Pelukan Seorang Dewi

~Terimakasih selalu ada untuk membaca ceritaku.

-Delzy1

Hazel membuka pintu kamar ayahnya dengan tatapan kosong.

Perlahan gadis itu memutar kenop pintu dan keluar dengan tubuhnya yang masih lemas dan terguncang.

Setelah selesai menutup pintu secara perlahan, agar tidak mengganggu ayahnya yang sudah tidur. Hazel akhirnya membalikkan badannya dan menoleh,
.
.
.
"Ya tuhan......sepertinya jantungku berdegup dengan kencang lagi." Pikir gadis itu terkejut dengan mata yang sedikit membelalak.

Bagaimana tidak, Keluarga Hazel termasuk Pak Wishnu (ayah Reza) dan Reza melihat gadis itu dengan tatapan prihatin dan berdiri dihadapan gadis itu. Tatapan mereka seolah-olah ingin segera menanyakan,

"Apa yang terjadi?"
"Bagaimana keadaan ayah?"
"Apakah kamu baik-baik saja?"

...dan berbagai tafsiran raut muka yang dilihat oleh gadis itu. Tetapi, raut muka Hazel yang tadinya terkejut berubah menjadi suram. Matanya menjadi sayu kembali.

Hazel sangat tidak suka ditatap seperti ini. Apalagi tatapan mereka sedikit "Mengintimidasi". Membuat Hazel sedikit merasa tidak nyaman.

Dengan cepat Hazel langsung berjalan menuju tangga untuk segera ke kamarnya. Tetapi, sesaat sebelum dia bergerak Ibu Hazel langsung menahan lengan putrinya.

Ibu Hazel dengan lembut mengusap pipi Hazel. Beliau sedikit memajukan wajahnya untuk melihat dengan jelas wajah putrinya yang seperti "baru mendapat kabar buruk".
.
.
Memang benar, wajah Hazel benar-benar kehilangan sinarnya dengan hidung mancungnya yang memerah dan bekas jejak air mata di pipi kiri dan pipi kanannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, putriku?" Pikir Ibu Hazel prihatin, beliau mulai mengusap rambut putrinya dengan lembut dan berniat untuk menanyakan keadaan.

"Hazel..." Lirih Ibu Hazel

Tetapi Hazel segera melepas tangan ibunya.

"Gawat." Pikir gadis itu, matanya mulai menghangat lagi sebentar lagi dia pasti akan menangis.

Pada dasarnya, Hazel tidak tahan ketika rambutnya diusap saat menahan tangis seperti ini.

Perlakuan itu selalu membuat air matanya lolos tanpa seizin gadis itu.

Hazel dengan cepat menundukkan wajahnya dan langsung berjalan ke lantai atas, setelah itu dia menutup pintu kamar dengan kasar.

Brakkkk.....
.
.
.
Hening...

Disisi lain, Ibu Hazel yang melihat hal itu, merasakan hatinya sakit. Beliau memikirkan kenapa putrinya bisa seperti itu, apakah parah sekali kondisi suaminya?

Ibu Hazel berniat untuk menyusul putrinya ke atas saat Pak Wishnu tiba-tiba berkata,
.
.
.
"Emm..Ella sepertinya ini sudah larut malam. Aku dan Reza harus pulang." Ucap Ayah Reza sambil mengelus pundak putranya yang terlihat duduk mematung dengan pandangan yang menanar.

Melihat raut wajah Reza yang seperti itu Ibu Hazel langsung bertanya kepadanya.

"Reza? Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Ibu Hazel sambil berjalan semakin dekat ke tempat duduk Reza.

Reza yang menyadari kehadiran Ibu Hazel di sampingnya langsung menggangguk dengan cepat, dan tersenyum hangat.

"Ah...aku tidak apa-apa tante, terima kasih telah memperhatikanku." Jawab Reza sambil berdiri untuk bersiap-siap pulang.

Ketika Ibu Hazel mengerling, beliau menangkap sebuah jaket hangat berwarna putih ada di atas meja makannya.
.
.
Tunggu...sejak kapan ?
Sejak kapan jaket tersebut ada di meja makannya ?

Ibu Hazel pun akhirnya mengambil jaket tersebut dan berniat mengembalikannya kepada Reza. Tetapi, sebelum itu beliau melihat seperti ada darah pada lengan jaket tersebut. Memang kelihatannya sedikit, namun yang membuat Ibu Hazel berfikir adalah..

"Kenapa jaket Reza bisa ada darah di bagian lengannya? Apakah tangannya terluka?" Pikir Ibu Hazel curiga.

Kemudian Ibu Hazel segera berlari kecil untuk menyusul Pak Wishnu dan Reza.

"Tunggu Pak Wishnu!" Panggil Ibu Hazel sedikit berteriak.

Pak Wishnu dan Reza segera menghadap ke arah Beliau. Lalu, Ibu Hazel memberikan jaket itu kepada Pak Wishnu.

"Ah iya iya, terima kasih ya Ella, kalau sampai lupa membawa jaket ini, mungkin Reza akan kedinginan dalam perjalanan malam ini." Ucap Pak Wishnu sedikit gugup dengan senyumannya yang masih terkesan hangat.
.
.
"Reza?"
"I-Iya tante?"
"Boleh liat tangan kamu?"
"A-untuk apa tante?
"Hanya memastikan sesuatu."

Perlahan Reza memperlihatkan tangannya. Dengan lembut Ibu Hazel menarik lengan Reza dan melihat lengannya dari samping kiri dan samping kanan.

