Kyla
Kyla mengikuti Tania menuju ke rumahnya. Rumah yang tidak terlalu besar tapi sangat rapi. Tania hanya tinggal berdua dengan Hendri, kakak tertuanya. Lelaki yang berbeda usia hampir delapan tahun dengan Tania itu, seorang duda tanpa anak. Istrinya meninggal dunia sekitar dua tahun lalu karena sakit.
" Mulai besok kau bisa bekerja di Cafe tempatku bekerja. Pemilknya sangat baik." Ucap Tania sambil tersenyum menatap Kyla.
" Ya. Terima kasih, Tan." Kyla balas tersenyum sambil mengangguk. Tania berdecak.
" Kau ini, jangan seperti itu. Kita kan teman. Jadi memang harus saling membantu." Ucap Tania sambil memukul pelan pundak Kyla.
" Kau boleh tidur di sini atau di sana." Tania menunjuk dua buah tempat tidur yang hanya cukup untuk satu orang yang ada di kamar Tania.
" Dulu aku tidur di kamar ini berdua dengan Sarah, kakakku yang sekarang sudah menikah." Ucap Tania sambil menatap Kyla yang sedang membuka kemejanya dan menyisakan tank top putih yang membalut tubuhnya.
" Lenganmu terluka?" Tanya Tania sambil menunjuk lengan bagian atas Kyla yang di perban. Kyla menatap Tania lalu menggeleng.
" Tattoo. Nama Jake. Tapi.." Tania menatap Kyla yang ucapannya menggantung. Gadis itu tersenyum sambil mengelus punggung temannya itu.
" Sudah, aku mengerti. Besok atau lusa aku akan menemanimu ke tempat Egho, biar Tattoo itu dibuat lain. Ehm, maksudku tidak lagi nama Jake." Kyla menatap Tania dengan senyum lalu mengangguk.
" Apa kau menyesal membuatnya?" Tanya Tania yang diangguki dengan tegas oleh Kyla.
" Aku tidak tahu, Tan. Kalau Jake sebajingan itu." Lirih Kyla sedih.
" Aku pernah mengingatkanmu, Ky. Aku bisa lihat dari gayanya itu." Ucap Tania lembut. Kyla mengangguk, ada tetesan bening yang menitik dari kelopak matanya. Tania kembali mengusap lembut punggung Kyla.
" Sudahlah, kau basuh dulu wajahmu. Tidak usah mandi, sudah malam dan kulihat kau pun tidak begitu sehat." Perintah Tania lembut. Kyla cepat menurutinya.
Lalu begitu malam mulai beranjak semakin larut. Suara dengkuran halus Tania pun telah terdengar. Napasnya juga terlihat teratur. Tania begitu lelap dengan tidurnya, sangat berbeda dengan Kyla yang tidak bisa sedikit pun memejamkan matanya.
" Apa yang sedang kau lakukan di sana, Drew?" Tanya lirih Kyla sambil menatap langit langit kamar Tania yang berwarna biru langit.
" Apa kau mencariku, Drew?" Tanya Kyla lagi. Ada nada getir dalam setiap kata yang terucap.
Kyla berusaha menahan air mata yang akan menetes, tapi gadis itu tidak mampu untuk menahannya. Gadis itu terisak lirih.
" Drew, aku merindukanmu." Bisiknya lirih.
Lalu gadis itu segera saja beranjak, membawa langkahnya menuju meja yang ada di dekat tempat tidur Tania. Dengan segera menjangkau tasnya lalu mengeluarkan ponselnya. Dengan terus merebakkan air mata gadis itu cepat menyalakannya. Banyak sekali pemberitahuan yang masuk. Semua dari Drew. Lalu sebelum gadis itu membuka pesan dari Drew, ponselnya berdering.
" Drew." Lirihnya disela isaknya.
" Kiky, sayang. Kau di mana, Ky. Aku mencarimu. Ky, jawab aku sayangku." Suara Drew yang berada diseberang sana terdengar cemas dan senang. Kyla tergugu.
" Sayang, Kyla. Please, where are you." Kyla semakin keras terisak.
" Kiky, baby. Talk to me, baby." Drew terdengar semakin khawatir. Kyla tetap diam sambil terus terisak.
" Drew, aku tidak bisa melaluinya sendiri. Aku, aku mau kau ada di sini. Aku membutuhkanmu." Terbata Kyla berucap. Gadis itu semakin keras terisak. Mengusik Tania yang sedang terlelap.
" Ky, ada apa?" Tania menghampiri Kyla yang berjongkok dengan tubuh bergetar di dekat meja. Kyla segera mengangsurkan ponselnya.
" Ky sayang, kau di mana?" Suara teriakan Drew terdengar nyaring diseberang sana. Tania menatap layar ponsel Kyla sambil mengerung. Gadis itu memastikan siapa yang dihubungi gadis yang terus saja terisak itu.
" Dia bersamaku, ehm Drew. Namamu Drew kan. Aku Tania." Suara serak Tania terdengar.
" Rudesheim am Rhein." Desis Drew.
" Kiky, tunggu aku. I'll be there." Teriak Drew dengan suara begitu ceria yang membuat Kyla tersenyum. Gadis itu cepat mengambil ponsel di tangan Tania yang kini tertawa geli.
" Drew, I miss you." Ucap Kyla lirih, isaknya belum juga hilang.
" Aku juga, Ky. Aku juga rindu. Tunggu aku, Ky. Wait for me."
Lalu setelah memberikan kecupan jarak jauhnya. Drew memutuskan hubungan. Kyla tersenyum dengan mata yang masih mengembun.
" Kau sudah menemukan pengganti Jake?" Pertanyaan Tania membuat Kyla tersenyum. Cepat gadis itu menggelengkan kepalanya.
" Dia lelaki yang selalu ada untukku. Dia Drew Kenneth. Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpa dirinya."
Tania tersenyum menatap Kyla lalu memeluknya. Tania mengusap sayang punggung temannya itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top