Cerita 19 :: Bahagianya

Tabinda tidak mengerti Januari akan membawanya ke mana. Mengingat dahulu, ketika mereka masih bersama ada banyak hal yang mereka lakukan. Terlalu banyak hal yang menurut Tabinda menyenangkan dan mengesankan, jadi ketika Januari mengajaknya ke tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama, Tabinda tidak bisa menjawabnya. Ia betulan tidak punya ide untuk menebak kali ini cowok itu akan membawanya ke mana.

Januari juga demikian, walaupun kadang suka gamblang menyatakan perasaannya, Tabinda masih melihat sisi misterius dari cowok itu. Ada beberapa hal yang sepertinya tidak ingin Januari bagi padanya. Beberapa kali Tabinda pernah bertanya, bagaimana hidupnya selama ini, cowok itu hanya menjawab 'begitulah' padahal Tabinda ingin tahu. Jadi untuk beberapa alasan, Tabinda tidak ingin banyak bertanya. Ia lebih ingin Januari yang menceritakan semua hal itu padanya.

"Masih nggak inget kita mau ke mana?"

"Nggak. Ada banyak tempat yang waktu itu kita datangi."

Januari tertawa kecil. Sepanjang perjalanan, cowok itu lebih aktif membangun percakapan. Seperti bertanya, bagaimana hidup Tabinda belakangan, mengapa ia memutuskan untuk mengajar padahal punya koneksi yang cukup bagus jika ia ingin bekerja di perusahaan seperti orang tuanya. Tabinda juga sesekali bertanya sebaliknya, meskipun Januari tidak menjawab secara detail seperti apa yang ia jelaskan ketika cowok itu bertanya. Lagipula memang sepertinya Januari masih belum bisa mengungkapkannya secara langsung.

Ketika Tabinda bertanya apa pekerjaan cowok itu sekarang, Januari jujur kalau ia sebenarnya bekerja untuk perusahaan luar secara wfh atau work from home. Hampir sama seperti Arin, bedanya Januari ada di bidang IT. Gajinya sangat lumayan untuk ukuran lelaki dewasa yang bekerja di daerah kabupaten. Makanya cowok itu sekarang mapan. Tabinda bahkan terkejut saat ia bertanya mobil ini betulan milik Januari atau tidak dan cowok itu mengatakan iya. Padahal baru dua tahun Januari mulai bekerja, sama seperti dirinya.

Lalu di sepanjang perjalanan, Tabinda sesekali bertanya, mengapa Januari tidak memiliki pasangan lagi setelahnya. Dan jawaban yang pernah ia dengar sebelumnya kini terdengar kembali, namun rasanya lebih dalam lagi karena cowok itu mengatakannya langsung menatap mata Tabinda. Membuatnya salah tingkah setengah mati.

"Kan, aku udah pernah bilang. Kamu yang paling buat aku nyaman. Sebenernya pernah sempat deket sama beberapa cewek waktu kuliah, tapi malah yang ada di kepalaku saat kencan sama mereka cuma kamu. Terdengar jahat, tapi setelah itu aku baru sadar, kalau perasaanku masih sama. Terlalu jahat kalau aku masih memaksakan diri bersama mereka meskipun aku sadar kalau perasaanku belum selesai," jelasnya.

"Terus, apa yang buatmu akhirnya datang ke reuni, ketemu aku, ngajak aku ngobrol lagi?"

"Aku pernah bilang kan, aku tahu kamu sama kayak aku. Sebenernya nggak ada yang ngasih tau hal itu. Aku tau karena Kakak kelas yang pernah ketemu sama aku bilang, kalau kamu nggak pernah kedengeran punya pacar lagi setelah aku. Ini emang murni sok tau aja sih, eh, tapi ternyata bener. Firasat emang nggak pernah salah. Ya udah, aku ikut aja reuni kali aja kan ketemu kamu, dan semuanya bener sesuai dugaan dan keinginanku."

Penjelasan Januari jelas membuat Tabinda semakin salah tingkah. Ternyata selama ini, apa yang ia rasakan, apa yang ia bingungkan, apa yang membuat ia bertanya-tanya, semuanya juga dirasakan oleh Januari. Tabinda tidak sendiri. Perasaannya tidak jatuh sendirian. Tahu kalau pada akhirnya akan seperti ini membuat Tabinda merasa tergelitik. Perutnya seakan penuh oleh kupu-kupu berterbangan sampai-sampai tak bisa menahan untuk tidak tersenyum.

"Aku ngajak kamu ke tempat ini, karena buat aku, tempat ini spesial banget. Inget, nggak?" Januari kembali bersuara.

Tabinda tersadar dari segala macam hal yang membuatnya salah tingkat. Ia berdeham singkat, lalu memfokuskan diri pada pemandangan sekitar. Ini jelas bukan kotanya, mereka pergi lebih jauh dari kota mereka. Beberapa kebun teh mulai terlihat di sepanjang jalan, sepertinya Tabinda mulai mengingat tempat seperti apa yang Januari tuju sekarang.

Setelah mengamati kurang lebih lima menit, Tabinda akhirnya sadar, mereka akan menuju ke mana. Sebuah tempat yang memang menjadi salah satu momen membahagiakan dalam hubungan mereka. Kendati kalau dipikir-pikir kembali hubungan mereka dulu penuh dengan masa-masa remaja, tapi tentu hal itu yang membuatnya tidak pernah bisa lupa.

Tempat pertama kali Januari mengajaknya jalan-jalan menggunakan motor setelah cowok itu mendapatkan SIM.

"Ingat, kan?" Januari bertanya kembali setelah melihat Tabinda sedikit terkejut dengan pemandangan sekitar.

"Inget banget. Waktu itu kamu ngajak aku ke sini, habis dapet SIM. Waktu liburan kenaikan kelas tiga, kamu ngajak ke luar kota pertama kali, naik motor berdua."

Januari kembali tertawa. Memang benar, Tabinda belum melupakan perasaannya, sama seperti dirinya. Melihat gadis itu tersenyum cerah sembari mengingat masa-masa bahagia mereka dulu, membuat Januari ikut merasa bahagia. Tidak pernah ia lupa bagaimana gugupnya ia waktu itu kala mengajak Tabinda pergi ke luar kota untuk pertama kalinya.

Januari gugup, tapi bahagianya luar biasa.

Dan perasaan bahagia itu seolah kembali di detik ia melihat senyum lebar seorang Tabinda.

🌸🌸🌸

1 Februari 2025

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top