tangannya begitu dingin seperti berada di kutub Utara, namun ini jauh lebih dingin.

"Tolong aku, kak. Temani aku disini, aku kesepian."

Apa maksudnya? gue gak paham dengan semua yang terjadi.

Sebenarnya gue ada dimana? Apa ini  mimpi?

"Kakak ayo kita lompat ke bawah."

Heh gila, ya! Sinting nih bocah!

Entah kenapa tubuh gue kaku, dan kaki rasanya sulit digerakkan, padahal gue mau mundur dari jurang itu. Seakan-akan ada magnet yang melekat di bawah kaki gue.

Anak ini terus menarik-narik tangan gue. Rasanya gue Ingin teriak dan minta tolong, walau sebenarnya gue gak yakin bakalan ada yang nolongin di tempat yang hanya ada gue dan anak ini. Entah kenapa lidah gue rasanya kelu, ingin berteriak tapi tertahan di tenggorokan. Sebenarnya gue kenapa?

Apa ini mimpi?

Tapi anehnya anak kecil ini sama persis dengan anak kecil yang gue temui di jalanan malam itu.

Tunggu dulu.

Kenapa gue gak ingat apapun setelah bertemu anak itu? Lalu bagaimana bisa tiba-tiba gue dan dia berada disini? Kayak mimpi.

Apa benar ini cuma mimpi?

"Kak, ayo...," Anak ini terus menarik gue hingga kaki gue mendekati bibir jurang dan siap terjun.

Gue gak mau.

Tolong...

Tolong... Tolong...

Mami tolong Key mami!

Disaat itu kaki gue baru bisa di gerakan, dsn ketika gue berbalik tiba-tiba anak itu mendorong tubuh gue sekuat tenaganya ke bawah sana. Gue berteriak dalam hati harap-harap seseorang menolong atau biarkan saja ini hanya mimpi. Jika ini benar mimpi tolong izinkan gue bangun.

Please. Ya tuhan.

Akhhhh

Tolong...

Gue melihat sekilas anak itu melambaikan tangan seraya tersenyum sebelum gue benar-benar terdorong ke bawah. Dasar bocah iblis.

"Saatnya bangun, Vio, miaw."

Apa? Suara siapa itu?

"Tutup matamu dan bayangkan dirimu sedang bersama seseorang yang terakhir kali kau temui, miaw."

Hah?

Gue gak ngerti. Tapi gue ngikutin perintah suara itu.

Dan saat tubuh gue hampir tertutup kabut, semuanya tiba-tiba gelap.

MAMIIIIII TOLONG KEYY!


























"KEY!"

"KEYSHA! HEI BANGUN ANAK MANJA!"

Brugh

Tiba-tiba badan gue rasanya remuk. Perlahan gue membuka mata dan ternyata sudah berada di bawah tempat tidur dengan posisi yang mengenaskan. Bahkan jidat gue terasa sakit, kayak ada benjolannya.

"Lo ini ya udah mami bilang malam-malam itu waktunya tidur bukan begadang nonton drakor. Liat sekarang apa yang terjadi?"

"Bangun kesiangan, ngigau gak jelas, terus teriak-teriak manggil mami sampe jatoh dari kasur."

Gue berdiri sambil memegang jidat yang terasa nyut nyut. Sakit banget!

"Ini nih yang namanya kualat sama orang tua. Liat kan karena sikap lo yang kurang ajar sama mami sampe kebawa mimpi. Pasti mimpi buruk. Makanya sering-sering deh nonton azab."

Gue mengibaskan tangan meminta mami untuk berhenti mengoceh.

"Mi, anaknya kesakitan nih bukannya di sayang-sayang malah kena omel. Perih jidat, perih juga hati Key." Ucap gue sambil duduk lagi di atas kasur.

"Dasar lebay, udah sana mandi. Besok-besok kalo lo ketahuan begadang lagi. Siap-siap aja paginya satu ember air es mami guyur!" Tegas Mami.

Gue berdecak kesal karena nyokap kandung gue udah kayak ibu tiri yang kejam. Emang dasar dunia ini tempatnya penuh drama yang dramatis, contohnya kayak mami tuh. Kapan coba gue tinggal di tempat yang tenang dan bisa leluasa ngelakuin banyak hal yang gue inginkan. Ah! Itu hanya mimpi lo, Key! Gak akan ada tempat yang begitu. Kecuali gue mati.

Tapi matipun belum tentu bakal tenang, selagi dosa masih berbukit-bukit, malah lari ke neraka. Haduhhh kenapa jadi bahas mati. Bikin ngeriii.

"Hei malah bengong. Buruan mandi Keysha Desviola!"

"Ihh mami dari tadi ngoceh mulu. Keysha jadi pusing dengarnya."

"Makanya kalo kata mami nurut ya nurut lah biar gak pusing sendiri." Jawab mami.

Gue beranjak dari tempat tidur tanpa lagi menyahuti omongan mami. Namun gue teringat sesuatu yang membuat tubuh gue berbalik menatap mami.

"Mi, anak kecil yang tadi malam dimana?"

Gue melihat kerutan di dahi mami yang gue yakini mami tidak tahu apa-apa tentang anak kecil yang gue tanyain. Tapi gue yakin kalo anak itu ngikut gue pulang.

"Anak kecil yang mana? Mulai ngigau lagi lo ya."

"Ih si mami. Itu yang tadi malam ngikut Key. Memangnya saat Keysha pulang beli makanan mami gak liat Key bersama anak kecil?" tanya gue lagi yang malah di timpuk mami dengan bantal.

"Lo kalo ngomong jangan ngaco deh. Tadi malam lo pulang sendiri. Langsung masuk kamar. Mami gak ada ngeliat anak kecil yang lo maksud."

Sejenak gue berfikir. Berarti kejadian gue keluar buat beli makanan itu beneran. Tapi anak kecil yang gue temui dan ajak pulang itu beneran apa halusinasi gue doang?

"Mikirin apa sih Key, udah cepatan mandi. Jangan mikir yang aneh-aneh lagi. Mulai hari ini mami akan mantau, kalo sampe ketahuan maraton drakor lagi, laptopnya langsung mami ambil."

Gue berdecak sambil menghentakkan kaki. Ini semakin ribet aja.

__Berdambung__

Share cerita ini biar rame😊
Makin rame makin semangat aku update!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top