Cerita 10 :: Jika Bertemu Dengannya
Mendekati hari reuni sekolah mereka Tabinda semakin gugup. Orang-orang yang dipastikan bisa datang dikumpulkan dalam satu grup chat. Tabinda dan Arin jelas berada di dalamnya, Arin bahkan masuk ke dalam salah satu panitia penyelenggara. Awalnya Arin menawari Tabinda untuk ikut bersamanya sebagai panitia, namun Tabinda menolak. Alasan utamanya untuk datang ke reuni ini bukan buat itu. Tabinda tidak ingin menyibukkan dirinya sendiri untuk hal-hal yang bukan tujuan utamanya. Maka dari itu, Tabinda menolak.
Dan yang paling mengejutkan dari semua hal itu adalah suatu hari, Agung si ketua angkatan sekaligus ketua pelaksana tiba-tiba mengundang satu nomor masuk ke dalam grup chat. Tabinda yang memang dari awal tidak berekspektasi tinggi bahwa dia betulan akan datang tiba-tiba dikejutkan dengan nomor asing dengan nama Januari. Di grup yang mulai ramai itu, Tabinda tidak pernah melihat satu kali pun nomor itu masuk ke dalam obrolan, sama seperti dirinya.
Tabinda jelas merasa jauh lebih gugup. Januari ada di grup itu, yang menandakan kalau cowok itu betulan akan datang di acara reuni nanti. Tabinda mulai serius memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika benar-benar berhadapan langsung dengan Januari. Apa yang harus ia ucapkan ketika cowok itu menyadari keberadaannya nanti? Atau justru sebaliknya, apa yang akan Tabinda lakukan jika Januari berpura-pura untuk tidak mengenalinya?
Semuanya berkecamuk dalam kepala. Tabinda merasa semakin tidak karuan. Padahal harusnya ia paham, kalau semua ini tidak boleh ia lakukan. Apalagi kalau memang benar adanya, Januari tengah memiliki pasangan. Ia tidak boleh menyakiti siapapun dalam perasaan bodohnya ini. Tidak dirinya, tidak Januari, maupun pasangannya. Jadi Tabinda harus lebih ekstra hati-hati. Ia tidak boleh terlena dengan perasaannya sendiri. Pokoknya ketika waktu itu tiba, Tabinda harus benar-benar melupakan perasaannya pada Januari. Tidak boleh ada lagi perasaan yang tersisa. Kali ini harus menjadi yang terakhir kalinya ia merasakan perasaan bodoh ini.
Saat tengah sibuk memikirkan bagaimana ketika bertemu dengan Januari nanti, Tabinda sampai tidak sadar kalau waktu mereka bertemu kurang dari sepuluh hari lagi. Ia bahkan kembali janjian dengan Arin untuk hunting outfit untuk mereka pakai di acara sesuai dengan dresscode yang telah ditentukan. Untungnya warna sesuai dengan kesukaan Tabinda, jadi ia tidak akan setengah-setengah dalam berdandan. Perlu digarisbawahi, Tabinda melakukan ini bukan untuk mencari perhatian yang lain, apalagi Januari. Murni melakukan semuanya karena ia menghargai dirinya sendiri. Tidak mungkin pula Tabinda tampil apa adanya di depan orang-orang yang dulu pernah berhubungan baik dengannya. Maka dari itu, hari ini, kurang dari 10 hari lagi, Tabinda bersama Arin akan melakukan kesukaan para wanita.
Berbelanja.
Tabinda dan Arin sekarang berada di satu-satunya pusat perbelanjaan di kota mereka. Berhubung Tabinda juga sudah lama berada di kota ini, jadi kali ini ia yang menjadi pemimpin. Sama seperti wanita pada umumnya, memilih pakaian adalah hal terlama yang mereka lakukan. Tabinda dan Arin sudah berkali-kali mencoba berganti pakaian dan bahkan sudah satu jam berlalu namun mereka masih belum selesai memilih.
"Menurutku sih kamu lebih cocok pakai model yang ini. Karena kamu tinggi dan kurus jadi keliatan lebih cocok aja." Arin mulai mengeluarkan pendapat.
Hal yang sama Tabinda lakukan pada Arin saat melihat pakaian yang cocok untuk gadis itu kenakan. Dan tak terasa satu jam lebih berlalu.
Karena lelah, akhirnya mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Kali ini Arin yang bertugas untuk memesankan menu mereka dan kembali sesaat setelah berhasil memesannya.
"Kamu tahu nggak, ini pertama kali kita belanja bareng lagi setelah lulus tahu. Aku seneng banget masih punya kesempatan buat ngelakuin hal ini bareng." Arin terlihat begitu bersemangat. Pun hal yang sama Tabinda lakukan.
"Ya, kan. Terakhir banget pas kita kelulusan. Aku inget banget, kita milih-milih baju sampai dua jam lamanya, mana belanjanya banyak lagi. Sekalian buat persiapan masuk kampus."
Selagi bernostalgia dengan apa yang pernah mereka lakukan bersama ketika masa sekolah, Arin tiba-tiba kembali membahas mengenai Januari. Sebagai orang yang sangat dekat dengan Tabinda dan mungkin satu-satunya orang yang mengetahui perasaan gadis itu, Arin jelas ingin tahu lebih lanjut apa yang akan gadis itu lakukan ketika bertemu dengan Januari.
"Aku beneran nggak nyangka dia bakalan betulan dateng."
"Apalagi aku."
"Terus, apa yang bakal kamu lakuin semisal Januari ada di depan kamu dan ngajak kamu ngobrol lagi."
Tabinda terdiam cukup lama, lalu ia membuang napas pelan. "Yang pertama, aku pastiin dia nggak punya pasangan, terus ngasih tau kalau selama ini aku bodoh karena belum bisa melupakan perasaan ini, lalu minta dia buat bikin aku sadar, aku harus ngelupain dia. Ini berlaku kalau dia nggak punya pasangan. Tapi kalau ternyata dia punya pasangan, aku nggak akan ngomong apa-apa."
Apa yang Tabinda katakan, akan benar-benar ia lakukan. Lihat saja sepuluh hari lagi.
🌸🌸🌸
22 Januari 2025
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top