11. Pernyataan Rafin

11. Pernyataan Rafin

Kadang, sepi adalah teman terbaik saat satu-persatu hal mengkhianatiku.

---

Alis Diandra bertautan saat suara dari resepsionis yang terhubung dari telpon di atas mejanya masuk ke dalam indera pendengarannya. Mbak Dian mengatakan bahwa Mas Rafin dari kantor sebelah ingin bertemu dengan Diandra.

Dengan pikiran yang ragu-ragu, dengan pikiran yang berisikan pikiran negatif, Diandra mengatakan ia bersedia bertemu dengan Rafin, sekarang juga, seperti apa kemauan Mas Rafin.

Sepatu hitam Rafin mengetuk-ngetuk di lantai keramik yang ia pijak, Rafin tidak tahu apakah yang ia lakukan ini benar atau salah, tapi ia ingin meluruskan hal kemarin – saat Rafin tidak memeriksa ponselnya yang berada di tangan Yupita, karena ia sedang di toilet di rumah Diandra kala itu.

Rafin yang tengah memperhatikan sepatu hitamnya kini menadahkan kepalanya saat heels bermerek berhenti tak jauh dari sepatu hitamnya berada.

Rafin menadahkan kepalanya, matanya menangkap perempuan yang kini mengenakan kemeja warna hitam, matanya menatap Rafin bingung, senyumnya yang biasa ia dapatkan dari perempuan itu hari ini tidak terlihat, apa Diandra tengah marah dengan Rafin?

"Mbak Diandra sibuk enggak?" tanya Rafin yang membuat Diandra terlihat menarik napas, sama dengan Rafin yang tanpa sepengetahuan Diandra ia menarik napas dengan pelan, karena ada sesuatu yang harus Rafin lepaskan dari dadanya.

"Habis makan siang saya ada meeting," jawab Diandra sambil melirik jam tangannya, jam dua belas lewat sepuluh menit, di mana waktu sudah menunjukan jam makan siang.

"Kalo diajak makan siang bersama, ada waktu?" tanya Rafin, Rafin pikir itu adalah rencana yang tepat untuk mencairkan sesuatu yang membeku diantara mereka.

Semenjak kejadian di mana Rafin tidak menyadari bahwa Diandra mengirimkannya pesan juga menelponnya, bahkan perempuan itu juga menunggunya di tempat yang sudah diberi tahu oleh Diandra, di hari yang sama saat Rafin menolong seseorang yang ternyata adalah Ibu kandungnya Diandra.

"Oke, berangkat sekarang aja," kata Diandra yang mendapat anggukan dari Rafin.

Pergerakan Diandra yang ingin berjalan kearah mobil Rafin – bagian penumpang tiba-tiba terhenti saat Rafin mendahuluinya dan membukakan pintu untuknya, tidak-tidak, Diandra tidak boleh beranggapan lagi bahwa Rafin juga akan membalas perasaanya, bisa saja Rafin memang ramah kepada Diandra, karena mereka adalah 'teman.'

"Sebenanrnya aku bisa sendiri," kata Diandra sambil masuk ke dalam mobil Rafin.

Diandra pernah mendengar bahwa sebagian orang hanya penasaran dengan lawan jenis yang sedang ia dekati, oleh karena itu ada beberapa usaha untuk mendekati dan mengulik sesuatu dari orang itu, maka Diandra juga pernah mendengar kalau kita mengalami hal itu, maka coba lakukan trik tarik-ulur, dibeberapa waktu kita coba untuk menarik sang lawan jenis, seperti mengirimkan beberapa pesan, memberi pengertian, perhatian, bahkan memberikan kado, dan setelah itu, mari coba kita ulur perasaanya, entah itu denga cara menggilang, tak lagi menghubunginya, atau ada di sisinya, tapi tak melakukan apa-apa.

Tapi, di luar dari teori itu, Diandra sendiri yang menyadari bahwa ia memiliki perasaan tertarik kepada Rafin dan ia memang ingin berhenti sebelum semuanya terlambat, Diandra pikir benih cinta yang ada di hatinya untuk Rafin masih kecil, dan mudah untuk dimatikan, sebelum perasaan itu tumbuh dan mengakar.

