Season 2 : Seseorang yang tak terduga

"

Siapa anda, sebenarnya?!" Ujar Hazel menggertakkan giginya.

Pria itu terdiam, bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Hazel. Kemudian, senyuman yang menyebalkan itu akhirnya memudar, matanya menjadi tajam. Pria itu menatap gadis itu tepat di bagian matanya.

Tidak mendapat balasan apapun, gadis itu mengambil langkah kecil maju, menghadap pria itu dengan amarah yang meluap-luap.

"Anda sepertinya mengetahui banyak tentang masa lalu ibu dan ayah saya?" Ucap gadis itu sembari berjalan.

Langit itu semakin gelap, menyisakan cahaya-cahaya yang hanya bisa dihasilkan dari petir yang muncul beberapa kali disana.

Pria tersebut mulai memainkan selembar foto itu diantara sela-sela jarinya,
"Bagaimana kalau memang iya?"

Gadis itu terdiam sesaat, memusatkan fokusnya ke satu titik, memanfaatkan potensinya kepada pria itu.

"Bekerjalah..potensiku," pikir gadis tersebut.

Hazel mulai membuka benak dari pria itu.

Menemukan sebuah memori.

Seharusnya memori itu indah.

Namun, mengapa nampak usang.

Kemudian sesuatu muncul dari benak pria itu lagi.

Hazel terperanjat membaca itu dari benak pria tersebut.

"Aku mencintainya, kalau saja dia memilihku saat itu, ketimbang bersama dengan si bedebah itu."

Tunggu...

Mata Hazel melebar.

Gadis itu pada akhirnya menghentikan potensinya secara tiba-tiba.

Menunduk, menatap tanah tempat ia berpijak itu dengan seksama.

"Apa lagi ini.."

Ingatan-ingatan yang dia baca dari pikiran pria ini. Wanita muda itu, sangat mirip dengan seseorang yang sangat dia kenal.

"Bagaimana?" Suara pria itu memecah keheningan.

Gadis itu mengangkat kepalanya, menatap mata pria tersebut dengan tajam.

"Apa kamu sudah berhasil menebak wanita itu dan hubunganku seharusnya dengannya?"

Kaki gadis itu gemetar.

Pria itu perlahan berjalan menghampiri Hazel.

"Menikahi seseorang seperti Broto yang mengikuti aliran sesat, hanya untuk menghasilkan putri mengecewakan sepertimu? Hah?! Bagaimana ini, aku juga ikut kecewa, aku kira kamu bertumbuh, untuk dapat menjadi seseorang yang hebat, namun, benar saja keturunan rantai berdarah, hanyalah seseorang kotor yang harusnya dibinasakan saja."

Pria itu terdiam kemudian menatap rendah Hazel.

Hazel yang terlihat begitu diam saja, menunduk saat mendengarkan lelaki itu berbicara.

Para warga yang menyaksikan percakapan antara keduanya, pada akhirnya mau tidak mau mendukung pria itu karena melihat gadis tersebut yang sepertinya terdiam karena kalah telak sebelum mencoba.

"Jadi pria itu dan wanita yang di gadang-gadang akan melahirkan seorang putri yang hebat itu hanyalah ilusi?"

"Wah ternyata ayahnya mengikuti aliran sesat, tidak heran, waktu melahirkan putri itu, katanya desa hancur dan memakan banyak korban jiwa, aku harus menghindari gadis ini yah?"

"Gadis lemah seperti ini? Haha aku harus mengakui ibunya lebih baik menikahi seseorang yang punya darah murni padepokan agar dapat menjaganya dari marabahaya."

"Hei jangan begitu, nanti kedengaran olehnya."

Berbagai opini warga mulai keluar, walau berbisik, telinga gadis itu seperti dapat menyedot semua kata-kata itu dengan jelas. Memahaminya.

Petir itu kembali menyambar,

Pria tersebut melihat sekeliling, berfikir,
"Dia akan kehilangan kekuatan mentalnya sekarang, haha."

Kemudian mata pria itu menatap ke arah gadis itu, kepala gadis itu mulai terangkat.

Alis pria itu menekuk karena melihat ekspresi gadis itu.

Tersenyum.