"Tidak ada.." Pikir Ibu Hazel dan melepas genggamannya dari tangan Reza.

Ayah Reza dan putranya langsung berpamitan dengan Ibu Hazel dan masuk kedalam Mobil Toyota Starlet Jadul miliknya.

Ayah Reza melambaikan tangannya pada Ibu Hazel dari dalam mobil itu. Dibalas dengan lambaian tangan dari Ibu Hazel juga.
.
.
.
Setelah mobil mereka cukup jauh dari pandangan, Ibu Hazel mulai berfikir,

"Aneh...lalu bekas darah siapa yang ada pada lengan jaket Reza?"
.
.
.
"Entahlah mungkin itu bekas darah dari kaki suamiku yang terluka." Simpul Ibu Hazel sambil berjalan kembali menuju ke rumahnya. Beliau berusaha menghilangkan pertanyaan-pertanyaan negatif dari pikirannya . 

Setelah menutup pintu rumah Ibu Hazel bergegas ke kamar putrinya.

Tok..tok..tok..

"Hazel..maukah kamu membukakan pintu untuk ibu?"

Setelah berkata demikian terdengar suara langkah kaki dari dalam dan pintu tersebut terbuka menampilkan Hazel yang matanya sembab sekali. Matanya merah karena mungkin dia terlalu banyak menangis.

Hazel langsung beralih naik menuju kasurnya yang nyaman dan menatap jendela kamarnya.

Setelah itu Ibu Hazel juga ikut naik ke atas kasur Hazel setelah menutup pintu kamar putrinya itu.

"Emm..dimana Liam?" Tanya Ibunya basa-basi.

"Dia sudah tidur di kamarnya." Jawab Hazel sambil tetap menatap jendela kamarnya.
.
.

Ibu Hazel yang melihat respon anaknya langsung bertanya dengan lembut pada putrinya,

"Sayang...bagaimana? Apa kamu mau cerita pada ibu?"

Hazel sepertinya masih menatap jendela kamarnya tetapi terdengar isakan kecil mulai keluar dari mulutnya meski tidak terlalu jelas.

"Jika kamu tidak mau cerita, itu tidak masalah. Tetapi, ibu hanya berharap kamu tidak menyimpan semuanya sendirian putriku.." Jelas Ibu Hazel.

Sesaat setelah mengucapkan kata-kata itu. Hazel menoleh ke arah Ibunya dengan lemah. Ibunya yang paham akan situasi putrinya langsung membuka kedua tangannya lebar-lebar seperti memberi isyarat,

Menangislah putriku, menangislah di pelukan ibu.

Hazel dengan cepat memeluk ibunya dan menangis sejadi-jadinya. Ibunya yang melihat hal itu hanya bisa mengusap kepala dan punggung putrinya dengan lembut.

"Aku tidak ingin kalian kenapa-napa." Ucap Hazel di sela-sela tangisannya.

"Aku hanya ingin Ibu, ayah, dan Liam baik-baik saja. Bagaimana jika selanjutnya aku tidak bisa bertemu dengan kalian lagi, berjanjilah bu, kalian tidak akan meninggalkanku sendiri."

Ibu Hazel yang mendengar putrinya berkata demikian tidak terasa menitikkan satu air mata.
.
.
.
"Ibu..Ibu tidak bisa berjanji....,namun ingatlah satu hal Hazel.." ucap Ibu Hazel terhenti dia membenarkan posisi Hazel dan melihat mukanya lekat-lekat.
.
.
"Saat hal buruk terjadi, ingatlah satu hal bahwa, keluargamu akan selalu mendoakanmu dimanapun kamu berada, ya? Sayang? Jangan khawatir..ibu akan selalu ada di sisimu bersama ayah dan Liam." Sambung Ibunya.

Hazel yang mendengar hal itu mengangguk lemah dan membiarkan ibunya memeluknya lagi.

Sungguh saat ini hanya pelukan ibunya yang bisa menenangkannya hatinya yang sedang tak karuan. Rasanya seperti dewi malam telah berpihak pada ketenangannya malam ini lewat pelukan dari ibunya.
-----------------------------------------------------------------

"Ahahahahaha....hahahahaha."Tawa Reza dengan mukanya yang terlihat depresi.

Ayahnya yang melihat putranya seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Tawa Reza semakin menggila bersamaan dengan tangannya yang mengepal dengan kuat.

Ayah Reza pun terus melajukan mobilnya bersamaan dengan malam yang semakin gelap dan sepi.
______________________________________________

Haiii para pembaca, bagaimana dengan chapter hari ini? Apakah rasanya sangat panjang ketika membaca ceritanya? Well, memang author buat ceritanya serinci mungkin agar kalian para pembaca bisa mencerna dan membayangkan situasi yang sedang terjadi.

Oke, disini ada nama baru untuk ayah Reza. Author putuskan untuk memberinya nama Wishnu Supraja. Bagaimana? Terlihat seperti nama orang yang berwibawa. Namun, apakah memang nama ini cocok untuk perannya di chapter-chapter selanjutnya? Kita tidak akan tahu sebelum membaca lanjutan ceritanya.

Lalu untuk Reza, Hazel's childhood friend, kenapa dia tertawa disaat situasi seperti ini kan? Aneh memang...author dan pembaca sekalian pastinya berharap dia tidak melakukan sesuatu yang buruk atau...ah sudahlah biar waktu yang menjawab semua.

Anyway terima kasih telah membaca sampai chapter ini, dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!

*JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT YA! ❤️❤️

~Delzy1




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top