Tanpa dugaan Diandra, Rafin membawa Diandra ke tempat makan yang sama saat kemarin Diandra menunggunya hampir satu jam, membuat mood tidak baik Diandra semakin meningkat, kenapa Rafin malah membawa Diandra ke sini, membuat Diandra mengingat kejadian itu lagi, kejadian yang Diandra anggap sanggat buruk, hari itu Diandra sungguh merasa dibuang oleh Rafin, lebih-lebih saat Diandra menelpon Rafin seorang perempuan yang mengangkatnya, dan kesialan yang dialami Diandra hari itu, tak habis di situ, Diandra malah mendapati Rafin dan perempuan yang kemungkinan bersar mengangkat telponnya tadi di rumahnya sendiri.

"Kemarin aku nunggu kamu di sini," kata Diandra akhirnya, ia menerima menu dari pelayan yang baru saja menghampiri meja mereka, membuat Rafin kembali meneguk kata-kata yang ingin ia keluarkan.

Rafin memesan nasi putih dengan ayam bakar madu, sedangkan Diandra memilih nasih putih dengan ayam geprek dan level kepedasaannya nomor lima, hati perempuan itu sedang panas, dan Diandra berniat sekalian membakar perasanya dengan memesan ayam yang pedas.

Diandra menatap Rafin dengan tatapan yang Rafin rasa terlihat kecewa dan marah, sesekali Diandra juga menarik napas saat Rafin membalas tatapannya.

"Maaf," ucap Rafin sebagai pembukaan, yang sama sekali tidak mendapatkan respon balasan dari Diandra. "Maaf, kemarin waktu kamu ingin ketemu aku enggak baca pesan kam," katanya lagi.

"Tapi, pesannya sudah dibaca," jawab Diandra langsung, tentu ia tidak terima dengan penjelasan Rafin tadi, jelas-jelas di status pesannya bahwa pesan itu sudah dibaca.

"Bisa dengerin aku dulu, jangan dipotong?" tanya Rafin, laki-laki itu sepertinya ikut masuk ke dalam aura Diandra yang mulai gelap, dan terlihat sinis.

"Yang ngangkat telpon kamu, itu Yupita, adik aku, aku lagi sama Ibu kamu, dan ternyata waktu kamu telpon aku lagi di kamar mandi, aku dikasih tahu Yupi waktu sudah sampai di rumah, waktu itu juga aku telpon kamu, tapi nomor kamu enggak aktif, aku mau minta maaf, maaf banget Mbak Diandra Sudah bikin kamu nunggu," ucap Rafin dengan jelas.

Diandra mengganggukan kepala, tanda ia mengerti, mengerti bahwa ia salah dalam menilai Rafin, tapi kenapa Rafin hanya menghubunginya sekali itu saja, kenapa Rafin tak mencoba datang ke kantornya besok pagi, dan menjelaskan semuanya.

"Kebetulan akhir-akhir ini aku ada kesibukan, baru bisa menjelaskan sekarang," kata Rafin lagi yang membuat senyum Diandra kini muncul. Entah kenapa Diandra malah berpikir bahwa sekarang dirinya menjadi hal yang penting di hidup Rafin, Rafin benar-benar merepotkan dirinya demi menjelaskan hal ini pada Diandra.

"Oh, oke Mas," jawab Diandara, perempuan kembali mengantup bibirnya agar tak tersenyum dengan lebar, bagaimana kalo kita bermain-main lagi dengan Mas Rafin, apa itu mengasikan?

Senyum Diandra kini benar-benar meredup saat laki-laki dengan tinggi yang menjulang tiba-tiba muncul di samping Rafin yang juga tengah menatapnya.

"Eh Mas Rafin, ketemu lagi," kata laki-laki itu yang membuat Diandra hanya bisa memalingkan wajahnya, pasalanya laki-laki itu tidak datang sendiri, ia menggandeng perempuan yang pernah membuat Diandra ingin membunuhnya detik itu juga.

"Boleh ikut gabung makan di sini?" tanya Azlan sambil menatap dengan tatapan yang begitu sayu kepada Diandra, bibirnya membuat seutas senyum, tapi bukan senyum yang biasa Diandra lihat saat bersama dengan Azlan, ah, atau sekarang senyum itu sudah berbeda, karena alasan senyum Azlan pun kini sudah berbeda.

Rafin yang merasa masih ada hal yang tidak enak terjadi diantara langganan kantornya – Azlan dan Diandra pun diam, ia menatap Diandra untuk meminta persetujuan dengan Diandra, Rafin tidak mau menambah masalah dengan Diandra.

"Bagaimana Diandra?" tanya Azlan lagi saat Diandra belum menjawab pertanyaannya sendari tadi.

Diandra akhirnya membalas tatapan Azlan, dengan senyum yang mengembang.

__

Terima kasih sudah membaca sampai sini.
Jangan lupa beri kritik dan saran ya.

16 april 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top