Khayalan atau Penglihatan?

Pemandangan malam yang sungguh menakjubkan. Bintang-bintang yang bersinar terang, bayangan bukit yang sangat tinggi menjulang, serta suara yang dibuat dari gesekan antara ban mobil yang melintas dan daun-daun yang berserakan di tanah sangat menenangkan.

Hazel bersandar di kursi mobil sambil membayangkan pemandangan kota yang akan sangat berbeda dengan jalanan pedesaan ini.

Ayah Hazel menyalakan radio sembari mengatur channel yang ada di benda kecil tersebut lalu bertanya,

"Ada apa dengan Reza tadi?" Tanya Ayah Hazel sambil terus berkutat dengan radio tersebut.

Hazel yang dari tadi menatap langit malam melalui kaca mobil lalu menoleh ke arah ayahnya.

"Emm.....salam perpisahan?" Ucap Hazel.

"Benarkah? Namun, sepertinya pembicaraan kalian lebih serius daripada sekedar untuk mengucapkan salam perpisahan." Ragu Ayah Hazel selesai dengan radionya dan kembali memegang kendali penuh setir mobil dan memperhatikan jalan dengan seksama.

"Serius gimana, ayah?" Tanya Hazel mengerutkan dahinya bingung.

Ayahnya menghela nafas lalu menatap Hazel dan tersenyum,

"Ah, mungkin ayah terlalu berfikir berlebihan, tapi benar-benar tidak ada yang ingin kamu bicarakan bukan? Hazel..jika ada yang ingin kamu bicarakan pada ayah, ayah akan dengan sangat senang hati mendengarkanmu."

"Hmm...kurasa tidak ada yah, sungguh itu hanyalah pembicaraan biasa." Jelas Hazel lalu menatap ayahnya sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu." Ujar Ayah Hazel lalu menghela nafas lega.

"Polisi menyelidiki kasus yang kini sedang hangatnya diperbincangkan."

"Hampir satu keluarga meninggal dunia dikarenakan kasus tersebut. Kasus ini disebut sebagai bukti bahwa alam gaib atau kejadian supranatural memang selalu berdampingan dengan kita."

"Memang jika dipikir bahwa teknologi sudah semaju sekarang di Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan karena Nusantara ini juga dikenal dengan budayanya dan upacara magis yang bisa saja menimbulkan korban jiwa."

"Banyak yang mengaitkan kasus keluarga yang ada di Kecamatan Kepanjenkidul, Blitar, Jawa Timur, dengan adanya tumbal."

"Ha...Masih banyak orang-orang yang melakukan ritual gila semacam itu" Ucap Ayah Hazel keheranan lalu sedikit membesarkan volume radio tersebut.

"Memangnya untuk alasan apa mereka melakukan upacara atau ritual magis yang dapat membahayakan keluarga mereka?" Tanya Hazel sambil berniat meraih makanan ringan yang ada di bangku belakang.

"Ah Liam udah bangun?" Lirih Hazel pelan lalu mengusap pucuk kepala Liam gemas.

Liam tersenyum dengan pipi penuh isi, mengangguk sambil mengunyah nasi kepal yang ada di genggamannya.

Setelah mengambil kripik kentang di belakang, Hazel langsung berbalik ke posisi semula sembari mendengar penjelasan ayahnya.

"Hmm...apa ya, begini kamu pernah dengar beberapa upacara yang pernah dijelaskan guru bahasa daerahmu? Seperti tedak sinten, upacara ngaben di Bali dan sebagainya?"

"Oh, apa seperti upacara kematian begitu bukan?" Ucap Hazel dan merogoh kemasan kripik tersebut lalu memakan satu keping kripiknya.

"Nah, kamu bisa bilang begitu, sebagian besar memang tradisi atau upacara magis yang dilakukan seperti upacara meminta hujan, sesajen untuk gunung dan upacara kematian ini memiliki tujuan baik untuk menghindari adanya malapetaka. Ini dalam sisi ilmu magis yang baik." Jelas ayahnya sambil terus memandang jalanan dengan fokus.