"Mengapa dia masih bisa tersenyum? "

Gadis itu kemudian mulai berbicara.
"Ah..tuan, aku kira mengapa anda melakukan semua hal ini. Ternyata ini hanya sekedar untuk balas dendam, karena anda tidak dapat memiliki ibu saya? Karena itu anda memojokkan saya seperti ini?"

Pria itu menatap sinis, gadis itu masih bisa banyak bicara, apa yang disembunyikan olehnya. Apa yang direncanakan gadis itu dengan kemampuan membaca pikirannya sekarang?

Seorang keturunan aliran sesat, harusnya lari terbirit-birit bukan, ketika jati dirinya terungkap? Gadis yang menjadi keturunan seseorang yang menghancurkan desa ini? Dia bisa-bisa dilempari warga dengan batu loh setelah ini untuk pembalasan dendam?!

Bukannya itu cukup untuk membuat mentalnya jatuh dan sakit? Namun, mengapa dia masih bisa tersenyum?

"Anda pikir, hal seperti ini saja dapat membuat mental saya jatuh dan sakit?" Ucap gadis itu.

Pria itu mengerutkan keningnya,
"Apa maksudmu?"

"Anda bertingkah seolah-olah, memiliki segala memori bersama ibu, mengetahui ibu lebih baik dari siapapun, sehingga seseorang bahkan seperti ayah tidak pantas untuk hidup bersamanya, benar begitu?-"

Hazel menghela nafas, melihat ke arah pria itu dengan sorot mata mengintimidasi.
"Benar, saya terlahir dari seseorang berdarah aliran sesat seperti ayah saya, anda semua salah karena mengharapkan saya dapat menyelamatkan semuanya."

Mata gadis itu sayu untuk sekejap, memikirkan orang-orang dibenaknya. Namun, sesaat kemudian ia menatap kembali lelaki itu.

Pria itu terdiam.

"Tuan, apakah anda tau sesuatu?"

Suasana senyap.
"Ibu sudah meninggal."

Petir kembali menyambar.

Pupil pria itu mengecil, bergetar.

Gadis tersebut tersenyum kecil dengan ekspresinya yang horor kepada pria itu lalu berbalik, kemudian mengucapkan dengan lantang.

"Para warga sekalian, apa saja yang tuan ini katakan kepada kalian semua?"

"Bahwa Bu Darni dan Pak Yanto, berniat menyembunyikan semua ini untuk menumbalkan kalian?"

Angin berhembus dengan kencang.

"Bahwa saya sebagai seseorang berdarah kutukan ini akan membawa bahaya juga bagi kalian semua karena saya adalah keturunan dari ayah yang mengikuti perkumpulan magis itu? Ah, bagaimana anda sekalian bisa mengetahuinya? Apakah dari foto yang tuan itu pegang?"

Gadis itu kini melipat tangannya di dada kemudian mendengus,
"Hmm, coba saya tebak, apa artinya, foto itu berisi perkumpulan dari 7 tahun lalu, yang berarti ayah dan ibu saya juga termasuk dalam memori foto itu bukan?"

Beberapa warga mulai menoleh ke kanan dan ke kiri.

Karena yang diucapkan gadis itu, benar.

Setelah membaca benak warga, Hazel tersenyum, kemudian mengedipkan mata dan menoleh ke arah pria itu.

"Anda pikir, isi dari padepokan Bahuwirya adalah kumpulan orang-orang suci seperti anda?"

Gadis itu tertawa kecil,
"Mereka semua sama halnya dengan saya, terbawa kemari, karena ketidak sanggupannya menghadapi perilaku keluarganya yang masih saja mengikuti aliran sesat itu."

Gadis itu, meregangkan jari-jari tangannya.
"Ayah saya memang jahat karena telah melakukan itu semua kepada anda sekalian, namun kehadiran saya disini, bukanlah untuk memperburuk keadaan, saya hanya ingin kehidupan damai."

Pria itu menatap Hazel dengan tatapan tidak suka.

"Namun, saya tidak suka dengan cara anda menghina keluarga saya, merasa diri anda mampu melindungi ibu lebih baik dari ayah dengan embel-embel keturunan suci dan murni, terhindar dari perkumpulan sesat."

Petir itu menyambar lagi.

"Namun, Tuan, pada akhirnya ibu memilih ayah, mengapa?"

Para warga mulai berbisik kembali.

