5. Rumah Diandra
__
5. Rumah Diandra
__
Rasa suka yang aku kira tak lagi hadir, tanpa perkiraan hadir kembali saat aku melihamu.
---
Hembusan napas Diandra kelur saat ia membuka matanya sekali lagi, jari jemarinya mencoba menghapus akhir cerita yang bagi Diandra sendiri pun menyakitkan. Dengan tega Diandra memisahkan dua tokoh yang sejak awal cerita ia tuliskan hidup bahagia, hidup dengan kisah cinta yang manis.
Diandra mencoba kembali memainkan jarinya di atas keyborad laptopnya, mengetik beberapa kata yang semoga menjadi kalimat dari akhri cerita ini, tapi tubuhnya terperanjat kaget saat ia mendengar ponselnya berbunyi nyaring, menandakan ada yang menelponnya.
"Mbak saya Rafin, ini saya sudah ada di depan rumah Mbak," suara laki-laki yang Diandra dengar dari ponselnya itu entah kenapa membuat bibir Diandra mengulum senyum, padahal Diandra tahu Rafin ke sini bukan untuk menemuinya secara pribadi, tapi Rafin ke sini untuk mengantarkan barang pesanan Azlan.
"Masuk aja Mas ke dalam, ada satpam kan?" tanya Diandra lagi. "Saya kebetulan lagi sibuk, masuk dulu ya Mas, sekalian saya mau ngomong sesuatu," kata Diandra yang langsung menutup panggilan telpon itu sepihak.
Diandra berloncat dari kursi kerjanya, perempuan itu membuka lemari pakaiannya, syukurnya ia sudah mandi, entah kenapa, adanya Rafin membuat Diandra berbahagia sekali hari ini, beban di kepalanya dikarenakan pekerjaanya seakan terangkat begitu saja.
Sebelum pulang tadi Diandra dan Azlan memang mampir ke toko kue, dan entah kenapa Diandra malah kepikiran untuk memberikan kue itu kepada Rafin.
Modus Diandra oke juga kan?
Diandra masih sibuk memilik pakaian apa yang mestinya ia kenakan, sedangkan Rafin sudah dipersilahkan masuk dan duduk di sofa ruang tamu rumah Diandra, oleh Dewi – Asisten rumah tangga di rumah Diandra.
Sambil menunggu Diandra untuk menemuinya, Rafin terlihat memeriksa isi ponselnya yang berbunyi sedari tadi.
Langkah kaki Diandra terdengar karena perempuan itu turun dari tangga rumahnya dengan tergesa, membuat Rafin mendongkakan kepalanya, melihat pergerakan Diandra, melihat Diandra berlari kecil yang membuat surainya juga ikut bergoyang, dan pergerakan itu tanpa sadar membuat Rafin tersenyum simpul, Diandra benar-benar terlihat lucu.
Langkah Diandra, yang cepat membuat tubuhnya semakin tidak seimbang, terlebih semangatnya yang menegebu, menginginkan dirinya ingin segera berada di samping Rafin, hingga ia tidak menyadari ada satu anak tangga yang ia pijak tanpa keseimbangan yang penuh.
Diandra jatuh, di depan mata Rafin, tanpa perkiraan, tanpa dugaan.
Teriakan Diandra membuat Rafin bergegas berdiri dan berlari menuju Diandra yang sudah terlentang di lantai, Mbak Dewi pun sama terkejut, perempuan yang tengah berjalan dari dapur menuju ke ruang tamu untuk memberikan Rafin minuman pun tak kalah berlari dengan cepat saat mendengar teriakan juga melihat tubuh Diandra yang jatuh ke lantai.
Diandra masih sadarkan diri, perempuan itu meringis saat Rafin memegang pergelangan kakinya.
"Kita ke rumah sakit aja," kata Rafin tanpa ragu mengangkat tubuh Diandra dan membawanya bergegas ke motornya – tidak mungkin, Rafin pun meminta kepada Dewi kunci mobil Diandra.
Dewi pun dengan cepat untuk mengambil kunci mobil Diandra di tempatnya untuk diserahkan kepada Rafin yang berniat mengantarkan Diandra ke rumah sakit.
