Drew
Sekilas Drew melihat satu kelebatan bayangan. Batinnya mengatakan bahwa itu adalah Kyla. Gadis yang sangat dicintainya. Drew inginnya beranjak menemuinya tapi Monica yang terus mengajaknya berbicara membuat Drew tidak dapat berbuat apa yang diinginkan hatinya.
Lalu Drew bergegas keluar ruangan begitu Monica berlalu meninggalkan ruangan dengan wajah cemberut penuh rasa kesal.
" Drew, tadi Kyla mencarimu."
Drew menoleh menatap Gia yang memberitahukan kedatangan gadis yang ada di pikirannya itu.
" Kau tahu dia kemana sekarang ini?" Tanya Drew sambil matanya menatap berkeliling, mencari sosok tercintanya itu.
" Aku lihat tadi dia pergi, sepertinya dia tidak jadi menemuimu karena mendengar kau sedang berbincang dengan Monica." Drew berdecak mendengarkan penuturan Gia.
" Aku akan menyusulnya tapi eh, nanti sore saja aku ke rumahnya. Sebentar lagi aku harus bertemu dengan Robbin, Manager Marketing yang memasok pelumas itu. Aku akan mengiriminya pesan saja dulu." Ucap Drew yang diangguki oleh Gia.
Seharian itu Drew disibukkan dengan pekerjaannya. Hari itu pun bengkel sangat ramai. Drew sampai tidak sempat istirahat terlalu lama.
Ketika sinar kemerahan lembayung senja menerpanya. Drew seakan baru sadar. Lelaki itu bergegas mengecek ponselnya.
" Kenapa kau tidak membalas pesan dariku, Ky." Bisiknya sambil menatap nanar ponselnya yang penuh dengan berbagai pemberitahuan tapi tidak ada satu pun dari Kyla.
" Apa kau sesibuk itu sampai tidak sempat membalas pesanku, Ky." Bisiknya lagi sambil bergegas keluar dari ruangannya.
" Arnie, juana. Kau biasa makan siang di kedai Ibunya Kyla kan, apa kalian tadi melihat gadis itu begitu sibuk?" Teriak Drew sampai membuat semua mata menatapnya.
" Tidak, Drew. Aku tidak melihat Kyla ada di sana tadi." Jawab Arnie sambil melirik ke arah Juana yang langsung mengangguk.
" Aku hanya melihat Ibunya yang sibuk dengan seorang lelaki." Juana menambahkan. Drew berdecak.
" Kiky, dimana kau. Bahkan ponselnya tidak aktif." Gerutu Drew kesal sambil melangkah mendekati Gia.
" Apa tadi dia mengatakan sesuatu?" Gia tersentak dengan pertanyaan Drew yang tiba tiba dan sedikit bernada ketus. Gia menggeleng cepat.
" Tidak, Drew. Tidak. Ehm, dia hanya berkata akan menemuimu, itu saja." Gia terlihat sedikit gugup. Drew menatapnya lekat.
" Tapi, Drew. Aku melihat wajahnya seperti bersedih ketika melangkah menjauhi ruanganmu. Aku akan bertanya, tapi dia berjalan tergesa." Gia menatap Drew yang masih saja menatapnya.
" Dia menangis, Drew." Lanjut Gia sambil menunduk.
" Aahh, Ky. Kenapa kau tidak bicara padaku, jika ada masalah." Ucap Drew sambil melangkah meninggalkan Gia yang prihatin menatapnya.
Drew cepat melajukan mobilnya ke rumah Kyla. Bergegas turun begitu sampai lalu segera saja mengetuk pintunya. Lama, tidak ada sahutan. Drew membuka pintu rumah Kyla yang sudah biasa tidak dikunci. Melangkah cepat menuju ke kamar gadis itu.
" Kiky, baby." Ucapnya dengan suara lembut.
Sepi. Kamar itu sepi. Tidak ada Kyla atau siapa pun di sana. Lalu ketika mata Drew menatap lemari yang terbuka, lelaki itu terhenyak. Tampak ada ruang yang kosong di dalam lemari itu.
" Ky, oh my God. Jangan bilang kau pergi meninggalkanku." Gerutu Drew resah.
Terlebih ketika dia menatap ke atas lemari. Tas yang lumayan besar tidak ada lagi di tempatnya. Lelaki itu hapal betul semua barang yang ada di sana, dalam kamar itu. Dia sangat tahu, Kyla bukanlah orang yang sering memindahkan barang. Drew semakin yakin, Kyla telah pergi.
" Ky, sayangku. Apa kau benar benar pergi, tapi kenapa?" Drew berucap pelan sambil mulai berpikir ke mana gadis itu pergi.
" Ya Tuhan, Ky. Kenapa kau tidak yakin pada kesungguhanku. I love you, Ky. Why you don't believe me?"
Drew mengusap wajahnya perlahan. Terbayang gadis cantik dan ringkih itu ada di luar sana. Sore sudah mulai beranjak, sebentar lagi gelap akan menyelimuti. Drew dengan langkah gamang meninggalkan kamar Kyla yang masih lekat menyimpan wangi menyengat tubuh gadis tercintanya itu.
" Sudah hampir malam, Ky. Udara sangat dingin. Apa kau memakai jacketmu?" Lirih Drew putus asa.
Drew menatap jalanan yang kian meremang. Gelap turun menyelimuti lalu lampu jalan berusaha membantu meneranginya. Tapi tidak seterang di saat mentari yang menyinari.
" Malam ini seperti hatiku tanpamu, Ky. Gelap, dingin dan juga sunyi. Ky, please kembalilah." Parau suara Drew terdengar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top