"Sejujurnya disini malahan anda yang harus dipertanyakan, mengapa ibu sampai tidak memilih anda untuk menjadi pendamping hidupnya?"

Gadis itu kini bergantian, berjalan memutari pria itu.

"Apakah itu karena anda terlalu tinggi bagi beliau yang tidak tau apa-apa soal padepokan dan rantai berdarah ini?"

Pria itu menatap gadis itu dengan hati-hati.

"Atau karena keegoisan dan kepercayaan berlebihan anda saat ini?"

Hazel memudarkan senyumannya,
"Atau..."

Gadis itu menatap mata pria itu,
"Karena anda berbuat sesuatu di masa lalu yang menyebabkan ayah saya kembali menganut aliran sesat itu, sewaktu ibu hamil, padahal ayah sudah bertekad untuk berhenti melakukannya setelah bertemu dengan ibu?"

Dahi pria itu basah.

Gadis itu berhenti tepat di depan lelaki itu.

"Jadi yang mana? Tuan?"

Tuan Wirya tengah berlari menuju ke arah kumpulan riuh itu, bersama dengan semua murid padepokan.

Muka pria itu menegang,
"Jika kau ingin tau, langkahi dulu mayatku, setelah itu, aku akan memberitahukan kepadamu semuanya, itupun jika aku mau."

Keadaan menjadi sedikit ricuh.

"Ck!" Kesal gadis itu mendecakkan lidahnya.

Tangan pria itu terangkat, kemudian angin kecil seperti berpusat di tangannya. Setelah itu, pria tersebut menjentikkan jarinya, pusaran angin itu menuju titik fokus jantung Hazel.

Begitu dekat. Namun..

Crang!

Hazel dapat menepisnya dengan mudah.

"Anda pikir saya tidak bisa belajar teknik bertarung ilmu dalam karena intolelir dari rantai keturunan berdarah?"

Ajeng yang menjinjit kemudian terkejut melihat siapa yang hendak berduel itu, kemudian menghampiri Tuan Wirya dengan terburu-buru.

"Tuan? Bukankah mereka harus dihentikan?"

Tuan Wirya terdiam sesaat, mencoba berfikir sambil melihat kedua orang di tengah itu,

"Tidak, biarkan saja, temanmu sedang berusaha mencari jawaban atas masalahnya selama ini."

Ajeng tidak bisa apa-apa lagi. Walau begitu, rasa khawatir terjadi sesuatu pada Hazel masih tetap ada.

Hazel tersenyum kemudian memusatkan angin itu di hadapan pria itu, dengan cepat lalu mengayunkan tangannya, dan menepuk tanah yang dipijaknya dengan keras.

Sesaat kemudian, tanah itu retak seperti serabut lalu baru nampak retakan besarnya saat merambat ke arah lelaki itu berdiri.

Pria itu berusaha untuk menghindar tapi akhirnya terjatuh, dengan posisi terduduk.

"Suruh warga untuk menghindar dari tempat ini, Ajeng," lirih Tuan Wirya.

"Baik Tuan."

Di tengah warga yang ketakutan itu, berlalu lalang, dan debu dari tanah yang mereka pijak itu memenuhi udara. Nampaklah gadis itu yang menghampiri pria itu dengan asap yang menghalangi pandangan disekitar.

Pria itu kini sedang terduduk menyentuh luka di keningnya akibat terbentur retakan tanah yang dibuat oleh gadis itu.

Lalu ia menoleh ke arah atas, menatap wajah horor gadis itu yang telah memusatkan energi besar pada tangannya. Berdiri memandangnya dengan wajah yang dingin namun penuh dengan amarah didalamnya.

"Aku tidak pernah tau bahwa energi kekuatan dalam akan toleran pada keturunan rantai kutukan berdarah sepertimu," ucap pria itu tersenyum.

Gadis itu pada akhirnya kembali menepuk tanah itu dengan keras, padahal sasarannya adalah tubuh pria itu.

Walaupun pria itu sempat menghindar, namun, retakan itu membuat langkahnya terjatuh dia terkena sedikit efek dari kekuatan dalam gadis itu, meraba lengannya yang berdarah karena robek.

"Memang anda seharusnya tidak perlu tau," ucap gadis itu kembali mengumpulkan energi tenaga dalamnya.
__________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top