Rafin dengan cepat bergerak, laki-laki itu akhirnya menghidupi mesin mobil Diandra, dan membawa Diandra yang tengah duduk sambil meringis di belakang tempat duduknya, Diandra sebenarnya terlihat baik-baik saja, mungkin kaki perempuan itu hanya terkilir, dan Rafin berdo'a, tidak ada luka dalam yang disebabkan oleh jatuhnya Diandra tadi.
"Sebenarnya aku enggak apa-apa," ringisan Diandra membuat Rafin hanya diam saja, ia tidak menanggapi, Rafin hanya ingin menyetir dan membawa mobil itu dengan cepat ke rumah sakit, agar Diandra segera mendapatkan kepastian.
Diandra menahan napasnya saat Rafin kembali menggendongnya ala bridal style untuk membawanya ke UGD.
"Sebenanrnya aku bisa jalan sendiri, Mas Rafin," komentar Diandra dalam gendongan Rafin, perempuan itu malah tersenyum dan mengeratkan tangannya di leher Rafin agar tubuhnya tak merosot dari tangan Rafin.
Diandra didudukan di bangkar, kakinya tengah diperiksa oleh Dokter, sedangkan Rafin berada di luar ruangan, pikirannya sedikit terusik karena keadaan perempuan itu.
Diandra mengangguk saat Dokter mengatakan kakinya tidak kenapa-kenapa, dan tidak perlu untuk pemeriksaan lebih lanjut, Diandra juga merasa begitu, kakinya hanya terkilir sedikit, mungkin akan langsung sembuh kalo Rafin bersedia mengantarnya ke tukang urut langganannya.
Diandra mengganguk dan segera dibantu oleh suster keluar dari ruangan pemeriksaan, dirinya tidak perlu menginap di rumah sakiit ini.
"Mas Rafin." Diandra memanggil Rafin yang berdiri di ujung koridor ruangan pemeriksaan, banyak orang berlalu lalang , membuat Rafin kesusahan untuk menatap Diandra yang kini duduk di kursi roda dan dibantu dorong oleh suster yang bertugas. "Katanya sudah boleh pulang, aku lupa bawa uang, aku minta tolong bayarin dulu boleh?" tanya Diandra setelah ia sampai di depan Rafin yang baru saja menyelesaikan panggilan telponya.
Rafin mengangguk, setelahnya ia membantu Diandra untuk mendorong kursi rodanya, tak lupa mengikuti suster yang menunjukannya tempat adminitrasi untuk penyelesaian pembayaran.
Diandra menatap punggung Rafin yang berdiri di depan meja adminitrasi dari tempatnya menunggu, pertemuan ke tiga ini entah kenapa bagi Diandra pertemuan yang memalukan, sekaligus mengharukan ah menyenangkan juga.
Diandra awalnya tentu malu dengan Rafin, karena kelakuan dirinya yang membuat dirinya bisa begini, bahkan Rafin benar-benar melihat Diandra yang jatuh, Diandra juga terharu saat Rafin langsung menolongnya, menggendong juga membawanya ke rumah sakit, hal itu juga yang membuat dirinya merasa senang, berada di dalam gendongan dan memeluk laki-laki itu, bahkan Diandra sendiri tidak sampai membayangkan ia akan memeluk tubuh Rafin.
"Ini." Rafin menyadarkan Diandara yang tengah melamun dengan memberikan bukti pembayaran, lalu kembali mendorong kursi roda Diandra hingga ke depan lobby rumah sakit.
"Makasih ya Mas," ucap Diandra lagi saat Rafin membantunya masuk ke dalam mobil, yang hanya dibalas oleh Rafin dengan senyuman.
Setelah menutup pintu mobil, dan memastikan Diandra sudah nyaman dengan duduknya, Rafin mengelilingi mobil, berniat untuk duduk di bangku pengemudi, lalu menoleh dan menatap Diandra. "Sama-sama Mbak, sudah enggak usah berterima kasih lagi," katanya tak lupa disertai senyuman yang membuat Diandra tak bisa ikut menahahan bibirnya membentuk senyum juga.
Semesta, kalo Diandra jatuh hati dengan Rafin, apakah hati Diandra akan baik-baik saja?
--
Terima kasih sudah membaca cerita ini, see u next time :)
Bdj, 26 januari 2020
Mahdung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top