Pepohonan dari hutan dan bukit dari pedesaan semakin jarang dijumpai, karena mereka telah ada di jalan tol sekarang.

"Namun, memang jika ada sisi baik maka akan ada sisi jahatnya bukan? Nah, hal tersebutlah yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk memuaskan nafsunya, orang miskin ingin menjadi kaya tanpa usaha maka ada ritual pesugihan, orang yang bermuka pas-pasan ingin menjadi cantik atau tampan dan awet muda sampai tua maka ada yang namanya susuk. Lalu orang yang ingin mengikat tali cinta dengan orang yang bukan takdirnya dengan cara yang tidak baik maka ada yang namanya Semar mesem atau kamu bisa bilang di pelet dan yang paling banyak digunakan orang sekarang adalah untuk menjatuhkan suatu keluarga dengan kutukan menyeramkan yang bahkan bisa bertahan sampai cucu dan cicit mereka yaitu Santet." Jelas ayah sembari sesekali menoleh Hazel untuk memastikan anak gadisnya paham dengan apa yang beliau sampaikan.

"Ah...menyeramkan sekali, maksudku kenapa harus dengan cara seperti itu jika ada cara yang lebih legal atau lebih baik dengan berusaha bekerja misalnya." Ucap Hazel lalu mengunyah keripik, tidak habis pikir.

Ayah Hazel mengangkat bahu sambil tersenyum miris,
"Kita tidak pernah tahu apa yang dipikirkan oleh manusia, banyak mau, itu saja sih."

Mobil memasuki daerah perkotaan, beberapa rumah mulai terlihat ada yang besar, ada yang kecil, bahkan beberapa penghuninya masih dengan santai berbincang dengan keluarga di luar rumah yang dimana jika di daerah Hazel, hal tersebut sangatlah jarang untuk dilakukan.

"Mengenai kasus tersebut, ditemukan beberapa Boneka tusuk yang ada di lemari rumah keluarga, untungnya seorang Ahli ilmu magis yang ada di sekitar pedesaan yaitu Bahuwirya Cakrasugaha berhasil membakar dan mengusir segala energi negatif dari rumah tersebut."

Mata gadis tersebut sedikit membulat lalu membesarkan sedikit volume radio tersebut.

"Aku gak asing sama namanya.." Pikir Gadis tersebut sambil mengunyah kripik kentang yang ada di dalam mulutnya.

"Kenapa Hazel?" Tanya ayahnya bingung sedikit menoleh ke arah putrinya yang pandangannya seperti agak linglung.

"Ah..ayah, itu orangnya sama kakak-" Ucap Liam terhenti ketika mulutnya ditutup oleh Hazel.

Hazel menempatkan jari telunjuk di depan bibirnya sambil menatap Liam dengan sendu.

Liam pun mengangguk dan Hazel melepaskan bekapan tangannya dari mulut Liam lalu berbalik menghadap depan dan menoleh ke arah ayahnya dengan kikuk.

Hazel menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan beralasan.
"Ah....itu yah, maksud Liam tadi di Blitar kan terkenal juga dengan orang-orang yang ahli ilmu magis. Aku sama Liam pernah search di internet, dan memang banyak sekali kejadian semacam ini begitu..." Jelas Hazel sedikit gugup.

Ayahnya masih memerhatikan jalanan dengan seksama, tidak ada reaksi sedikitpun. Hazel menelan ludahnya gugup.

Sedetik kemudian ayahnya mengangguk setuju dan berkata.
"Iyap, kamu benar daerah seperti itu memang masih menyimpan banyak sekali misteri."

Hazel kemudian tersenyum canggung lalu menghela nafas lega.

Gadis itu menoleh kembali ke arah kaca mobil dan memperhatikan beberapa lampu warna-warni yang tergantung indah di sana.

