Cerita 15 :: Tingkah Aneh Januari
Kemarin terasa berlalu begitu saja. Tabinda bahkan sedikit melupakan apa saja yang terjadi di sana. Kendati beberapa hal jelas sangat ia ingat, apalagi ketika Januari tiba-tiba datang dan mengatakan semua hal aneh itu. Tabinda yang memang masih sangat ingin tahu tentang cowok itu, akhirnya memutuskan untuk memberikan nomornya. Ia tidak punya pilihan lain semenjak Januari benar-benar keras kepala untuk memberikannya nomor Tabinda.
Beberapa saat setelah itu, keduanya memutuskan untuk kembali ke dalam. Mereka berdua berpencar, Tabinda kembali ke meja kelasnya yang masih ramai dengan obrolan, Januari pergi entah ke mana. Tabinda tidak ingin memperlihatkan bahwa mereka berdua sedang berduaan lama sewaktu jam makan tiba, maka dari itu ia tidak mencari keberadaan Januari.
Tapi yang jelas, ucapan cowok itu menggema di kepala dan pikirannya. Tabinda juga merasa heran, apa yang Januari pikirkan ketika mengatakannya? Dari mana juga Januari tahu kalau perasaannya masih sama. Padahal ia sudah bertekad untuk benar-benar melupakan cowok itu dan memulai lembar baru dalam hidupnya, tapi semuanya berantakan semenjak Januari tiba-tiba datang. Tabinda masih sangat penasaran. Dan memang benar, ada banyak hal yang ingin Tabinda dengar dari Januari. Ada banyak yang ia ia pertanyakan. Seolah sangat mengenali Tabinda, Januari bahkan bisa menebak beberapa di antaranya. Sungguh sesuatu yang tidak pernah Tabinda sadari.
Apa perasaannya begitu terlihat sampai Januari bisa menebaknya dengan mudah? Entahlah.
Tabinda bahkan bertanya pada Arin apakah gadis itu pernah membocorkan rahasianya pada Januari, dan ia menjawab tidak pernah. Bahkan kali pertama Arin melihat Januari juga sama dengannya, di acara kemarin. Tabinda pada akhirnya menceritakan semuanya pada Arin saat mereka pulang bersama kemarin, dan Arin mengatakan jika memang benar ada banyak hal yang ingin Tabinda tanyakan, maka tanyakan. Usahakan semuanya selesai setelah tidak ada lagi rasa penasaran dalam benak Tabinda. Itupun jika Tabinda benar-benar mau melupakan Januari. Tabinda akhirnya memutuskan demikian.
Omong-omong tentang Januari, setelah mereka kembali ke dalam, batang hidungnya sudah tidak terlihat lagi. Bahkan setelah acara selesai. Januari tidak lagi terlihat di matanya. Jadi sampai sekarang, Tabinda tidak tahu di mana keberadaan cowok itu. Dia bahkan tidak menghubunginya seperti apa yang Januari bilang kemarin. Entah memang ada urusan atau apa, Tabinda juga tidak mengerti. Ia tidak berharap kalau Januari benar-benar menepati janjinya, Tabinda tidak mengharapkan apa-apa kali ini.
Untung hari ini berjalan dengan baik. Mengajarnya lancar, bahkan urusan pengadministrasian yang ia urus setelah mengajar pun selesai tepat waktu. Meskipun kadang ia masih kepikiran apa yang Januari ucapkan kemarin, tapi untungnya hal itu tidak sampai mempengaruhi pekerjaannya. Tabinda harus bisa bersikap profesional seperti biasanya. Jangan sampai kehadiran Januari yang tiba-tiba dalam hidupnya mengacaukan segalanya. Tabinda tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.
Dan ketika selesai mengajar. Tabinda sudah santai di rumah dengan pakaian rumahan. Ia merebahkan diri sembari bermain ponsel. Menggulirkan layar kotak itu sampai bosan. Dan tiba-tiba, sebuah pesan masuk. Membuat Tabinda terkejut dan langsung menegakkan badannya seketika.
Pesan itu jelas dari Januari, display nama kontaknya Januari. Setelah seharian lebih, akhirnya tiba saatnya Januari sungguhan mengontak Tabinda. Namun isinya membuat Tabinda sangat terkejut. Ia bahkan tidak menduga kalau hal ini akan terjadi.
Januari bilang, lima menit lagi ia akan sampai di rumah Tabinda.
Ini gila.
Tabinda tidak menyangka kalau Januari benar-benar sudah gila.
Bagaimana bisa dia masih mengingat rumahnya setelah enam tahun berlalu. Dan sangat tiba-tiba? Apa maksudnya? Tabinda bahkan tidak sempat mempersiapkan dirinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Mempersilakan Januari masuk di posisi rumahnya sedang kosong? Tidak ada siapapun di rumahnya sekarang. Tabinda jelas takut, ia tidak mengerti apa yang Januari maksudkan, jadi ia tidak bisa berpikir jernih.
Bahkan sampai lima menit berlalu. Dan cowok itu kembali mengiriminya pesan. Katanya, Tabinda hanya perlu keluar rumah dan ia hanya akan mampir sebentar. Meminta Tabinda untuk masuk saja dalam mobilnya karena ia mengerti Tabinda pasti tidak nyaman.
Dengan jantung yang degupannya sudah tak karuan. Pakaian seadanya yang ia balut lagi dengan sebuah cardigan panjang dan celana hitam panjang, memakai sedikit wewangian kendati ia baru selesai mandi, lalu melangkahkan kaki keluar rumah.
Benar saja, ada sebuah mobil asing berwarna hitam yang berhenti tepat di depan rumahnya. Tabinda melangkah mendekat, mengetuk kaca pintu sembari mengintip. Di dalam ada Januari, dengan pakaian rapi, ia memberikan gestur pada Tabinda untuk membuka pintu mobilnya. Tabinda pun menurut, ia buka pintunya lalu masuk ke dalam mobil.
"Ngapain, sih? Tiba-tiba banget." Tabinda jelas bertanya, karena tingkah Januari ini sangat aneh baginya.
"Mau ngasih ini aja, sih. Oleh-oleh buat kamu, sama orang rumah juga kalau mau." Januari menyerahkan sebuah paperbag cukup besar yang entah berisi apa.
"Kamu nyuruh aku keluar cuma buat ngasih ini?"
"Ini cuma pemanasan. Ke depannya, kamu pasti bakal sering ketemu aku. Dan jangan lupa balas chatku. Kamu bisa tanya apa pun yang kamu mau, kalau kamu takut bilang langsung kek gini."
Aneh. Sungguh aneh.
🌸🌸🌸
27 Januari 2025
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top