Cerita 7 :: Perasaannya
"Januari katanya mau dateng."
Namanya kembali disebut. Setelah sekian tahun lamanya, Tabinda tidak pernah mendengar seseorang memanggil namanya lagi, detik itu namanya kembali terdengar. Tabinda juga baru menyadari sedahsyat itu perasaannya. Hanya dengan nama yang disebutkan oleh temannya, hatinya kembali bergemuruh. Jantungnya berdegup kencang. Tabinda mendadak merasa gugup, mulutnya kaku. Entah karena saking terkejutnya mendengar berita ini, atau saking terkejutnya ia mendengar nama itu kembali disebut.
"Halo? Kamu denger kan?"
Tabinda masih tidak bersuara. Ia masih merasa terlalu terkejut mendengar berita itu. Rasanya seperti mimpi kalau ia tiba-tiba diberitahu bahwa dia akan datang. Rasanya masih tidak nyata. Januari akan datang. Mantan pertama sekaligus cinta pertamanya itu akan muncul di permukaan setelah sekian purnama.
"Makasih infonya. Minggu depan bisa ketemu lagi nggak? Aku mau tau ceritanya langsung."
"Nggak usah Minggu depan. Besok kita ketemu di tempat tadi. Ada banyak hal yang harus aku ceritain, kayaknya kamu perlu tahu."
Telfon tadi Tabinda matikan.
Ia menaruh ponselnya dengan tangan bergetar. Masih tidak tahu harus bersikap seperti apa. Perasaannya jelas campur aduk. Antara senang sekali, bingung, terkejut, semuanya menjadi satu. Apa yang ia bayangkan bertahun-tahun lamanya, akhirnya akan terwujud. Tabinda jadi semakin bingung, ini adalah kesempatan terakhir yang bisa ia gunakan untuk bertemu dengannya. Andai berita yang Arin bawa itu benar, bisa jadi ini adalah kesempatan pertama dan terakhirnya. Mengingat sekian tahun lamanya tidak pernah ada kabar dari Januari dan ternyata cowok itu tiba-tiba muncul di reuni sekolah.
Sungguh hal yang sangat tidak tertebak. Siapa sangka Januari yang selama ini menghilang bagai ditelan bumi, tiba-tiba dinyatakan akan hadir di reuni sekolah mereka setelah enam tahun lulus nanti. Apa yang terjadi? Siapa yang pertama kali mendapatkan kabar kalau Januari akan datang? Kenapa akhirnya dia muncul ke permukaan yang bahkan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dia sejak lulus? Semuanya bercampur menjadi satu dalam kepalanya.
Gemuruh di dadanya belum berhenti, beberapa kali menghela napas mencoba menenangkan diri, tetapi tidak berhenti. Malah terkadang semakin berdebar. Bukan, ini bukan karena Tabinda panik. Ia lebih merasa tidak menyangka dan terlalu terkejut. Rasanya perasaannya membuncah, meluap bagai kembali merasakan rasanya kasmaran. Rasanya seperti kemarin rasa ini ada, ternyata benar-benar belum menghilang sampai saat ini.
Fiks sepertinya Tabinda harus datang ke reuni. Kalaupun ternyata Januari tidak betulan datang, setidaknya ia tidak akan menyesal terlalu dalam. Kalaupun Januari tidak ada di sana, setidaknya Tabinda berusaha untuk bertemu dengannya. Walaupun sebenarnya Tabinda juga merasa takut. Takut ketika semuanya berjalan sesuai dengan rencananya, tapi ternyata Tabinda menyakiti hati wanita lainnya.
Sebenarnya bukan niat Tabinda untuk kembali bersama Januari. Tidak ada niatan dalam hatinya untuk melakukan hal itu. Ia hanya ingin melupakan perasaannya, mungkin dengan benar-benar mengetahui bahwa perasaan Januari benar-benar sirna dan cowok itu bukanlah Januari yang selama ini ia kenal. Manusia berubah seiring berjalannya waktu dan ia yakin Januari pun demikian. Tabinda hanya perlu ditampar oleh fakta yang menyakitkan bahwa perasaannya selama ini tidak berarti. Ia hanya butuh itu untuk melupakan segala tentang Januari yang masih tertinggal di hatinya. Ia tahu tindakan seperti ini bodoh, apalagi jika memang benar Januari saat ini memiliki pasangan. Tapi Tabinda yakin, hanya itu satu-satunya cara untuknya melupakan Januari.
Beberapa saat kemudian, Tabinda sudah mulai tenang. Ia perlu melakukan beberapa hal sebelum akhirnya benar-benar bertemu dengan Januari. Ia perlu benar-benar menyiapkan hatinya dan perasaannya untuk betulan melupakan cowok itu. Tabinda rasa ini waktunya untuknya melupakan segala tentang cowok itu dan kembali menjalani lembar yang baru. Ia perlu satu kalimat paling menyakitkan dari cowok itu, baru setelahnya Tabinda bisa melupakan semuanya.
Untungnya waktu reuni masih panjang, Tabinda masih memiliki waktu untuk memikirkan ini matang-matang. Untuk mempersiapkan segala macam kemungkinan. Kalaupun Januari tidak datang, ia mungkin akan benar-benar melupakannya dengan usaha yang lebih besar dari sebelumnya. Sudah cukup semua tindakan bodohnya selama ini. Cukup dengan narasi bahwa Tabinda tidak bisa melupakannya dan memilih untuk tidak melupakannya. Ini adalah kesempatan terakhir untuk Tabinda melupakan segalanya.
Ah, saking terkejutnya dengan berita malam ini yang mengatakan bahwa Januari akan datang di reuni SMA nanti, padahal beritanya belum pasti, Tabinda jadi lupa mempersiapkan bahan-bahan untuknya mengajar besok. Walaupun ia sudah menyusun RPP dan Silabus selama satu semester, tetap saja setiap harinya Tabinda butuh bahan untuk mengajar. Ia harus profesional sebagai guru TK. Hal-hal semacam perasaan seperti ini tidak seharusnya ia bawa kemana-mana sampai melupakan tanggung jawabnya.
Untuk itu ia kembali membuka laptop, lalu mencari bahan untuknya mengajar besok. Sudah cukup tentang Januari hari ini, selain mempersiapkan bahan mengajar besok, Tabinda juga perlu menyiapkan hati untuk mendengar keseluruhan cerita dari Arin besok. Ia perlu dengar latar belakang Januari tiba-tiba muncul di permukaan bumi setelah sekian tahun menghilang bagai telah mati.
🌸🌸🌸
19 Januari 2025
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top