Ramai sekali, banyak anak-anak yang berkeliaran disana, asap kepul dari beberapa warung makan, menambah semangat gadis tersebut untuk terus melihat pemandangan itu lebih lama lagi.

"Wah ada ikan bakar.." Pikir Hazel sambil menelan ludahnya kasar.

Pemandangan yang penuh dengan warung makan sedikit berganti kini dengan beberapa permainan, walaupun mobil ayah cepat namun, kilatan tersebut masih dapat dilihat oleh gadis tersebut dengan jelas. Permainan roller coaster, Permainan kuda berputar, bahkan...

Ya tuhan Hazel ingin sekali naik wahana itu, iyap apalagi kalau bukan Bianglala. Ayahnya dulu pernah mengajak Hazel ke pasar malam, karena gadis tersebut merengek minta naik wahana itu.

Hazel sedikit tertawa. Namun tetap saja mata gadis itu benar-benar tidak lelah untuk membulat berkilauan karena takjub. Sungguh pemandangan yang indah.

Seketika gadis ini teringat, Liam adiknya belum pernah sama sekali untuk bermain dan merasakan pasar malam, Hazel pun menghadap kebelakang dan menemukan adiknya yang bermain gim di ponselnya. Hazel akhirnya menepuk pelan paha Liam,

"Liam, liat deh, bagus banget." Ucap Hazel dan mengisyaratkannya untuk melihat ke arah luar kaca mobil.

Liam tersenyum antusias dan segera mendekat untuk melihat ke arah luar jendela.

"Ah...benar kak, bulannya indah banget." Ucap Liam takjub.

"No, no bukan itu maksudku, itu lihat ada bianglala dan pasar malam di wilayah ini, kamu belum pernah ke sana kan sebelumnya?" Ucap Hazel santai sambil terus fokus menghadap jalan di depan.

"Em...memangnya pasar malam se sunyi itukah kak?" Ucap Liam bingung.

"Hah? Liam...darimana sunyinya, itu kan banyak teman-teman seumurmu yang lari-larian disana coba dilihat deh" Ucap Hazel sambil tetap melihat jalan di depannya dengan fokus.

"Tapi kata temanku kak, Pasar malam itu ramai, dan banyak wahananya, banyak makanan disana, walaupun Liam tidak pernah kesana, setidaknya Liam tau bagaimana bentukannya begitu kak." Jelas Liam membuat Hazel sedikit mengernyitkan dahi.

"Ya kan, yang ada di luar kaca mobil kita sekarang adalah apa yang kamu bilang iya kan Liam?" Ucap Hazel lalu menghadap kebelakang dan semakin mengernyitkan dahinya bingung ke arah Liam yang perlahan duduk ketakutan.

Ayah Hazel menghela nafas pelan lalu menepuk pundak Hazel.
"Kamu istirahat ya, Hazel." Ucap Ayah Hazel tersenyum menoleh kepadanya.

"Tapi yah-"
"Gaada pasar malam zel."
"Loh ada kok-"

Gadis tersebut mengerling ke kaca mobil luar dan

Boom!

Seperti perasaan ketika tiba-tiba balon meletus atau petir yang menyambar di langit secara liar.

Adrenalin gadis tersebut menciut, seketika dia memandang tak percaya.
Gadis tersebut menghadap ke depan dengan cepat lalu mengucapkan beberapa doa, dia benar-benar takut sekarang, dia hanya akan menghadap ke depan selama perjalanan ini sepertinya.

Tidak disangka karena area pasar malam yang Hazel liat sesungguhnya adalah tanah kuburan lama yang sekilas dilewati oleh ayah Hazel.

Mobil itupun kini terus melaju ke kota menembus gelapnya malam bersamaan dengan Hazel yang berfikir keras tentang apa yang barusan dia lihat tadinya.
------------------------------------------------------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top