1. Kejutan oleh Semesta
1. Kejutan oleh Semesta
–
Kadang kala kita memang dipaksa mengerti, bahwa apa yang ingin kita mau, belum tentu apa yang Tuhan tuliskan di takdir hidup kita.
--
Kunciran rambut Diandra rasanya ingin terlepas dari rambut hitamnya, hari ini tanggal dua puluh lima bulan desember, bulan yang dirasa sangat romantis karena sering kali hujan datang tanpa perkiraan, padahal menurut Diandra itu tidak lah romantis, Diandra malah mengkhuwatirkan jalanan yang menuju rumahnya yang akan banjir, dan membuat mobilnya mogok, lagi.
Tanggal dua puluh lima juga menjadi tanggal yang cukup horor bagi Diandra, tugasnya sebagai salah satu staf Adminitrasi di perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit, juga batu bara, di tanggal ini ia juga mesti mengumpulkan beberapa laporan ke atasannya, yang tak jarang membuat ia kerja lembur.
Masih di tanggal dua puluh lima, Ibunya mengkhususkan tanggal ini sebagai tanggal berlanja akhir bulan, dan di sini lah Diandra berada, di halaman super market seorang diri, yah dikarenakan Ibunya sedang ada keperluan di rumah neneknya, Diandra yang menjadi anak tunggal pun akhirnya tak punya teman ke super market tapi mau tak mau, tetaplah Diandra harus melakukan tugasnya di akhir bulan ini.
Senyum geli Diandra muncul saat ia melihat sebuah pesan yang muncul dari alat komunikasinya, pesan itu berasal dari Azlan Putra, laki-laki yang hampir tujuh belas tahun ini berteman dengannya.
Azlan Putra:
Aku baru kelar ujian praktik nih,
Tuan putri di mana?
Diandra Putri:
Maunya di hati kamu, tapi hati kamu penuh cewek lain kan, cuih.
Setelah mengirimkan pesan itu, Diandra benar-benar tersenyum geli, Azlan adalah mantan pacarnya semasa SMA yang juga menyandang sebagai temannya sejak sekolah dasar, klise memang, tapi sejak SD, Diandra sudah menyayangi dan menyukai Azlan, hingga akhirnya di bangku sekolah menengah atas, Azlan berani untuk menaikan tingkat hubungan mereka dari teman menjadi sepasang kekasih.
Masa-masa itu cukup indah, sebelum akhirnya rasa bosan karena terus bersama menghantui Azlan dan Diandra, tidak mau putus dengan alasan bosan, Diandra mencoba untuk memberikan jarak dan waktu untuk hubungannya dengan Azlan, tapi laki-laki itu malah mengkhianatinya, Azlan malah menjalin hubungan dengan perempuan lain, sebagai pelipur laranya.
Tentu, saat itu Diandra terkejut bukan main saat mengetahui Azlan sudah punya pacar baru pasalnya statusnya hanya break dengan Azlan, bukan berakhir.
Mau tak mau ia melabrak Azlan, membentak laki-laki itu, mengeluarkan seluruh amarahnya, oh Diandra sama sekali tidak malu, lebih-lebih Azlan sudah tahu tabiatnya sejak masih kecil.
Dari situ hubungannya dengan Azlan merenggang, di saat usia hubungan mereka mengijnak dua tahun, semua berakhirnya, dan sama seperti pasangan lainnya yang setelah putus, Diandara dan Azlan pun bak dua orang yang tak saling mengenal.
Diandra bersikap cuek dengan Azlan, sama saat Azlan berpapasan dengan Diandra, laki-laki itu pun tak menyapa mantan pacarnya, kejadian itu pun berlangsung sampai mereka lulus dari Sekolah Menengah Atas, tak lama dari hari kelulusan, Azlan datang ke rumah Diandra, rumah Diandra tak berbeda dengan satu tahun yang lalu, saat terakhir Azlan datang ke rumah itu, anggota kelaurga Diandra pun tak berkuang mau pun bertambah sejak terakhir Azlan datang ke rumah itu.
"Maaf, kayaknya aku selama ini bersikap kekanak-kanakan," kalimat itu menjadi kalimat pembuka saat Azlan duduk dan menarik napasnya dalam, laki-laki itu memandang Diandra yang tengah mengenakan bandu pembeliannya dua tahun lalu, jelas lah bandu itu pemberian Azlan, memang selama ini siapa lagi yang memberikan Diandra kado-kado lucu seperti itu selain dirinya?
Diandra mengangguk, lalu tersenyum, perempuan itu seolah mau mema'afkan semua kesalahan yang Azlan lakukan disengaja atau pun yang tak disengaja.
Diandra sungguh sudah nyaman dengan laki-laki itu, Diandra juga mencintai Azlan dengan tulus, lalu apa lagi yang Diandra cari selain kenyamanan dan rasa yang terbalas? Bukankah hal mema'afkan amat mudah bagi seseorang yang tengah mencintai orang yang berbuat salah itu, lagian Diandra pikir kebaikan yang selama ini yang sudah diberikan Azlan tidak akan mungkian hilang hanya karena kesalahan dalam percintaan mereka.
Sejak hari itu, semuanya terlihat baik-baik saja, Azlan sama sekali tak pernah meninggalkan Diandra lagi, tapi laki-laki itu juga tidak memberikan hal yang pasti kepada Diandra, laki-laki itu tidak mengajak Diandra untuk kembali memulai suatu hubungan lagi, tapi laki-laki itu juga tak meninggalkan Diandra, barang satu detik pun.
Azlan Putra:
Dih, aku nanya.
Kamu di mana?
Diandra yang sudah sampai di depan mobilnya dan berniat membuat semua belanjaannya yang ternyata sudah satu keranjang penuh itu pun berhenti dari aktivitasnmya, dia tahu betapa gelisahnya saat menunggu pesan dari orang lain, dan kali ini – sudah kebiasaannya, Diandra langsung membalas pesan dari Azlan, ornag yang amat ia kasihi.
Mata Diandra mengerjap, perempuan yang masih berdiri di samping mobilnya itu sekali lagi menatap ke arah seroang anak kecil, yang kisaran umurnya dua tahun yang berada di tengah jalan – antara parkir mobil.
Tanpa pikir panjang, Diandra menutup bagasi mobilnya, perempuan itu juga kembali memasukan ponselnya ke dalam tas gucci yang tengah ia pakai.
Diandra segera menghampiri anak kecil perempuan itu, anak kecil yang terlihat imut, anak kecil itu juga tak memberontak saat Diandra menggendongnya.
Diandra anak tunggal, dan sampai detik ini Diandra masih saja merengek kepada Orangtuanya untuk meminta 'Adik' Diandra ingin merasakan bagaimana rasanya punya 'adik' entah itu perempuan atau laki-laki, entah itu kecil atau hampir seumruan dia.
Diandra celingukan, di sekiratanya tak ramai, tapi tak juga sepi, tanpa tunggu lama, Diandra pun mencoba mengobrol dengan anak kecil itu.
"Mama kamu mana?" tanya Diandra, ia mulai melangkah kan kakinya mencari security, mencoba memberikan pengunguman kepada para pengunjung bahwa Diandra menemukan seorang anak kecil yang terpisah dari orangtuanya.
Tapi, belum sampai langkah Diandra menuju pos security, Diandra melihat seorang Ibu-ibu yang berlari menuju tempatnya berdiri. Ibu ... Ibu itu terlihat bahagia, tapi bercampur juga rasa khuwatir yang sangat kentara tampil di wajahnya.
"Asila, ya ampun, kamu kemana aja?" Ibu-ibu itu mengambil alih anak kecil yang ada dalam gendongana Diandra, membuat Diandra hanya tersenyum.
"Tadi, Adik kecilnya berdiri di tengah jalan," jelas Diandra yang membuat Ibu-ibu itu hanya tersenyum dan mengucapkan kata terima kasih, setelahnya ia menciumi adik kecil itu, adik kecil yang kini Diandra tahu namanya, adalah Asila.
Jujur saja, Diandra sangat familiar dengan Ibu-ibu itu, sebelum benar-benar meninggalkan Ibu dan anak itu, Diandra mengucap sebuah kalimat.
"Kakak, pernah kerja di Toko Alat kesehatan gigi itu ya?" tanyanya memastikan.
Diandra menatap Ibu itu, ia pikir Ibu dari anak itu masih sanagt muda, hingga ia memanggilnya dengan sebutan 'Kakak.'
"Iya, kamu yang kerja di PT Maju Sukses itu kan?"
Ah, ternyata Diandra tidak salah orang, Ibu dari anak itu memang sempat bekerja di Toko alat kesehatan gigi, yang hanya berjarak sekitar lima meter, atau bisa dikatakan bertetangga dengan kantor di mana dirinya bekerja.
Airin masih mendekap Asila, perempuan itu sebenanrya sering melihat Diandra, karena kantor tempatnya bekerja, bertetangga dengan kantor tempatnya Diandra bekerja, tapi memang Diandra dan Airin sama sekali tidak pernah bertegur sapa.
"Yasudah Kak, saya pamit," kata Diandra lagi. "Hati-hati ya Adik," sebelum benar-benar pergi, Diandra sempat memegang tangan Asila, adik kecil yang dikira Diandra masih tidak tahu apa-apa itu pun, ternyata tersenyum kepada Diandra, memberika ucapan perpisahan kepada Diandra.
Diandra kembali membuka tasnya, ia meraih ponselnya, berniat kembali membalas pesan dari Azlan yang sempat ia abaikan karena melihat Asila tadi, setelah benar-benar memastikan pesan yang ia kirimkan berhasil, Diandra kembali pada pekerjaanya – memasukan belajaanya kepada bagaisnya, yang sungguh tak kunjung selesai sedari tadi.
Diandra menarik napas, ia cukup merasa lelah juga belanja bahan sebanyak ini, lalu memasukannya juga ke dalam bagasinya, hingga sebuah suara mengusik masuk ke dalam telinganya.
"Ada yang bisa aku bantu?" kata orang yang berdiri gagah di belakang tubuh Diandra.
Dan, karena suara itu, Diandra kembali membalikan tubuhnya, dia ... apakah ini benar dia?
--
Hallo, terima kasih sudah membaca ya. Btw, selamat tahun baru 2020, semoga kita semua bisa lebih baik.
Bdj, 01 Jan 20.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top